Prepare for My Wedding.

71 6 1
                                    

Sudah 2 hari setelah kami menyetujui perjanjian kami, ya aku dan Ray. Kini keluarga kami tengah sibuj mempersiapkan pernikahan kami, ya pernikahan yang kami gelar memang tidak semewah bayangan kalian, karena aku dan Ray memohon kepada kedua orang tua kami untuk menyembunyikan dulu pernikahan kami, ya karena masih banyak yang perlu kami selesaikan apalagi ini adalah pernikahan atas dasar bukan CINTA.

Kembali ke masa sekarang...

Aku dan Ray sedang mempersiapkan pernikahan kami, tepatnya kami sedang berada di butik khusus pengantin milik tante Ray, ya betapa kayanya keluarga calon suamiku ini, dibandingkan keluargaku yang hanya dari kalangan menengah.

"Gimana udah pas kan? nah ini kurang tante tambahin mutiara-mutiara aja seperti pesenan mama kamu Ray, Ray...?" panggil tante Silvia ke Ray, sambil membantuku merapikan gaun kebayaku ini, dan ya Ray tidak fokus denganku namun sibuk dengan dunianya sendiri.

"Hmmm..."  nampaknyanya Ray memang tidak tertarik dengan pernikahan ini, begitu juga aku.

"Ray, tante tanya loh sama kamu, ini lihat calon istri kamu yang cantik ini loh, udah pas kan bajunya," gertak tante Silvia yang langsung membuat Ray menatapku.

-RAYHAN POV.

"Ray, tante tanya loh sama kamu, ini lihat calon istri kamu yang cantik ini loh, udah pas kan bajunya," gertak tante Silvia mengganggu pikiranku dari duniaku sendiri, dan

"Cantik," batinku setelah aku menatap wanita didepanku yang sedang berpatut di depan cermin dan tersenyum menatapku, hush Rayhan, lihat dia calon istri yang tak kau inginkan, ingat itu Ray!
tapi sungguh batinku berkata lain, wanita itu cantik dan sexy untuk ukuran wanita idaman.

"Hmm...biasa aja tan," bohongku

"Ray, kamu nih ya, tante aduin ke mama kamu, lihat dong calon istri kamu ini cantik, montok, pinter, asik gini, malah kamu diemin liat dong Ray," memang tante Silvia tidak salah menyebut Syaima seperti itu, tapi aku sama sekali tidak tertarik dengan wanita itu, aku belum bisa dan mau membuka hati (ah Rayhan mah bohong)

"Tan, buruan punya Rayhan mana?, Rayhan masih banyak kerjaan ini,"

"Tuh, jas putih yang di dekat manequin" segera setelah instruksi tante Silvia, aku langsung mencobanya dan alhasil sudah pas dibadanku, setelahnya aku langsung melepas dan segera bergegas pulang,

"Eh mau kemana Han, tuh loh calon istri kamu belum selesai," teriak tante.

"Biarin dia naik taxi aja tan, aku buru-buru, bye," ucapku sambil meninggalkan mereka, aku sungguh malas jika terus bertemu dengan dia, aku sangat jengah kenapa wanita itu diam saja, biasanya nyerocos mulu, ah dasar wanita penjilat, setelah tau siapa aku dia ingin seperti yang lain.

Segera aku meninggalkan butik tanteku itu, dan segera melesatkan mobilku ke rumah sahabatku, Arsyaf. Kalian mungkin belum mengenalnya ya dia adalah sahabatku yang mengerti berbagai keadaanku, dan ya dia sudah tau tentang pernikahanku yang terpaksa ini, aku memang menyetujui pernikahan ini, tapi dengan berat hati karena tidak ada pilihan lain selain aku menerimanya.

Setelah lama, aku menuju ke rumah Arsyaf, tapi ditengah perjalanan.

-AUTHOR POV.

"Ray buruan balik ke butik," suara tante Silvia, tante Rayhan

"Kenapa tan?" tanya Rayhan

"Calon istri kamu, pingsan han," jelas tante Silvia.

"Ha? kok bisa?" Rayhan terkejut

"Bisalah, makanya buruan kamu balik han," ujar tante Silvia yang terkesan memaksa.

"Iya, iya Ray kesana," segera Rayhan melesatkan mobilnya balik ke butik tantenya itu.

Sesampainya di butik tantenya, Rayhan segera mendatangi Syaima dan memeriksanya (ingetkan kerjaan Rayhan apa?) segera Rayhan memberikan pertolongan pertama, dan akhirnya Syaima terbangun.
"Tan, buruan punya Rayhan mana?, Rayhan masih banyak kerjaan ini,"

"Tuh, jas putih yang di dekat manequin" segera setelah instruksi tante Silvia, aku langsung mencobanya dan alhasil sudah pas dibadanku, setelahnya aku langsung melepas dan segera bergegas pulang,

"Eh mau kemana Han, tuh loh calon istri kamu belum selesai," teriak tante.

"Biarin dia naik taxi aja tan, aku buru-buru, bye," ucapku sambil meninggalkan mereka, aku sungguh malas jika terus bertemu dengan dia, aku sangat jengah kenapa wanita itu diam saja, biasanya nyerocos mulu, ah dasar wanita penjilat, setelah tau siapa aku dia ingin seperti yang lain.

"Kamu bisa ngga sih, ngga nyusahin orang, aku capek tau ngga, dan kenapa harus sekarang, hilang sudah waktuku," gertak Rayhan didepan wajah Syaima yang baru saja terbangun dari pingsannya.

"Kok kamu nyolot sih?" balas Syaima sambil membenarkan posisi duduknya.

"Iya han, ngga baik loh bentak orang begitu, apalagi dia calon istri kamu," tambah tante Silvia sambil membawakan teh hangat ke Syaima.

"Udahlah tan, aku udah terima dia aja, aturan dia udah bersyukur," balas Rayhan

"Ray cukup ya, kalau semisal emang ngga mau nikah bilang dari awal, aku capek kamu bentak-bentak gini, kepala aku pening han," ujar Syaima dengan air matanya yang mengalir.

"Ngga ada pilihan lain selain menerima kamu," bentak Rayhan dan segera meninggalkan Syaima yang menangis dipelukan tante Silvia.

-Sedih ngga sih? kasihan bang Ray, Syaimanya di marahin gitu, dah yuk simak kelanjutannya lagi ya.

Times Talk Onde histórias criam vida. Descubra agora