Adoubt.

62 2 0
                                    

Setelah kepergian Rayhan aku merasa sakit hati, badanku memang terasa lemas dan entah kenapa kepalaku berat.
Ku coba gaun kedua pernikahanku, tante Silvia menjelaskan tentang pembuatan gaun ini, dan entah setan mana yg membuatku jengah mendengarkan tante Silvia.
Hatiku masih sakit teringat kata-katanya tadi.

"Tan, buruan punya Rayhan mana?, Rayhan masih banyak kerjaan ini," kenapa sih nyolot banget tu orang, pusing tau dengernya

"Tuh, jas putih yang di dekat manequin" jawab tante Silvia sambil asik membenarkan kebayaku ini, aku melihat Ray mengenakan jasnya dan berpatut di depan kaca, sepertinya jas itu pas, dia juga tampak lebih tampan sedikit, SEDIKIT.

"Eh mau kemana Han, tuh loh calon istri kamu belum selesai," teriak tante Silvia yang memekakan kupingku.

"Biarin dia naik taxi aja tan, aku buru-buru, bye," jleb, sakit hati aku Ray, mentang mentang kita menikah bukan karena CINTA, tapi ngga seharusnya kamu memperlakukan ku sejahat itu, tapi sudahlah, tapi kenapa kepalaku terasa sangat berat dan mengapa aku sangat mual, tapi aku harus kuat dan aku harus mengganti baju dulu sebelum aku memesan taksi online.

Akhirnya aku selesai mengganti baju dengan baju casual kesukaanku, karena lebih nyaman, tapi kenapa rasa mual dan sakit kepala ini masih terasa dan semakin menjadi-jadi dan dalam sekejap...hitam.

Kukerjapkan mataku, kurasa dunia masih berputar dan...

"Kamu bisa ngga sih, ngga nyusahin orang, aku capek tau ngga, dan kenapa harus sekarang, hilang sudah waktuku," Rayhan langsung membentakku, ya Tuhan apakah dia tidak punya hati, dia tau kan seharusnya bagaimana, menangani orang yang seperti ini, apa Rayhan lupa ingatan dia adalah seorang DOKTER. Terasa sudah dadaku sesak mendengarnya.

"Kok kamu nyolot sih?" tanyaku yang masih belum sembuh benar tapi aku harus melakukan ini

"Iya han, ngga baik loh bentak orang begitu, apalagi dia calon istri kamu," tante Silvia membantuku, ya Tuhan sesaknya dada ini, tapi kenapa?

"Udahlah tan, aku udah terima dia aja, aturan dia udah bersyukur," siapa suruh terima aku Ray, kalau tau kayak gini aku akan biasa aja, coba kalau kamu bukan dokter di Rumah sakit tempatku kerja, bukan anak pemilik rumah sakit, bukan cucu ke5 dari kakek mu, dan bukan calon suamiku aku akan menamparmu secepat kilat, tapi ya Tuhan berat sudah aku ingin membendung air mataku, namun rasanya tidak kuat, Sabar Aima sabar...

"Ray cukup ya, kalau semisal emang ngga mau nikah bilang dari awal, aku capek kamu bentak-bentak gini, kepala aku pening han," Kukatakan dengan air mata yang mengalir, aku jujur kepalaku masih terasa pening untuk berucap tapi harus bagaimana lagi, Rayhan benar-benar jahat.

"Ngga ada pilihan lain selain menerima kamu," bentak Rayhan dan segera meninggalkanku dalam pelukan tante Silvia yang menenangkanku.

"Sudah ya sayang, tante yakin dia akan berubah, tante tau kamu kuat, bersikaplah baik dan tetap seperti Syaima yang biasa," nasehat tante Silvia, dan masih mendekapku dalam pelukannya.

"Makasih tan, aku pulang dulu ya tan, kasihan mama sendiri di rumah," bohongku pada tante Silvia karena aku ingin segera pulang dan istirahat menenangkan pikiranku yang semerawut ini.

"Naik apa?" tanya tante Silvia

"Taksi Online tan," balasku sambil membuka aplikasi Go-car milikku.

"Hati-hati ya sayang, duh mba Mayang pasti beruntung banget punya menantu kayak kamu, semoga Rayhan bisa membuka hatinya, setelah wanita itu pergi," suara tante Silvia yang tadinya bersemangat melemah setelah mengucapkan kepergian wanita itu.

Sekarang aku sudah berada di Rumah, ku telpon sahabatku, Gista. ya Gista sahabatku sejak aku duduk di bangku SMA, Gista susah mengetahui semuanya. Aku sangat lega jika sudah curhat padanya namun kali ini aku yak yakin dan tidak setuju dengan apa yang Gista katakan.

"Kamu nyesek dengan perlakuannya si Rayhan itu, berarti ada rasa cinta kamu ke si dokter itu, Ma," suara Gista disebrang sana

"Ngawur, aku benci sebel iya, cinta ogah,"

"Ma, dengerin ya, kalo kamu ngga cinta bersikaplah biasa seperti dahulu kamu mengenalnya, tapi jika kamu cinta, ketuklah hatinya," ucap Gista lagi.

"Ealah males tenan, wes lah Gis, aku besok shift pagi, tak tutuo sek," akhirku dan menutup percakapan kami berdua.

Aku bohong lagi, aku kali ini tak bisa tidur, aku memang belum ngantuk sekali, namun aku juga masih memikirkan siapa wanita yang masih menutup hati Rayhan? Mengapa aku menjadi ragu saat semakin dekat dengan pernikahanku dengan Rayhan.

-Hayo hayo Syaima kok jadi Ragu sih kasihan ah Aima, emang nyebelin banget si Rayhan mah. Tapi gimana ya kelanjutannya?

Times Talk Where stories live. Discover now