"MATILAH KAMU SYAIMA!", teriak batinku.

"Syaima, hey, syaima ayoo duduk, malah bengong aja," buyar lamunanku

"Udah gedhe ya kamu han, ganteng lagi, untung ya May kita ketemu kemaren, coba kalo enggak, gagal deh," tutur mama sambil memancarkan aura senangnya dan deretan gigi putih mama.

"iya Ndah, bisa gagal perjanjian buyut mereka, bisa susah kebelakangnya, tapi kan si Aima ternyata suster di rumah sakit bapak, ya Ampun jalan Allah tu ya, takdir emang ngga ketuker, Ndah," tambah dr.Mayang sambil tersenyum

"Ma, dari tadi kita ngomonginnya ngga langsung ke intinya, bertele-tele," tambah dr. Ahmad yang sambil meneguk teh-nya.

Ya Allah, aku serasa bagaikan apa gitu, ada 3 dokter yang mereka bekerja ditempat yang sama denganku, dan dilain pihak mereka teman dan anak teman orang tuaku, ya Allah lenyapkan aku secepatnya.

"Jadi gini Rayhan Syaima, eyang buyut kalian itu dulunya berteman, dan ya mereka berjanji akan menjodohkan cucu ke 5 dari keluarga, ya tentu kamu Rayhan dari pihak keluarga Ahmad dan kamu Syaima dari pihak keluarga Brotowijoyo" jelas dr. Ahmad dengan bijak dan lantangnya.

"Apa...."teriakku dan si songong bersamaan.

"Pa, ini bukan zaman siti nurbaya, Aima ngga mau dijodohin, tolong Pa," rengekku ke Papa.

"Ray, kamu gmana?" tanya dr.Mayang ke si songong.

"Memang ada pilihan lain selain menerimanya sebagai istriku, ma? " ujat dr.Rayhan yang membuat kepalaku berdenyut.

"Sayangnya tidak ada," jawab dr. Mayang

dan seketika...

blammm....gelap....

"Aima, nak ini mama, ayo bangun,"suara mama membangunkanku dari kegelapan dan ternyata disekelilingku sudah berkumpul dr. Ahmad, dr. Mayang, orang tuaku, dan si songong yang sedang mengalungkan stetoskop kesayangannya.

"Aima ngga papa kan, nduk, ayo dicoba minum dulu," ujar dr.Mayang sambil menyodorkan segelas air mineral kepadaku.

"Aima kecapekan ya, kata Rayhan kamu 3x shift malem, berturut-turut ya," tambah dr. Ahmad

"Enggak kok dok, ini gak kenapa2 kok, Aima sehat, paling efek laper," jawabku dan bodohnya aku menyangkal dokter.

"Ngga usah alesan, kamu kecapekan, besok izin aja, ngga usah berangkat, minta digantiin perawat," sambung si songong dari ambang pintu kamarku sambil melipat sikunya di dada.

"Saya gak papa dok," balasku.

"Ma,Pa, Om, Tante, bisa saya bicara sama Aima 4 mata,"perintah si songong pada keempat orang tua itu.

"Oh boleh, silahkan kami keluar dulu ya,"balas mama.

Blamm...

pintu tertutup...

"mau apa? saya min...ta maa..af dok," ucapku terbata-bata

"maaf?" tanya si songong.

"iya,"

"untuk apa?nabrak saya di koridor rumah sakit? atau ninggalin saya waktu visit atau apa?" si songong, coba dia bukan cucu yang punya rumah sakit.

"semua dok,"

"oh semua?" pakek tanya nyebelin sih.

"iya,dok,"

"jangan panggil saya dok, kalau lagi berdua, tatap-tatapan 4 mata, Panggil Ray aja," jiahh songong ngga mau dipanggil dok.

"iya dokter, maksudku Ray," balasku coba menggunakan nama panggilan orang lain.

"kamu mau aku maafin?" pakek tanya yaiyalah, gue takut kamu pecat.

"mau, dok, eh... Ray,"

"besok ngga usah berangkat," ucapnya ditelingaku.

"Aku males satu shift sama kamu, paham!," gertaknya sembari melenggang keluar dari kamarku.

Sebelllllllll, sumpah demi apapun aku benci...benci...benci kamu Ray, padahal besok itu aku satu shift sama Sonny, dan juga ada dokter Kiko yg jaga bangsal, dasar nyebelin emang.

-Kuy, Kuy dilanjut ke part selanjutnya ya, kira-kira mereka beneran married ngga ya? trus gimana kelanjutannya ya? tunggu trrus ya. love u all.
-rzfiqri

Times Talk Where stories live. Discover now