Daffa kemudian menjelaskan bahwa beberapa hari yang lalu sempat bertemu Andra. Andra-lah yang meminta tolong kepadanya untuk membeli novel DIA. Bukan untuk dibaca katanya, melainkan cukup dibeli. Bila sempat tidak percaya mengingat Andra yang menentang istrinya untuk menuangkan cerita mereka ke dalam novel. Namun, selanjutnya Bila sukses dibungkam setelah tahu alasan Andra melakukannya.

"Itu beneran Andra begitu?" Bila bertanya dengan takjub.

"Iya."

"Masa, sih?"

"Iya, Bila, Memei, Sayang!"

"So sweet banget. Padahal Rara beberapa kali cerita kalau Andra menolak ide buat buku. Terus Andra sendiri kalau lagi kumpul keluarga sering ngedumel. Tapi, ternyata diam-diam dia promoin bukunya biar laris? Demi melihat Rara senang gitu? Ya Allah, beruntungnya Rara. Diam-diam Andra keren gitu."

Daffa mengangguk mengiyakan. Dia mulai memindahkan pakaian yang sudah dilipat ke dalam keranjang. Dia merasa risih ketika mata Bila awas mengikuti setiap gerakannya.

"Kenapa? Ini aku taruh bener kok, nggak dicampur," jelasnya. Dia memang sudah beberapa kali mendapat protes dari Bila karena menaruh celana bayi di bawah dan baju di atasnya. Jadi, satu tumpukan versi Bila itu harus sama.

"Kak Daffa nggak ada rencana buat diam-diam kasih kejutan ke aku kayak Andra gitu? Aku kan juga mau."

"Mau banget?" goda Daffa yang melihat istrinya menaruh harap.

Bila mengangguk pelan, tidak yakin akan mendapatkannya.

"Ehm, kemarin Andra juga cerita kalau di novelnya ada kita ikut eksis. Jadi, kamu nggak perlu takut kalah tenar, kalau novel mereka laris ya alhamdulillah novelmu juga ikut dipromoin secara nggak langsung."

Bila mendesah. "Itu bukan kejutan, aku udah dengar dari Rara."

"Memang bukan itu kejutannya, aku cuma cerita aja. Barusan ingat kalau Andra ngomong begitu," jawab Daffa masih dengan wajah datar.

"Coba tolong ambilkan tas kerja coba, Bil," pintanya kemudian.

Bila beranjak dari kasur dan mengambil tas milik Daffa. Dia menyodorkannya sambil memrotes. "Kalau amplop tunjangan akhir tahun itu bukan kejutan."

Wajahnya menjadi muram ketika apa yang diduganya benar-benar terjadi. Daffa mengambil sebuah amplop dari tas, lalu menarik tangan dan meletakkan amplop di atasnya. Meskipun kesal, tak urung Bila tetap membukanya dengan setengah hati. Matanya memandang takjub ketika melihat isinya. Bukan uang seperti sangkaannya, tetapi dua print out pemesanan online tiket pesawat menuju Lombok. Nama yang tertulis di sana adalah namanya dan Daffa.

"Kak...."

"Hm."

"Ini beneran? Kak Daffa sudah ambil cuti memangnya?"

"Sudah."

"Terus anak-anak gimana? Masha kan harus sekolah. Kita nggak mungkin nitip ke Bunda Alya semuanya. Kasihan, Bunda."

"Gampang," sahut Daffa seringan kapas.

"Gampang gimana? Ini bocah tiga lho," protes Bila.

"Kemarin aku sudah bicara sama Masha, dia mau tinggal di rumah Bunda selama tiga hari. Nanti Ayah bisa bantu antar jemput ke sekolah."

"Naufal juga?"

"Naufal, ya? Kemarin kebetulan Om Alvin telepon, katanya Om sama Tante Rere mau ada acara di Jogja. Entah acaranya apa. Terus Om bilang lagi pengen cucu laki-laki dan mau minjem Naufal buat beberapa hari."

Bila bengong. Memangnya Naufal itu barang? Papanya memang tidak pernah berubah. Dulu, waktu Masha kecil juga pernah dipinjam demi keinginan Caca untuk punya adik. Sekarang, Naufal yang jadi korban karena keinginan kakeknya. Pffft, ini efek karena Ave belum memberi cucu laki-laki. Ah, tapi untuk kali ini bolehlah Naufal dipinjamkan.

"Khanza?"

"Ah, buat si Bungsu spesial didatangkan Oma sama Opanya dari Bandung. Mama sama Papa sudah aku minta buat ke sini. Tiket juga sudah siap."

Bila benar-benar dibuat speechless oleh kejutan kali ini. Seumur pernikahan, ini adalah kejutan besar baginya. Kalau hal kecil remeh temeh yang membuatnya merona memang sudah sering didapatkannya. Namun, untuk hal yang melibatkan keluarga lain ini adalah yang pertama. Apalagi atas inisiatif suaminya sendiri. Bukan permintaannya, juga bukan ide orangtuanya. Sejak Masha punya adik, mereka tidak pernah lagi pergi liburan berdua.

"Kak...."

"Iya, aku tahu kamu terharu. Sini peluk dulu," ujar Daffa sambil melebarkan tangan.

Bila baru saja akan memeluk lelakinya ketika sosok kecil muncul di pintu sambil mengucek mata.

"Meiiii, Nopal ndak bica tidul. Temenin, Mei."

Bila menatap Naufal, anak keduanya sambil tersenyum. Sebelum turun ranjang dan menggendongnya, dia menyempatkan untuk menengok kepada Daffa. Lelakinya itu tidak tersenyum sama sekali. Hal itu membuatnya menahan tawa. Jika dulu Masha yang mengambil alih perhatian ayahnya, sekarang ada Naufal yang mengalihkan perhatiannya.

"Kalau udah tidur langsung ke sini, Mei," ujar Daffa tepat sebelum Bila ke kemar sebelah.

END

Assalaamu'alaikum.

Postingan ini spesial untuk promosi. Abaikan jika timelinenya kurang jelas. Oh iya, buat teman-teman yang kemarin kesulitan buat cari Novel Bila bisa sekalian ikut PO DIA, ya. Caranya sila cek di bawah (untuk info lengkap bisa ke lapak DIA bagian terakhir). 

Oh iya, buat yang mau cek keberuntungan juga bisa ikuti Kuis berhadia DIA  di IG, untuk infonya bisa cek ig (at)lainilaitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh iya, buat yang mau cek keberuntungan juga bisa ikuti Kuis berhadia DIA di IG, untuk infonya bisa cek ig (at)lainilaitu

Oh iya, buat yang mau cek keberuntungan juga bisa ikuti Kuis berhadia DIA  di IG, untuk infonya bisa cek ig (at)lainilaitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih.

Alyaa

BilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang