9. mencari deon

8.3K 562 9
                                    

Biggy berjalan cepat menyusuri deretan bangunan apartemen . Dia tak peduli penampilannya saat ini. Biarlah orang melihatnya seperti apa. Yang penting saat ini dia harus segera bertemu erik, dan mengambil anaknya.

Suara pintu lift terbuka.

Dia sudah berada di lantai 12. Langkahnya berjalan menyusuri letak apartemen pria itu. Satu persatu dia ati hingga tiba di 1269. biggy mendongak. Memastikan benar ini apartemen Erik.

Dia menekan beberapa password disana. Dan pintu terbuka. Langkahnya langsung masuk kedalam Meneriakkan nama Erik disana. Memastikan apakah pria itu ada didalam sana.

"Erik." Teriaknya berkali kali. Membuka seluruh pintu ruangan. Berjalan kesana kemari.

"Dimana dia." Tanyanya dalam hati. Setibanya dia di sofa ruang tamu. Wanita itu sangat pucat. Biggy terlihat lelah.
"Dimana kamu bawa anakku brengsek." Teriak biggy frustasi. Wajahnya nampak kusut. Antara air mata dan rasa lelah di wajahnya bercampur menjadi satu. Jilbab yang dia kenakan sudah berantakan. Rambutnya bercampur dengan keringat dingin keluar dari sana.

Dia berteriak. Melempar semua bantal di atas sofa. Badannya pegal. Kakinya tak sanggup lagi untuk berdiri.

"Biggy." Nikel yang berlari cepat saat melihat sebuah pintu terbuka dan mendapati biggy hampir terjatuh disana

nikel pun Menangkap tubuh biggy yang pingsan.

Wanita itu jatuh diatas sofa, tubuh biggy yang tergolong berat tidak dapat dipengaruhi oleh nikel dan untungnya sofa adalah bagian yang paling dekat untuk menggulingkan tubuhnya disana. Fastin yang berada berlawanan arah karena memang Tidka tau nomer kamar erik. Setelah dihubungi nikel. Dia berlari menuju tempat itu.

"Anakku mas." Ujarnya parau biggy. Dia kemudian tak sadarkan diri.

Fastin menatapniba wajah adiknya. Dia menepuk punggung nikel agar menjauh dan memberikan ruang untuk biggy bernafas. Gilirannya mendekat ke biggy, memeluknya dan mengusap usap tangannya.

---

Ayam baru saja berkokok, namun Suara bising terdengar layaknya keributan yang riuh dipagi hari. Bunyi itu tepat berada diambang pintu apartemen Erik.

Biggy tanpa sadar terbangun. Walaupun terasa pusing dia mengangkat tubuhnya. Dan berusaha berdiri.

Jam dinding di apartemen Erik menunjukkan pukul 4 pagi. Bahkan adzan subuh belum berkumandang.

"Kamu itu kalau nggak bisa jaga anak. Ya jangan bikin anak." Ujar seseorang. Telinganya mendorongnya untuk memfokuskan diri dan melihat siapa yang sedang bercekcok.

"Kamu itu juga! Jangan salahkan anak saya! Cucu saya dicuri sama anak kamu." Ucap wanita lainnya yang tak mau kalah dengan suara yang lebih nyaring.

Nikel disana, kakak iparnya itu sedang memegang pundah kakaknya Fastin. Dan mamanya. Menunjuk nunjuk wanita yang berada disisi lain pintu.

"Mana biggy! Sudah minta cerai! Nggak tanggung jawab. Kalau nggak niat ya sudah biar saya yang rawat." Tambah wanita di luar kamar ini.

Ada mama mertuanya dan kakak iparnya Nilam disana. Dua wanita yang tergolong egois dan angkuh jika bertemu dengan dirinya maupun pasti ada saja alasan untuk mengerjai biggy jika Erik mengajak dirinya ke eumahnya.

Biggy pun memutuskan berdiri. Menata dirinya mengumpulkan tenaganya.

"Pergi saja! Kami bisa cari sendiri!" Bentak mama biggy. Entah kapan wanita parubaya itu tiba, tapi dari sorot matanya dan amarahnya dapat disimpulkan bahwa dia sangat Tidka suka orang lain menilai buruk orang lainnya tanpa fakta.

Biggy beranjak berdiri. Dia menoleh ke arah pintu. Dan disambut tatapan sinis Nilam dari sana.

"Sini kamu! Sembunyi terus balik orang tua!" Teriak nilam.

Fastin yang merasa Nilam bicara dengan seseorang otomatis menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati adiknya sudah tersadar.

"Biggy. Kamu istirahat dan jangan gubris mereka!" Perintah kakaknya.

Mamanya pun menoleh dan memberikan isyarat menyuruh biggy Tidka ikut campur karena mereka mampu menyelesaikannya sendiri.

Bukan biggy kalau Tidka keras kepala, walaupun merasa pusing. Dia memutuskan berdiri.

Terllau pagi untuk berdebat hal bodoh. Apalagi mereka juga harus memperhatikan warga sekitar. Walaupun biggy tau, didaerah apartemen Erik ini semua menggunakan kedap suara karena untuk mengurangi kebisingan, tetap saja adab sopan santun dimanapun itu sama.

"Lihat wanita nggak tanggung jawab." Teriak mama Erik.

"Siapa yang nggak tau diri! Anak kamu itu!" Sambar mama biggy. Wanita itu seperti gerbang saat ini. Benar benar menghalangi masukkan mama dan kakak Erik untuk ikut campur ataupun memaki maki anaknya.

Biggypun berdiri. Wanita itu sadar bahwa saat ini dia masih diapartemen Erik dan ditemani oleh kakak kakaknya serta mamanya.

"Ma, biarin aja." Ujar biggy. Dia mendekat ke arah mereka.

"Apa yang harus dibiarin? Mereka keterlaluan. Nggak tau masih pagi masih aja ngomong nggak jelas. Seharusnya mereka itu cari anaknya bukan malah ikutan kesini bikin kegaduhan." Jelas Fastin.

Nikel yang hanya pria satu satunya disini pun sudah kewalahan menyerah. Dia bermaksud ingin membiarkan orang diluar masuk dan bisa mengobrol baik baik. Tapi, kenyataannya mertuanya pun dan mertua biggy memang sama smaa keras kepala.

"Ma, sudah." Biggy ikut mendekat dia menarik mamanya.

"Big, biarkan dia pergi. Kamu jangan ikut campur. Ini wanita kalau nggak dilawan. Dimanisinpun selalu ngomong buruk. Udah biar mama yang bicara. Mama usir dia." Tolak mama biggy.

"Ma, udahlah. Nggak usah diurusin. Biggypun sudah nggak ngurus. Biggy usaha kebal ma. Biarin aja. Biarin sampai berbusa." Biggy menarik mamanya.

"Aku nggak ingin cari masalah. Aku nggak tau kenapa mama dan kakak kesini. Tapi yang jelas aku nggak peduli lagi dengan anak mama. Aku mau cari anakku." Biggy menatap keduanya. Ini pertama kalinya dia melakukan perlawanan langsung. Walaupun hanya dengan ucapan. Bagaimanapun dia juga mulai kesal dengan perkataan wanita tua itu di cafe Cosmo.

Sejak biggy dan Erik menikah. Merekalah orang yang tidak ramah di dalam hidupnya. Selalu saja cari masalah dan alasan buat memojokkan dirinya.

Biggy sebenarnya Tidak tau apakah Erik bercerita kepada mamanya atau mamanya yang membaca surat cerai itu.

"Kamu keterlaluan, udah minta cerai pun Bernai juga menghilangkan cucu saya. Nggak pantas jadi wanita kamu." Ujar pedas mama mertuanya.

"Jaga mulut anda ya." Kini fastin. Entahlah dia yang paling sensitif jika bicara tentang adik satu satunya ini.

"Kenapa? Mulut mama saya Itu fakta Lo!" Kini kakak Erik yang membela mamanya.

" Udah kalau kalian mau debat! Masuk dan debat! Aku mau cari anakku." Biggy berlalu mengambil tasnya.

"Kamu belum mandi big!"

"Udah kalau kalian mau lanjut silahkan. Aku mau cari anakku. Aku nggak peduli."

"Big!" Dia mendekat ke pintu dan mendesak siapapun disana.

"Jangan khawatir. Aku akan baik baik saja dan bawa pulang anakku ma!"

"Biggy, kesehatanmu masih belum baik." Teriak mamanya. Fastin sudah mengekor dibelakang biggy mengikuti anak itu.

" aku nggak peduli! Mbak jangan ikuti aku!"

"Kamu jangan gila. Badanmu demam." Bentak Fastin. Wanita itu berasa meraih tangan biggy.

"Jangan halangi aku mbak." Biggy berjalan cepat masuk kedalam lift dan berusaha menutup pintu itu.

Biggy menghela nafas.
----
To be continue.

Salam,
ARS.

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang