19

147 20 0
                                    

Vi bangun pagi-pagi sekali, entah pukul berapa, pikirannya sudah cukup fokus seakan selama tidur otaknya tidak pernah berhenti berpikir dan pergi mandi,  berpakaian, dan tanpa sadar pergi ke tingkat satu. Selama berjalan Vi nyaris tidak menimbulkan suara. Pintu elevator terbuka. Tempat itu kosong. Tidak heran. Kebanyakan orang di sini bangun pukul delapan dan yang paling lama pukul sepuluh. Vi duduk di salah satu sofa usang. Dia diam saja di situ. Matanya masih berat tapi otaknya sudah mulai bekerja, di satu sisi dia ingin kembali tidur tapi sisi lainnya tidak. Ini sering terjadi pada Vi. Dia bahkan sering dibuat heran oleh pikirannya sendiri yang selalu beradu.

Kepala Vi menoleh ke arah pintu besi. Samar-samar dia bisa mendengar sesuatu di sana. Penasaran, Vi berdiri lalu berjalan ke pintu itu. Mula-mula dia menempelkan telinganya ke pintu, tapi suara-suara yang didengarnya tetap tidak terdengar jelas. Vi menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada orang di sana kecuali dia, memegang kenop pintu dan membukanya. Vi berjalan di lorong gelap dengan amat pelan agar tidak menimbulkan suara. Semakin dia dekat ke atas semakin kuat suara yang ia dengar. Siapa pun yang sedang bicara di sana, pasti mereka sedang bertengkar, karena mereka saling berteriak. Vi berhenti beberapa anak tangga sebelum pintu tingkap. Di sana dia bisa mendengar dengan sangat jelas.

"... kapan kita mau menyerahkan mereka? Orang-orang itu sudah beberapa hari di sini dan kita tidak melakukan apa pun!"

"Keinginan mereka sudah jelas akan sangat membantu! Mereka mau pergi ke sana!"

"Geo dengarkan aku," Vi terkesiap. Itu suara Cassy. "Aku tahu ini berat tapi kalau kita mau selamat dari apa pun ini kita harus menyerahkan mereka. Itu satu-satunya harapan yang kita punya. Geo kumohon, kau yang menyetujui permintaan orang-orang di sana."

"Tepati janjimu! Aku tidak mau mati dalam keadaan begini!"

"DIAM!" Teriak Geo. "Aku tahu apa yang harus kita lakukan. Aku cuma ingin membuat mereka percaya dulu baru setelah itu kita--"

"Mengkhianati mereka?"

Hening. Jantung Vi berdegup kencang. Walaupun dia tidak tahu apa yang orang-orang itu bicarakan tapi Vi punya firasat buruk tentang ini.

"Ya."

Kedua telinga Vi berdengung tidak menyenangkan sementara berbagai macam tebakan muncul dalam benaknya. Kesemuanya tebakan yang sama tidak menyenangkannya dengan vonis hukuman mati.

"Aku siap melakukannya. Betapapun kejamnya tindakan kita."

"Ini akan jadi pekerjaan yang mudah. Karena semua sifat kemanusiaanku sudah hilang. Sepertinya."

"Aku tidak peduli. Meskipun mereka masih anak-anak." Kata Cassy.

Tubuh Vi serasa membeku di tempat sementara obrolan tadi terus terngiang-ngiang di telinganya. Vi  tahu apa yang mereka bicarakan. Akhirnya dia mengerti. Dengan tangan terkepal dia berlari menuruni tangga, meninggalkan semua kehati-hatiannya. Dari awal seharusnya dia tidak pernah mempercayai orang-orang ini selain temannya. Apa yang dia pikirkan?! Menerima semua bantuan dari orang asing yang tidak jelas apa posisi mereka di sini. Yah, memang sebelumnya dia berpikir untuk membuat persekutuan, sekarang? Semua itu sudah tidak ada gunanya lagi. Dia membanting pintu besi menutup dan langsung masuk ke elevator.

Dia tidak membangunkan yang lain untuk membicarakan percakapan yang telah ia dengar beberapa menit yang lalu. Dengan seluruh percakapan tadi masih terngiang-ngiang jelas di telinganya, Vi duduk sendirian di kursi putar di depan sebuah komputer, tangannya memegangi kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Sekali lagi dia berperang melawan pikirannya sendiri.

Vi tahu bahwa orang-orang tadi membicarakan mereka. Vi dan teman-temannya. Tapi dia menolak kenyataan bahwa selama ini orang yang ia kira sekutunya akan mengkhianati mereka. Menjual mereka pada TARACORP. Betulkah Geo akan melakukannya? Atau mereka hanya bergurau saja? Kalau benar begitu, maka mulai saat ini Vi sudah berada di ambang kematian. Dekat sekali sampai rasanya.hanya sejengkal. Tapi kalau dia melawan, semuanya akan terbalik. Vi harus menghancurkan TARA sebelum mereka bisa membunuhnya. Atau bisa jadi lebih buruk.

Nowhere is SafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang