16

180 20 0
                                    

Mobil yang mereka tumpangi meluncur semakin jauh dan setiap kali mobil itu melewati jalan yang berlubang mereka akan terhempas beberapa senti ke atas dan menabrak tempat duduk mereka, keras sampai terasa sakit. Vi tidak memutuskan pandangannya dari jalanan yang mereka lewati. Di balik tebalnya debu yang beterbangan di udara dia masih bisa melihat siluet orang-orang yang berjalan di sana. Langkahnya tertatih-tatih. Jelas mereka bukan lagi manusia. Tapi kelakuan mereka yang tidak langsung menyerang begitu ada manusia yang lewat membuat Vi semakin bingung. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang direncanakan para ilmuwan TARACORP dan apa mau mereka. Membuat zombie kembali menjadi wujud manusia mereka, tetapi mereka tetaplah mayat hidup, mereka tidak dihidupkan kembali. Itu bagus. Karena jika Vi harus membunuh, dan dia memang harus membunuhnya, dia tidak akan merasa bersalah sedikit pun. Semua yang telah dialaminya sudah mengubah kondisi mentalnya. Sepertinya.

Mereka berbelok di pertigaan jalan, memasuki suatu jalan yang di kanan-kirinya ditumbuhi pohon-pohon besar yang dedaunannya menutupi atas jalan. Setiap kali angin berhembus daun dari pepohonan itu jatuh dibawa angin serta debu. Vi mengusap matanya dengan jengkel untuk kesekian kalinya ketika debu kembali masuk ke matanya. Suasana di jalan itu begitu sunyi. Sunyi yang tidak wajar. Vi sudah biasa mengalaminya sehingga suasana seperti itu bukan apa-apa baginya. Semak di sisi jalan berkeresak cukup keras hingga Vi memutar tubuhnya untuk melihatnya. Dia menyipitkan matanya. Sekilas dia melihat pergerakan, tapi bisa saja itu hewan. Kemudian dia teringat tikus-tikus yang berukuran abnormal yang dia temui dulu di lorong bawah tanah dan dia jadi semakin waspada terhadap makhluk apa pun yang datang menghampirinya. Bahkan anak kucing sekali pun. Suara berkeresak itu muncul lagi. Vi melihat  sekelilingnya suara itu tidak berasal dari sana. Terdengar lagi. Suara itu rupanya mengikuti mereka. Tak satu pun dari mereka bisa menemukan sumber suara itu.

"Dari mana suara itu?" Tanya Vi.

Sesuatu yang berat dan menggeram jatuh ke atas mereka, menindih tubuh Vi yang sudah terguling ke lantai mobil. Ada suara gedebuk lagi. Apa pun itu pasti ada yang jatuh lagi ke atas mobil dan langsung terdengar suara pukulan dan geraman lain. Vi berbalik dan mengatur posisi untuk duduk tapi sebelum dia bisa melakukannya sesuatu itu menindih tubuhnya lagi dan kedua tangannya mencengkeram lehernya. Vi menggenggam tangan itu dan mencakarnya, berusaha melepasnya dari lehernya. Di sekitarnya sudah jadi kekacauan. Hampir semua temannya jatuh dari tempat duduknya tapi beruntung si pengemudi tidak diserang. Vi memukul malhluk yang menyerangnya dengan tongkat kayu yang ia temukan di lantai. Senjata entah jatuh ke mana. Vi mulai kekurangan oksigen. Sudut matanya mulai menggelap. Tapi dia tetap bertekad tidak akan mati di tangan mereka. Vi menolehkan kepalanya ke samping. Dia melihat pistol tergeletak tak jauh darinya. Dia menjangkaunya dan langsung menembak makhluk itu di jantung dan terpuruk ke atas tubuh Vi. Vi mendorongnya menjauh dari tubuhnya. Dia menarik napas dalam-dalam sambil memijat lehernya yang dicekik tadi. Dia tidak mau dicekik untuk kedua kalinya. Vi baru sadar makhluk yang tadi mencekiknya adalah zombie. Dia berdiri melihat Trix kewalahan dengan lawannya yang tidak mati-mati dari tadi. Vi berputar dan menendang kepalanya dan zombie itu langsung terpuruk. Sekalian Vi tembak lehernya supaya tidak bisa bangkit lagi.

"Terima kasih." Kata Trix disela-sela napasnya yang tersengal-sengal.

"Tak masalah." Balas Vi, suaranya agak serak gara-gara cekikan tadi. Di belakangnya Vi melihat Axe, Daniel dan Rio bekerja sama menghabisi satu zombie yang cukup merepotkan mereka: Axe menyayatnya berkali-kali dengan pisau; Daniel meraih satu tangannya dan mematahkannya dengan paksa, zombie itu mengeluarkan suara geraman panjang yang Vi pikir sebagai jeritan. Jeritan itu anehnya terdengar bagai musik di telinga Vi. Setelah itu Daniel menendang dagunya, membuat zombie itu jatuh ke belakang. Rio melompat ke atasnya, merenggut pisau dari tangan Axe dan menancapkannya ke jantung si zombie. Darahnya yang gelap menyembur dari lukanya ke bagian depan tubuh Rio dan sebagian tangannya. Setelah ini dia butuh mandi.

Nowhere is SafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang