3

364 39 0
                                    

Sesaat Violet pikir dia akan berubah menjadi salah satu dari monster gila penggigit itu. Tapi ketika dia memejamkan matanya. Makhluk gila yang mendarat di punggungnya jatuh kesamping tubuhnya. Lalu terdengar siutan angin dan sesuatu yang berat menghantam makhluk itu tepat di lehernya, kepalanya menggelinding mengerikan menjauhi tubuhnya.

Violet memekik dan segera melompat bangun. Di depannya ada seorang remaja lelaki yang rambut hitamnya menempel karena keringat. Kaus putihnya ternoda darah dan celana jeans-nya robek di beberapa tempat. Dia memegang sebuah kapak yang entah dari mana ia dapatkan. Mata kapaknya juga ternodai oleh darah. Ia menoleh pada Violet, nyengir.

"Kau terluka?" Tanyanya.

Violet sudah akan menjawab tidak, tapi yang keluar dari mulutnya malah: "Siapa kau?"

Kedua alisnya bertaut, jelas dia tidak mengharapkan pertanyaan itu sekarang. "Tidak penting. Kita harus lari. Sekarang! Kecuali kalau kau mau tinggal dan berubah jadi zombie."

"Zombie?" Tanya Violet keheranan. "Aku kira makhluk seperti itu tidak nyata."

Anak lelaki itu memutar bola matanya. "Ya, sekarang mereka nyata. Ayo!"

Violet berlari mengikuti anak lelaki yang tidak diketahui namanya itu. Dia telah kehilangan tongkat besinya dan sekarang dia tidak memiliki senjata apapun untuk melindungi dirinya. Violet terus berlari sambil memperhatikan anak di depannya itu mengayunkan kapaknya ke leher 'zombie-zombie' itu terkadang ia menendang zombie-nya sampai jatuh lalu barulah ia mengayunkan kapaknya ke leher atau dadanya. Sadis sekali, pikir Violet.

Kemudian terdengar deru yang memekakkan telinga disertai angin kencang. Violet mendongak. Di atas ada sekitar lima atau tujuh helikopter mengudara di area itu. Dua buah tali dijulurkan di masing masing helikopter dan tentara-tentara meluncur turun dari tali-tali itu. Senjata siap di tangan mereka. Dan detik berikutnya mereka menembak secara bersamaan. Suara tembakkan itu memekakkan hingga Violet dan anak lelaki itu menutup telinga mereka.

Peluru melesat ke segala arah. Menembus mobil dan memecahkan kaca. Satu per satu zombie itu berjatuhan dengan lubang-lubang peluru di sekujur tubuh mereka. Setengah dari zombie gila itu berhaail dimusnahkan tapi selalu saja muncul lagi dan lagi seakan-akan mereka tak ada habisnya.

Violet berjongkok kerika ia mulai merasakan peluru melesat di sekitarnya, hampir menembus tubuhnya. Anak lelaki itu juga melakukan hal ynag sama. Violet melihat sekitar. Tidak ada jalan keluar, mereka terperangkap.

"Kita harus pergi dari sini!" Teriak anak lelaki itu.

"Caranya?" Violet balas berteriak. "Kalau kita berlari kemungkinan besar kita akan tertembak!"

Saat itu juga peluru-peluru menembus mobil di sampingmereka. Violet langsung merunduk lebih dalam lagi. Kemudia dia melihat sesuatu yang berbentuk bundar dan berkelip meluncur di atas kepalanya dan mendarat tak jauh dari dari mereka. Lalu benda itu mengeluarkan cahay terang berkilau. Cahaya itu terus bergerak dalam lingkaran besar sampai menutup seluruh area itu. Kemudian cahayanya menghilang.

Violet berkedip beberapa kali kearah benda bundar yang membuat lapisan pelindung tak terlihat itu. Dia takut lapisan pelingnya tidak bisa ditembus dan kemudian dia akan mati bersama para zombie itu. Sungguh tidak menyenangkan.

Anak lelaki yang tidak diketahui namanya itu meraih kapaknya yang berat lalu mengayunkannya ke lapisan pelindung di depannya. Alhasil, dia dan kapaknya jatuh terpental ke belakang.

Mata Violet membelalak. Buru-buru dia membantu anak itu bangkit ke posisi duduk. Dia menatap lapisan pelindung itu sambil bergumam. "Apa itu?"

"Medan gaya, kurasa," Dia mengintip para tentara yang masih sibuk menembak para zombie dari balik kap mobil. "Aku heran dari mana mereka mendapatkan benda sepsrti itu... hei! Mereka kembali ke helikopter!"

Violet ikut-ikutan mengintip di sebelahnya. Benar apa kata anak itu. Mereka sudah kembali ke helikopter mereka. Tapi jika diperhatikan lebih teliti, zombie-zombie itu belum sepenuhnya mati. Mereka masih menggeliat-geliat dan mengerang.

Kemudian sekitar sepuluh benda bundar yang lain berukuran kecil dijatuhkan dari helikopter. Mata Violst membesar melihat benda itu. Satu pikiran melintas di benaknya dan diulang ribuan kali: bom. Benda itu pastilah bom. Bagaimana lagi caranya untuk menghabisi sepasukan zombie gila yang kelaparan kalau bukan mengebom mereka? Tamat sudah.

"Ah, hei," Ucap si anak lelaki di samping Violet, wajahnya menunjukkan ekspresi ganjil terpeta di wajahnya. "Kurasa ini akhirnya, jadi, um... senang bisa bertemu denganmu. Siapa pun kau itu."

"Violet." Balasnya, dia tersenyum kecil. "Jadi apa kau akan memberitahuku siapa namamu sekarang?"

Dia menimbang-nimbang sebentar sebelum akhirnya menjawab dengan nada datar. "Martin."

Dari kejauhan bom-bom itu mengeluarkan suara berdwsis keras lalu asap putih keluar dari dalamnya menyebar cepat ke seluruh penjuru area yang ditutup medan gaya. Zombie-zombie yang masih hidup lamgsung tidak bergerak lagi.

Kabut putih memenuhi pandangan Violet sampai ia tidak bisa melihat lagi. Napasnya sekarang terasa sesak gara-gara asap itu. Detik berikutnya dia ambruk ke jalan. []

Nowhere is SafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang