10

193 23 3
                                    

"Tunggu, apa?!"

"Kau tidak bisa membunuh kami, kami akan membantu kalian- lepaskan aku!"

Vi berkelit menghindari tangkapan si pria besar yang tadi memitingnya di luar. Suasana di ruangan itu menjadi gempar. Terdengar suara baku hantam dan geraman di seluruh ruangan. Vi memukul wajah penyerangnya, berputar dan menendangnya sampai orang itu membentur tembok dan merosot ke lantai dengan darah menetes-netes dari hidung dan keningnya. Vi mengambil pistolnya yang tadi dijatuhkan, mengisinya dengan peluru dan siap menembaki mereka semua satu per satu.

Ada orang yang memukul kepalanya keras sekali dengan senapan. Vi ambruk ke lantai. Pandangannya seketika menjadi kabur, telinganya berdenging keras dan tempat kepalanya di pukul tadi berdenyut-denyut menyakitkan. Vi mendengar ada orang yang meneriakkan namanya, tapi suara itu terdengar jauh sekali. Seperti berada di bagian dunia lain. Pandangannya yang buram lama-lama menjadi gelap dan dengan satu pukulan lagi di bagian belakang kepalanya, dia menutup matanya.

Vi sadar setengah jam kemudian. Matanya langsung disilaukan oleh cahaya matahari yang menyorot langsung ke matanya. Vi mengerjapkan matanya hingga dia terbiasa dengan cahayanya yang menyilaukan. Angin kering berhembus di sekitar Vi, membuat suhu tubuhnya langsung naik beberapa derajat. Vi baru sadar dia berada di rooftop gedung itu, setelah menyadari betapa dekatnya dia dengan awan-awan di langit. Kedua pergelangan tangannya sakit. Dan dia baru menyadari hal lain. Dia dan teman-temannya di gantung dengan rantai di tiang gantungan pada pergelangan tangan mereka. Kanan-kirinya adalah Daniel dan Axe. Axe mengayun-ayunkan tubuhnya dengan gelisah sementara Daniel nyengir padanya.

"Baik sekali kau mau bergabung dengan kami," katanya. "Kukira kau sudah pergi lebih dulu."

"Diamlah!" Bentak Vi.

"Vi?" Kata suara Rachel, dia kedengarannya bersyukur sekali Vi sudah kembali, tapi sepertinya tidak akan lama. "Aku sangat khawatir."

"Aku baik, Rachel. Bagaimana kalian?"

Terdengar gumaman "baik" lainnya. Di kanan kirinya. Vi sangat senang mendengar mereka semua baik-baik saja. Kemudian-

"Nito tewas." Kata Trix tanpa perasaan. Jantung Vi berdegup kencang mendengarnya. "Dia ditembak di jantungnya saat mencoba menyerang orang yang telah memukulmu. Paling tidak dia tidak merasakan apa pun saat itu terjadi."

"Oh." Cuma itu yang bisa diucapkan Vi. Dia tidak terlalu mengenal Nito, tapi anak itu telah berusaha melindunginya. Semoga dia tenang di sana.

Pintu tingkap di sudut terjauh terbuka. Sekelompok orang bersenjata muncul bersama pemimpin mereka yang bertampang menyebalkan. Ini dia akhir hidupku, pikir Vi sambil memutar bola matanya. Orang-orang bersenjata itu mengambil posisi di depan setiap anak. Vi menatap orang di depannya dengan wajah datar, seakan ingin mengatakan yang-benar-saja.

Si pemimpin bicara. "Kata terakhir?"

"Kalian menyebalkan." Kata Trix dengan nada seperti bernyanyi.

"Kami cuma anak-anak!" Kata Rio setelah sekian lama tidak bicara. "Kenapa kalian ingin membunuh kami tanpa sebab?"

Orang-orang di depan mereka cukup tercengang mendengar pertanyaan Rio. Mereka semua menoleh pada pemimpin mereka, tampak bertanya-tanya. Taruhan, mereka tidak tahu apa-apa.

Si pemimpin maju selangkah, menatap setiap anak dengan tajam, menarik napas dan bicara.

"Selama ini kalian berada di sana dan kalian tidak tahu apa-apa tentang serangan ini?"

"Di sana di mana?" Bentak Trix. "TARACORP maksudmu? Kami memang di sana tapi kami cuma dilatih untuk menyelesaikan tugas yang mereka berikan."

"Yaitu apa?" Tanya orang itu.

Nowhere is SafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang