chapter 16

800 7 0
                                    

Kevin's View:

Pemotretan hari ini berjalan sangat lancar dan telah selesai. Bekerja dengan Thata sebagai partner sungguh menyenangkan. Bukan hanya Thata dapat bekerja secara profesional tetapi Thata juga orang yang enak diajak berbicara. Walaupun secara tidak sadar, Thata dapat tertawa lepas dengan kru lain tetapi bersikap kaku dengan fotografer tersebut. Kevin sungguh penasaran dengan sikap Thata tersebut. Sebelum pemotretan dimulai, Kevin sempat melihat mereka berdua berbincang. Terlihat seperti mereka berdua telah kenal sejak lama. Tetapi mengapa sikap Thata begitu dingin dengan laki-laki itu? Apakah mereka berdua memiliki masalah sehingga Thata bersikap dingin. Tetapi berbeda dengan fotografer tersebut, Kevin dapat melihat fotografer tersebut sesekali melirik kearah Thata dengan tatapan yang sendu. Sungguh hubungan yang sangat membingunkan yang terjadi diantara mereka berdua.

“Kevin!” kata seseorang sambil menepuk pundaknya. Orang tersebut ternyata Thata, dari raut wajahnya sepertinya dia kesal terhadap Kevin, ia juga tidak menyadari bahwa Thata sudah berada di sampingnya.

“Sejak kapan kau berada di sampingku?” tanya Kevin sambil mengerinyit heran.

Thata hanya gelang-geleng kepala heran, “Aku sudah duduk disampingmu sejak tadi dan memanggil-manggil namamu, tetapi kau tetap saja sibuk dengan khayalanmu,” Thata menghela nafas, lalu melanjutkan lagi perkataannya, “Pemotretan untuk hari ini selesai, dan sekarang sudah hampir pukul 7 malam, apakah kau tidak ingin menghadiri acara yang diadakan oleh kakek dan nenek di lantai satu untuk menyambut kedatanganku?”

“Oh kamu mengharapkan kedatanganku?” tanya Kevin dengan senyum jahil.

Thata beranjak berdiri dan mengambil tasnya, “terserah kau sajalah Kevin.”

Kevin tertawa melihat tingkah laku Thata dan berdiri pula dari tempat duduknya, “dengan raut wajah mu seperti itu kau tampak seperti anak kecil yang sedang menginginkan sesuatu dan tidak dibelikan oleh orangtuanya,”

Mendengar komentar dari Kevin tersebut, Thata malah membuat wajahnya lebih seperti orang marah. Tetapi yang dilihat oleh Kevin bukannya wajah yang marah menyebalkan tetapi wajah yang imut dan menggemaskan. Setelah Kevin sadari sangat mudah untuk jatuh cinta kepada Thata, apalagi wajahnya hampir seperti boneka, seperti cinta pertamanya.

“Sudahlah kau berhenti tertawa,” seru Thata yang ikut tertawa karena Kevin tidak berhenti tertawa.

Thatapun berhenti tertawa dan memandang lurus kearah belakang Kevin. Iapun juga ikut berhenti tertawa dan melihat kebelakangnya. Dan ternyata fotografer tersebut sedang berjalan menuju kearah mereka berdua. Ekspresi Thata yang sebelumnya tampak bahagia, berubah menjadi ekspresi dingin setelah mengetahui fotografer itu menyamperinya. Kevin berinisiatif untuk pergi terlebih dahulu daripada ia harus mencampuri masalah mereka.

“Kalau begitu aku akan menunggumu di pintu taman,” kata Kevin yang mendapat jawaban sebuah anggukan dari Thata.

Kevin berjalan meninggalkan Thata yang masih memandang fotografer tersebut.

This is for the second timeWhere stories live. Discover now