Marco - 10

22.5K 1.5K 22
                                    

Siang itu, Marco dan Mark sedang berada dibelakang Lab sambil duduk merokok. Para teman-teman mereka yang lain sedang bersiap-siap untuk bertanding basket melawan SMA Bintang Kejora yaitu berarti mereka melawan Jovani dan team-nya.

"Kalian bisa nggak sih, kita lagi kedatangan tamu. Jangan berbuat sesuka hati!" tegur Risa yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka.

Marco mendengus lalu kembali menghisap rokoknya sedangkan Mark membuang benda beracun tersebut. Mark bangkit dari duduknya membuat Marco mengernyit bingung.

"Gue lupa bro. Minggu depan, team futsal gue tanding. Gue kelapangan dulu ya, baik-baik sama Risa. Bye!" Mark lansung hilang begitu saja dari pandangan Marco dan Risa.

Seperginya Mark, Risa dan Marco terdiam. Suasana diantara mereka menjadi hening, tak ada yang memulai topik hingga Marco membuat puntung rokoknya membuat Risa keheranan.

"Kenapa dibuang?"

Marco mengheleng pelan tanpa menoleh. Setelah itu, Mereka kembali diam. Namun, belum semenit suasana menjadi hening, Risa kembali berbicara. "Kok kita canggung gini?"

"Gak tau."

Risa menatap Marco dari samping, cowok itu sedang sibuk memainkan batu-batu kecil yang berada dihadapannya.

"Lo kenapa 'kayak cuek gitu, sih?"

Kali ini Marco menoleh sambil mengernyit, "Cuek gimana?"

"Cuek gitu..." Risa menyelipkan beberapa anak rambutnya dibelakang telinganya sendiri. "Bukan seperti Marco yang dulu."

Mereka saling bertatapan, Marco tersenyum dalam hati. Risa tau perubahan yang Marco buat dan itu sudah membuat hati Marco menghangat.

"Emang, dulu gue gimana?"

Risa menggeleng, "Entahh.."

"Aku cariin, ternyata kamu ada disini? Ngapain? Ayok, bentar lagi aku tanding, loh." ucap seseorang membuat Risa dan Marco menoleh, ternyata Jovani. Tepat dengan apa yang Marco pikirkan.

"Tuh Ris, lo sama pacar lo aja sana. Jangan ganggu gue disini." timpa Marco, Risa menatapnya dengan pandangan sedih sekaligus bingung.

"Jadi gue dari tadi, ganggu lo?" suaranya terdengar lirih. "Kenapa nggak bilang dari awal, Marco?"

Belum lagi Marco menjawab, Risa sudah ditarik oleh Jovani. Sedangkan Marco mengacak rambutnya frustasi, niat awal nya bercanda tapi Risa malah menganggapnya serius.

--

"Hm, Kenapa?"

Marco mengacak rambutnya hingga terlihat lebih berantakan dari sebelumnya. Namun itu sudah menjadi kebiasaanya saat baru bangun tidur.

"Iya, gue kesana." baru saja Marco ingin menutup telfon tersebut namun ia teringat sesuatu, "Eh, awas lo. Kalo gue kesana cuma untuk dipukulin lo, mending gue lanjut tidur."

"Nggaak! Pea" ucap Riski diujung sana membuat Marco terkekeh.

Awalnya Marco ingin menolak perintah Riski karena ia merasa tidak enak dengan Risa setelah ucapannya tadi disekolah. Namun, setelah berpikir ulang akhirnya Marco pun setuju. Sesampainya dirumah Risa, Marco lansung masuk kedalam rumah—pastinya setelah sudah mengucap salam—dan berjalan menuju kamar Riski. Tak perduli dengan Jovani dan Risa yang membuka pintu untuknya.

"Kenapa?" tanya Marco to the point, Marco membuang tubuhnya dikasur empuk milik Riski lalu kembali menutup mata nya.

"Woi! Gue suruh kesini buat jagaian adek gue noh dibawah, males gue jagain."

"Hm..."

"Marco, Tolol. Bangun nggak lo?! Nggak gue restuin sama Adik gue kalo lo nggak bangun." Riski memukul lengan Marco. "cepet sana! Sebelum mereka macam-macam."

Terpaksa, Marco bangun lalu menatap tajam Riski kemudian mendengus kesal sbil berjalan keluar kamar milik Riski. Ia mengernyit saat melihat Risa dan Jovani sangat romantis membuat hatinya teriris.

"Jangan deket-deket. Bukan muhrim!" desis Marco sambil menjauhkan Risa dari Jovani.

"Lo ngapain sih!!!" Gerutu Risa.

"Ini tugas dari Kak Rizal dan Kak Riski. Lo diem aja. Tau nggak? Nggak boleh berdua-an aja, nanti ke-tiga nya itu setan."

"Lo setannya." celetuk Jovani dan Risa bersamaan.

●●

TBC

MARCO [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now