Marco - 05

22K 1.5K 71
                                    

Risa duduk dibawah pohon rindang sambil menatap Marco dan kawan-kawan yang sedang bermain skate dibawah langit sore. Ia tersenyum tipis saat melihat Marco dengan ahli mengusai skateboard tersebut.

Sambil melihat Marco bermain, alunan musik dari lagu liability dari penyanyi muda Lorde mengalun indah di pendengaran Risa melalui headset miliknya. Entah ada angin apa, tiba-tiba Risa memikirkan tentang perjodohannya dengan Marco. Akan kah ia menerima atau tidak?

Risa ikut bersenandung pelan, dilihatnya matahari akan segera terbenam. Langit sudah berubah menjadi jingga, pemandangan yang indah, Menurutnya.

"Hei!" sapa Marco. Cowok itu berjalan mendekat kearah Risa lalu duduk tepat disamping gadis itu. "Nikmatin pemandangan?"

Risa mengangguk.

Marco tediam. Ingin rasanya mengatakan hal yang tadi ia lihat, tapi takut jika Risa memarahinya karena telah menuduh Jovani sembarangan.

Akhirnya suasana menjadi hening. Mereka sama-sama menikmati sunset dari bawah pohon rindang, saling menikmati keheningan yang menyelimuti mereka. Hingga akhirnya Riski datang.

"Ris, lo pulang sama Marco ya? Gue masih ada urusan sama teman-teman gue."

"Urusan apa kak?" tanya Risa penasaran, bahkan sampai alisnya berkerut dalam.

Risko mendengus, "Enggak usah kepo. Sana pulang, sudah magrib."

"Iya. Duluan ya kak, See you."

Risa dan Marco pun berjalan menuju rumah Risa, mereka masih saja diselimuti keheningan dan dilapisi juga dengan kecangungan.

Sesampainya dirumah Risa, Marco lansung berbalik berniat untuk pulang. Namun, Ia mengernyit saat Risa menahan lengannya.

"Makasih." Ucap Risa tulus.

Marco tersenyum lalu mengangguk semangat. Ia pun berpamitan untuk pulang ke rumah—yang hanya berseblahan komplek.

--

"Woi kebo! Bangun cepet, sudah jam setengah tujuh."

Marco yang awalnya tertidur nyenyak mengernyit saat mendengar suara cempreng ala kakak perempuannya, Tika. Perempuan itu mengguncang tubuh besar Marco sambil terus mengoceh.

"Marco kembarannya hulk, kalo makan porsinya kayak babi, Trus kalo tidur kayak orang mati. Ayo bangun, Telat lo kesekolah. Sudah mau kelas tiga juga."

Tika terus saja mengguncang tubuh Marco membuat cowok itu mau tidak mau bangun, menatap sinis kakanya lalu berjalan pelan menuju kamar mandi.

"Jangan lama-lama, Anak dungong!"

"Cerewet lo!" teriak Marco dari dalam kamar mandi.

Setelah sudah siap, Marco berjalan turun menuju meja makan. Disana hanya ada adiknya yaitu Stefany dan Julia. Marco mendengus kesal sambil mendakti keduanya, Julia yang sibuk dengan seragam merah putihnya lansung menatap sinis Marco saat sadar Marco sudah berada satu ruangan dengannya.

"Kak Tika, mana?"

"Sudah pergi."

Marco ber-Oh ria sambil mengangguk. "Trus kalian nggak ke sekolah? Sudah telat loh."

"Kita juga tunggu kak Marco yang mandinya lama kayak anak gadis! Ini sudah jam tujuh lewat kak!" gerutu Stefany sambil menatap Marco garang, Julia pun mengikuti Stefany menatap Marco.

Sedangkan Marco kembali ber-oh ria. Ia menatap kedua adiknya, "Stef, Bukannya lo hari ini ada try out ya?"

"OH MY GOD." Stefany berteriak lalu menarik Marco menuju garasi rumah. "Anterin gue sekarang. Gue udah telat, Kak Marco, Fu—Arghhh!!"

Stefany masuk kedalam mobil di ikuti Marco dan Julia yang terkikik geli. Akhirnya, Marco pun mengantar Stefany dan Julia kesekolahnya. Begini dia setiap pagi, menjadi supir tampan demi mempunyai Mobil. Syarat dari kedua orang tuanya jika ingin membawa mobil kesekolah yaitu; mengantar Tika, Stefany, dan Julia kesekolah ataupun kampus. Kakaknya Tika, menjadi mahasiswi disalah satu universitas ternama. Adiknya Stafany masih mengenyam pendidikan SMP dan Julia masih mengenyam pendidikan SD.

"Pagi Marco."

Cowok itu membalikkan badannya cepat saat mendengar suara seseorang menyapanya dari belakang ketika ia berjalan dengan santai menuju kelas.

"Eh, Pagi Bu..."

Marco tersenyum kikuk sambil memperbaiki letak tasnya yang berada dipundak.

"Tau ini jam berapa?" tanya Ibu Cinta—alias guru Bk sambil tersenyum jahat. "Tau, Masuk sekolah jam berapa?"

"Emang ini jam berapa Bu?" tanya Marco balik dentan wajah yang berpura-pura tidak tau. Jelas saja dia tau, sebelum keluar dari mobil Ia sudah melihat jam berapa, ternyata sudah jam 07.45 pagi.

Ibu Bk terlihat geram dengan tingkah Marco, Ia mendesah pelan lalu tersenyum. "Sebelum kamu tau ini jam berapa, sekarang kamu bersihin lapangan dulu ya!" bukan sebuah pertanyaan, melainkan sebuah perintah yang tak bisa dibantah.

Barusaja Marco ingin berbicara, Namun Ibu Bk menatapnya tajam. "Tidak ada komentar. Kerjakan atau Kamu mau panggilan orang tua?!"

Terpaksa, Pagi ini Marco habiskan waktu sampai istirahat untuk membersihkan lapangan yang terlihat kotor karena sampah-sampah dan dedaunan kering. Beberapa kali Marco menggerutu kesal karena dengan secara terang-terangan banyak siswi yang mengambil fotonya yang sedang membersihkan lapangan.

"gue tau kok, kalau gue itu ganteng." ujar Marco dengan tingkat kepedean yang sangat tinggi. "tapi nggak ambil foto gue waktu lagi menyapu gini jugaa, kelessss..."

Beberapa murid yang mendengar ucapan Marco terkikik geli.

--

"Selamat siang Bu!" ucap Seluruh murid dikelas XI IPA 3 secara serentak. Kemudian mereka kembali duduk dan siap untuk belajar—untuk beberapa murid saja, sedangkan yang lainnya mulai sibuk dengan urusan masing-masing.

"Oke, Sekarang kalian duduk perkelompok. Lalu, kita kembali bahas tentang tugas drama kalian. Sudah berapa persen?"

Para murid pun sibuk kesana-kemari untuk duduk dengab kelompoknya. Sama halnya dengan Marco dan Mark mereka sedari tadi putar-putar didalam kelas sambil meneriaki kalimat 'Kelompok pertama' namun tidak ada jawaban sama sekali. Hingga semua sudah dengan kelompok masing-masing, Marco dan Mark masih berdiri didepan kelas dengan wajah bingung.

"Marco dan Mark. Dimana kelompok kalian?"

"Nggak tau Bu. Seinget saya, kita itu kelompok pertama. Tapi pas ditanya nggak ada, cuma ada kelompok Satu, Dua, Tiga dan seterusnya Bu." Marco menggaruk tengkuknya bingung.

Sontak, para murid didalam kelas tertawa. Marco pun menunjukan ekspresi bingung berbeda dengan Mark yang menunjukan ekspresi tidak tau apa-apa.

Guru Bahasa Indonesia pun hanya menggeleng sambil terkekeh pelan. "Kamu jangan sok bego deh, Marco! Sana duduk sama kelompok kamu." ujar Ibu guru sambil menunjuk Risa yang duduk ditempatnya.

"Loh, itukan tempat gue? Kok mereka duduk disana."

"Marco, kita puter-puter gak jelas ternyata mereka duduk nya ditempat kita. Apa salah hamba Yalord?"

"Salah lo, mau aja dibegoin sama Marco."

Marco tertawa mendengar hal tersebut, tadi niat awal Marco hanya ingin membuat alasan agar dia bisa keluar dari kelas namun, niatan nya terganti ketika Mark mengikutinya dengan wajah polos, Marco pun menjadi berniat untuk mengerjai Mark.

Kelas menjadi ricuh karena celetukan Ayya. Guru pun menyuruh Marco dan Mark untuk bergabung dengan Risa dan yang lain.

Marco pun mengambil duduk disamping Risa. Ia melihat Risa yang sedang fokus menulis sesuatu diatas kertas. Detik berikutnya, seulas senyuman tipis muncul diwajahnya karena melihat wajah serius Risa.

Kapan coba lo tau perasaan gue ke lo? Padahal, dengan jelas gue nunjukin kalau gue ada rasa sama lo.


●●

TBC

MARCO [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now