39. Duel Ilmu Silat dan Ilmu Kebatinan

1.6K 28 0
                                    

Ketika menuruni Pegunungan Go-bi-san, Han Sin telah sembuh sama sekali, telah pulih kembali semua tenaganya. Ia amat berterima kasih kepada Pek Sin Niang-niang, akan tetapi kepada siapa ia harus mengucapkannya? Ia tak dapat berbuat lain kecuali berlutut dan mengangguk-anggukkan kepala sambil mengucap terima kasih kepada Pek Sin Niang-niang di depan pondok pertapa itu, kemudian dengan cepat ia turun gunung dan mulailah ia dengan penyelidikannya untuk mencari Bhok Kian Teng.

Setelah muncul peristiwa Bi Eng yang begitu aneh, Han Sin ingin mendahulukan urusan ini. Tadinya ia amat bernafsu hendak mencari Hoa-ji yang ia yakin adalah adik kandungnya, akan tetapi setelah melihat Bi Eng bersama Bhok Kian Teng dan bersikap demikian anehnya kepadanya, ia mengambil keputusan untuk mencari Bi Eng lebih dulu. Mengapa Bi Eng bersikap seperti itu? Dan kenapa pula Bhok Kian Teng menyebutnya Tilana. Apa yang telah terjadi? Apakah Bi Eng, sudah menjadi gila, ataukah dia, yang sudah miring otaknya? Han Sin benar-benar merasa gelisah sungguhpun ada pula sesuatu yang aneh, sesuatu yang terasa di hatinya, yang membuat bulu tengkuknya kadang-kadang meremang. Bisa jadikah Bi Eng sudah mengetahui bahwa dia puteri Balita, maka lalu bersikap seperti itu? Ah, tak mungkin .......

Pergerakan Pangeran Galdan atau Bhok Kian Teng untuk memberontak terhadap pemerintah Mancu boleh dibilang gagal. Bala tentaranya dihancurkan dan sudah cerai-berai. Akan tetapi selama Pangeran Mongol ini belum tertangkap atau tewas, tentu akan muncul pemberontakan lain. Memang Pangeran Galdan takkan mau menyerah begitu saja. Bhok Kian Teng diam-diam membina lagi kekuatan, malah dengan amat lihainya ia mulai mencari-cari pembantu, menyamar sebagai orang Han dan dengan beraninya pergi ke pelbagai tempat untuk secara rahasia menghubungi kawan-kawan baru, kawan-kawan lama dan membangun lagi kekuatan yang sudah rusak.

Pada suatu hari Han Sin memasuki kota Potouw. Penyelidikannya yang dilakukan amat teliti, bahkan dengan jalan menangkap dan mengancam beberapa orang Mongol yang ditemuinya di utara, akhirnya ia dapat keterangan bahwa Pangeran Mongol itu kini berada di Potouw. Di kota ini menyamar sebagai saudagar Han yang kaya raya. Han Sin maklum bahwa tidak akan mudah mencari Pangeran Mongol itu, yang selain lihai dan cerdik, juga banyak sekali pembantu-pembantunya. Bagaimana dia bisa mencari seorang Mongol yang menyamar di kota ini? Andaikata benar Bhok-kongcu itu berada di Potouw, kiranya pangeran itu tentu akan melihatnya lebih dulu dan siang-siang sudah akan bersembunyi.

Potouw adalah kota di daerah Mongol yang sudah "dibebaskan" oleh tentara Mancu. Penduduknya terdiri dari campuran Bangsa Mongol dan Mancu, dan suku-suku bangsa lain di utara yang tidak banyak jumlahnya. Ada juga orang-orang Han yang berdagang.

Ketika sore hari itu Han Sin memasuki kota, ia melihat ribut-ribut di pintu gerbang. Setelah dekat dilihatnya seorang tosu tua sedang dikeroyok dan dipukuli oleh tiga orang Mancu yang berpakaian sebagai penjaga-penjaga kota. Jelas kelihatan bahwa tiga orang Mancu itu berada dalam keadaan mabok.

Tosu tua itu tidak mau membalas, hanya menangkis dan bergerak ke sana ke sini menghindarkan diri dari hujan pukulan. Melihat gerakan tosu itu, Han Sin terkejut. Itulah gerakan llmu Silat Cin-ling-kun dan hal ini berarti bahwa tosu itu adalah seorang anggauta Cin-ling-pai. Han Sin cepat melangkah maju ke tempat pertempuran, menggerakkan kedua tangannya dan di lain detik tiga orang Mancu mabok itu sudah terlempar ke kanan kiri dan jatuh berdebugan sampai kepala mereka benjol-benjol! Orang-orang yang menonton perkelahian ini, menjadi terheran-heran melihat seorang pemuda Han berani menentang tiga orang tentara Mancu.

Seperti biasanya, tentara-tentara yang baru saja menang perang amat ditakuti orang. Akan tetapi, tiga orang Mancu itu sendiri sudah lari tunggang-langgang setelah bertemu dengan orang yang lebih kuat. Tadipun andaikata tosu Cin-ling-pai itu berani melawan dan merobohkan mereka, kiranya mereka takkan begitu banyak berlagak. Orang-orang pemabokan semacam ini memang beraninya hanya menghina dan menindas yang lemah atau yang tidak mau melawan. Begitu bertemu dengan yang kuat, mereka akan lari ketakutan.

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now