21. Apakah Cia Han Sin Seorang Patriot?

1.6K 30 1
                                    

KURANG lebih dua puluh tombak mereka merayap, tibalah mereka pada sebuah ruangan yang besar dan di situ terdapat sinar terang. Sinar ini sebetulnya takkan cukup untuk menerangi ruangan itu, karena cahaya matahari yang menembus celah-celah batu karang hanya sedikit.

Akan tetapi, pada dinding itu terdapat puluhan batu yang mengeluarkan cahaya, atau sebetulnya yang memantulkan sinar matahari, membuat cahaya itu menjadi berlipat kali terangnya. Ketika Han Sin memandang, ternyata bahwa batu-batu itu adalah batu-batu permata yang amat besar, yang dipasang begitu saja pada dinding karang.

Akan tetapi perhatiannya tidak tertuju kepada kemewahan yang ganjil ini. Ia memandang ke depan dan melihat bahwa orang yang tadi mengeluarkan suara, ternyata adalah mahluk yang hampir tidak menyerupai orang lagi. Tubuhnya sudah melengkung ke depan sampai dagunya hampir menyentuh tanah, mukanya kerut merut tanda usia yang sangat tua dan kulitnya hitam seperti tanah. Rambutnya sudah habis dan kepala itu sekarang tertutup kotoran-kotoran menghitam. Ia tidak berpakaian lagi, hanya di bagian bawah tertutup akar-akar pohon yang dibelit-belitkan. Kedua tangannya panjang seperti tangan kera.

Orang mengerikan ini sedang berdiri membungkuk sambil tertawa-tawa, sedangkan Bhok Hong menghadapinya sambil memandang tajam. Bhok Hong mengingat-ingat, kemudian ia berseru heran.

"Bukankah kau Thai-lek-kwi (Setan Bertenaga Besar) Kui Lok?"

"Heh heh heh, matamu masih awas. Heh heh heh, orang she Bhok, kau mengagulkan diri sebagai keturunan Jenghis Khan. Akan tetapi sekarang kau mengekor kepada orang Mancu, menjilat-jilat pantat seperti anjing. Aha, lebih rendah dari pada anjing, heh heh heh!"

"Bangsat! Kau berani memaki aku mengandalkan apa?" bentak Bhok Hong sambil menerjang maju. Kedua tangannya bergerak dan terdengar angin pukulan bersiutan menyambar ke arah kakek bongkok yang bernama Kui Lok itu.

Kakek bongkok itu biarpun tubuhnya sudah bercacad, namun gerakannya gesit sekali. Tadi di dalam gelap ia mampu mengelak dari serangan Bhok Hong, akan tetapi di tempat terang tak mungkin ada orang dapat mengelak dari serangan tokoh besar ini, dan jalan satu-satunya hanya menangkis. Kui Lok agaknya maklum akan hal ini, maka iapun lalu menggerakkan kedua tangannya yang panjang untuk menangkis.

"Bledukk!"

Dalam pertempuran antara tokoh-tokoh persilatan yang besar, tidak mungkin lagi mengandalkan kegesitan untuk mengelak. Serangan-serangan yang dilakukan terlampau lihai dan berat, sehingga jalan satu-satunya hanyalah menindih pukulan itu dengan tangkisan. Siapa yang lebih lihai silatnya, lebih menguntungkan kedudukannya.

Maka dalam pertempuran pertama ini, biarpun kedudukan Kui Lok lebih menguntungkan karena gerakan atau jurusnya memang aneh sekali, namun ia kalah tenaga lweekang. Ketika dua pasang tangan bertemu, tubuh Kui Lok terlempar ke belakang sampai membentur dinding karang, sedangkan tubuh Bhok Hong juga hampir terpelanting ke belakang.

"Hebat tenagamu!" seru Kui Lok.

"Setan, jurus apa yang kaugunakan tadi?" seru pula Bhok Hong kagum sekali.

Tiba-tiba tubuh Kui Lok yang terbentur karang itu membalik seperti sebuah bola karet dan tahu-tahu dengan gerakan lebih aneh lagi sambil terkekeh-kekeh ia menyerang ke arah kempungan Bhok Hong.

Racun Utara ini kaget sekali biarpun ia menggunakan hawa pukulan menangkis, namun pukulan itu masih terus menyelonong dan hampir saja perutnya kena disodok. Sekuat tenaga ia menangkis. Betul sodokan tangan kanan Kui Lok dapat ia pukul sampai Kui Lok meringis kesakitan, namun tangan kiri Kui Lok yang melakukan serangan mendadak dan tidak terduga-duga itu tahu-tahu telah mampir di lehernya.

"Plakk .....!"

"Aduhhh .....!" Teriakan aduh ini keluar dari dua mulut. Bhok Hong merasa lehernya sakit dan pandang matanya berkunang ketika leher itu kena dipukul. Baiknya sinkang di tubuhnya sudah kuat sekali sehingga ia dapat menyalurkan tenaga ke arah yang dipukul dan tidak menderita luka berat. Adapun Kui Lok mengaduh karena selain tangan kirinya serasa memukul baja, juga tangan kanan yang ditangkis keras tadi menjadi bengkak.

Kasih di Antara RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang