10. Bhok-kongcu yang Tercinta

1.7K 27 0
                                    

YAN BU kaget dan meloncat bangun pula. Ia merasa nona ini amat aneh dan lucu gerak-geriknya. Dalam gugupnya, ia menjawab sambil menuding ke arah hidungnya sendiri. "Ya, ini aku, ada apa?"

"Kau .... kau pemuda yang mendorong kereta nenek sakit itu!"

Yan Bu tersenyum melebar, lalu membungkuk. "Betul, nona. Terima kasih bahwa sekali bertemu, ternyata nona masih ingat kepadaku."

"Cih, siapa yang mengingat-ingat kau? Siapa kau dan kenapa kau berada di sini?"

"Aku Phang Yan Bu, nona dan ......"

"Aku sudah tahu! Sekali aku mendengar namamu Phang Yan Bu, kau kira aku sudah lupa dan harus diulang-ulang?"
Yan Bu membungkuk lagi. "Terima kasih banyak, nona. Sekali mendengar namaku, ternyata kau tidak bisa lupa lagi ......"

"Gila! Jangan main-main kau. Aku tidak bermaksud berkenalan denganmu, biar seratus kali kau memperkenalkan nama, aku tidak akan memperkenalkan diri padamu. Aku hanya akan bertanya ......"

"Tidak perlu memperkenalkan diri, karena aku sudah tahu siapa nona. Namamu Cia Bi Eng, bukan? Nama yang amat indah ....."

Bi Eng tertegun. Untuk sejenak ia menjadi bingung oleh serangan ini, akan tetapi ia bisa menenangkan hatinya. "Kenapa kau mengikuti aku ke sini? Apa maumu? Kau mendorong kereta nenek sakit, kenapa kau pergi meninggalkan nenek mau mampus itu?"

"Dia ibuku, nona ....." kata Yan Bu dengan suara berduka.

Bi Eng terharu. Seorang pemuda mendorong-dorong ibunya dalam kereta, benar berbakti. Akan tetapi mengapa ditinggalkan? Dalam keharuannya ia kecewa.

"Lebih-lebih dia ibumu! Tak boleh ditinggalkan."

"Justru ibu yang menyuruh aku datang ke sini, nona Cia."

"Ibumu sakit dan lemah , malah minta ditinggalkan? Benar aneh ....."

"Ibuku biar sakit, tapi dia bukan orang biasa, nona. Di dunia kang-ouw, ibuku dijuluki orang Ang-jiu Toanio dan .... "

"Setan ......!!" Bi Eng melompat dan mencabut pedangnya. "Kiranya kau anak dia?"

Yan Bu bingung dan menengok ke kanan kiri. "Mana setan ....? Siapa yang kau maki tadi?"

"Maki siapa lagi kalau bukan kau! Jadi, kau anak Ang-jiu Toanio ? Bagus, bagus. Sudah dapat dipastikan kau tidak bermaksud baik datang ke sini!"

"Bagaimana nona bisa tahu?" Yan Bu khawatir sekali melihat sikap gadis yang membetot semangatnya ini sekarang memusuhinya.

"Ibumu adalah pembunuh ayah bundaku!"

Yan Bu melengak, memandang bodoh dan sampai lama tidak bisa menjawab. Bi Eng menjadi tidak sabar dan menggerak-gerakan pedangnya di depan dadanya.

"Hei, jangan melongo seperti kerbau! Ang-jiu Toanio itu adalah seorang di antara para pembunuh ayah bundaku di Min-san, kau tahu? Aku harus membalas dendam, dan karena kau anaknya, kedatanganmu tentu bukan bermaksud baik, maka aku akan membunuhmu lebih dulu!"

"Sabarlah, nona. Kurasa keadaannya terbalik. Bukan ibu yang membunuh ayah bundamu, sebaliknya ayahmu yang bernama Cia Sun adalah pembunuh ayahku, Phang Kim Tek di I-kiang. Kenapa nona bolak-balikkan perkara?"

"Heh, siapa tidak tahu bahwa ayahmu, Phang Kim Tek tuan tanah di I-kiang yang kejam dan busuk itu terbunuh oleh mendiang ayahku? Andaikata ayahmu bernyawa dua, sekarang akupun tentu akan membunuh nyawanya yang satu lagi itu karena kekejamannya."

Yan Bu menarik napas panjang. Ia bukan tidak tahu akan keadaan ayah bundanya di waktu dahulu, karena dia cerdik dan sering kali menyelidiki keadaan orang tuanya sendiri. Diam-diam ia menyesal akan kesesatan ayahnya dahulu. "Nona Cia, sesungguhnya, ibu menyuruh aku menuntut balas atas kematian ayahku. Akan tetapi, bagiku sendiri, kematian ayahmu sudah menutup dan menghabiskan semua permusuhan. Aku tidak bermaksud memusuhi anak-anaknya. Cuma saja ...... menuruti perintah ibu ....., kau harap suka ikut aku menemui ibu dan membawa surat wasiat Lie Cu Seng ...."

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now