36. Benteng Pertahanan Pangeran Galdan

Start from the beginning
                                    

Han Sin sudah mulai gelap matanya karena pengaruh racun, namun ia masih dapat melihat berkelebatnya pedang buntung ke arah perutnya. Cepat ia miringkan tubuh, mengebutkan tangan kiri yang tepat mengenai pergelangan tangan lawan sehingga pedang buntung terlepas, lalu kakinya menendang ke depan. Orang itu menjerit ngeri, tubuhnya terpelanting keluar pondok melalui lubang yang tadi dibuat oleh Han Sin.

Di luar pondok terdengar ia memekik kesakitan ketika tubuhnya terbanting ke atas batu-batu yang keras. Kulitnya lecet-lecet, babak belur, dagingnya biru-biru, pakaiannya koyak-koyak, tidak patut lagi ia menjadi pembesar, lebih menyerupai seorang pengemis gila!

"Bocah, jangan menjual lagak di sini!" terdengar bentakan keras.

Han Sin yang sudah pening itu cepat membuang diri ke kiri ketika dari kanan menyambar angin pukulan yang luar biasa dahsyatnya. Ia maklum bahwa Pak-thian tok Bhok Hong sudah keluar dari tempat sembunyinya dan mengirim serangan dengan tangan yang mengandung Hek-tok sin-kang.

Han Sin tidak takut akan Hek tok-sin-kang karena darahnya sudah mengandung racun pek-tok dari darah ular Pek-hiat-sin-coa. Akan tetapi, tenaga pukulan kakek berbaju perang itu amat hebat, juga ilmu silatnya luar biasa ganas dan kuatnya, selain ini kepalanya sendiri sudah amat pening, pandang matanya berkunang-kunang dan ia sudah terlalu lama menahan napas.

Di dalam keadaan pening dan seperti mabok itu, Han Sin masih ingat bahwa satu kali saja ia menarik napas, tentu paru-parunya akan penuh racun dan ia akan celaka. Dia harus lari dari tempat ini, kalau ingin selamat. Akan tetapi Pak-thian-tok Bhok Hong sudah menyerangnya, mengurungnya rapat-rapat dengan hawa pukulan-pukulan yang amat dahsyat. Sampai berdesing-desing angin pukulan menyambar ke arahnya dari segala jurusan! Akan tetapi, di dalam kepusingannya, panca indera Han Sin malah dapat bekerja baik sehingga kemanapun juga lawan menyerangnya, selalu ia dapat menangkisnya dengan tepat.

Beberapa jurus lewat dengan cepatnya dan selalu terdengar suara tangan beradu, suaranya keras menggetarkan pondok. Bhok Hong untuk kesekian kalinya terheran-heran. Bocah ini terlalu hebat, terlalu lihai dan harus disingkirkan dari muka bumi. Kalau tidak, nama besarnya tentu akan rusak. Sambil mengerahkan semangat dan tenaga, Bhok Hong mendesak terus dan pada suatu saat yang amat baik, ia memukulkan tangan kanannya ke arah ulu hati Han Sin. Pukulan yang keras, cepat, dan mengandung tenaga maut sukar untuk dihindarkan lagi!

Namun Cia Han Sin murid tak langsung dari Tat Mo Couwsu sendiri setelah pemuda ini mempelajari Thian-po-cin keng. Di samping ini, ia sudah pula mempelajari ilmu silat aneh dan sakti seperti Lo-hai Hui-kiam maka tentu saja serangan maut ini tidak membuatnya kehilangan akal. Malah menghadapi serangan maut ini Han Sin melihat jalan terbuka baginya untuk membebaskan diri dari kepungan serangan Bhok Hong.

Ia menanti pukulan sudah datang dekat sehingga hawa pukulan sudah menghantam ulu hatinya, cepat ia menggerakkan tangan menerima kepalan tangan lawan dengan telapak tangan, menggunakan hawa "menyedot" sehingga tenaga pukulan itu amblas ke dalam tangannya, akan tetapi tenaga dorongnya yang mengandung tenaga gwakang (kasar) itu diterimanya. Berkat dorongan tenaga kasar yang amat kuat ini tubuhnya terlempar ke belakang dan memang sudah ia perhitungkan, tepat sekali tubuhnya itu melayang melalui lubang di papan dinding pondok tadi.

Ia mendengar Bhok Hong berseru kaget dan heran, kemudian disusul suara ketawa bergelak dari kakek itu. Han Sin terkejut dan menduga adanya jebakan lain, namun sudah terlambat baginya. Kepalanya terlampau pening dan begitu mendapatkan hawa segar, ia membuka penahanan napasnya. Hal ini membuat matanya menjadi berkunang dan ia tidak dapat menjaga diri lagi ketika tiba-tiba dari sekelilingnya banyak orang melemparkan jala ke arah tubuhnya.

Tanpa dapat mengelak lagi pemuda ini roboh terbungkus jala yang ternyata terbuat dari pada bahan yang amat kuat, yaitu otot-otot binatang yang sudah dimasak dengan minyak sehingga ulet dan tak mungkin dapat putus! Ketika Han Sin mencoba memberontak, ia merasa leher belakangnya sakit, gatal-gatal dan pedih sekali, ia terkejut, maklum bahwa Bhok Hong sudah keluar dan melukainya. Matanya gelap dan sebelum pingsan, Han Sin masih sempat mendengar suara ketawa Bhok Hong ......!

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now