30. Raja Swipoa Ketemu Batunya

Start from the beginning
                                    

Dua orang gadis itu menyetujui. Memang, maksud kepergian Han Sin dan Bi Eng adalah untuk mencari Hoa-ji, dan tentu saja di tempat pertempuran itulah kemungkinan mendapatkan Hoa-ji. Setelah memesan baik-baik kepada Bi Eng agar supaya jangan pergi meninggalkan Ta-tung sebelum ia menyusul ke sana, Han Sin lalu memondong Siauw-ong dan pergi bersama Swi-poa-ong Lie Ko Sianseng. Li Hoa sempat berbisik kepadanya,

"Hati-hatilah menghadapi dia itu ...."

Adapun Li Hoa lalu mengajak Bi Eng pergi meninggalkan Lu-liang-san, menuju ke Ta-tung, kota di mana berkumpul orang-orang gagah yang membantu pertahanan pemerintah terhadap pemberontakan orang-orang Mongol.

Lie Ko Sianseng mengajak Han Sin keluar masuk hutan-hutan di pegunungan Lu liang-san. Di dalam sebuah hutan besar, Han Sin melihat sebuah pondok yang aneh. Pondok ini dibangun di atas pohon besar, seperti sarang burung. Dan seperti seekor burung setan yang besar, kepala seorang kakek menongol keluar dari jendela rumah itu. Hanya kepalanya saja yang tampak, dengan lehernya yang panjang, mata yang sipit yang memandang penuh curiga ke bawah!

"Haiii, Lai Sian si otak miring! Turunlah kau, di sini ada seorang pemuda ingin bertemu."

Lai Sian, orang yang berada di pondok di atas pohon itu, melirik ke arah Siauw-ong di pondongan Han Sin. Adapun Siauw-ong yang sejak tadi merintih-rintih saja, begitu melihat kakek di atas itu, lalu meringis dan menggereng.

"Hi hi hi, monyet cerdik yang tolol! Ditangkap baik-baik tidak mau, dihadiahi jarum baru tahu rasa. Mau apa dibawa bawa ke sini?"

"Lai Sian, kau turunlah, biar kita bicara baik-baik. Kalau perlu, aku sanggup membeli obat penyembuh kaki monyet ini, biar dengan harga berlipat dari pada harga umum!"

"Makelar busuk! Tukang catut, tukang tipu! Siapa doyan uangmu yang bau keringat dan darah manusia? Rumahku selalu terbuka, mau ada keperluan naiklah. Hi hi hi, tentu saja tidak ada tangga, kalau mau boleh panjat pohon seperti monyet!"

Lie Ko Sianseng berbisik kepada Han Sin, "Kau lihat saja, aku akan paksa dia turun. Akan tetapi kalau sudah diobati monyetmu, jangan kau lupa akan janjimu untuk membalas budi padaku." Setelah berkata demikian, kakek ini tertawa bergelak, mengenjot kedua kakinya dan tubuhnya sudah meloncat ke atas.

"Tukang catut, apa kau sudah ingin mampus?" seru Lai Sian. Tiba-tiba kedua tangan kakek cebol itu nampak diayun dan beberapa buah jarum kecil-kecil menyambar ke arah tubuh Lie Ko Sianseng yang sedang "melayang" naik. Han Sin terkejut sekali dan mengeluarkan seruan kaget. Akan tetapi Lie Ko Sianseng hanya tertawa, menggunakan jubah luarnya yang lebar itu dikebutkan. Sekaligus semua jarum tertahan oleh "tameng" ini dan sebelum si kakek cebol sempat menyerang lagi, Lie Ko Sianseng sudah hinggap di atas sebuah cabang dekat pondok.

"Kau masih tidak mau turun?" Lie Ko Sianseng menggunakan tangannya mendorong pondok dan ......... dengan suara keras pondok yang seperti sarang burung itu miring lalu terguling roboh ke bawah membawa penghuninya yang tak sempat ke luar!

Pondok itu menerbitkan suara hiruk pikuk ketika terjatuh ke atas tanah dan berbareng dengan jatuhnya terjadi hal hal yang aneh dan menggelikan. Lie Ko Sianseng berkaok-kaok dan mengaduh kesakitan, melompat turun terhuyung-huyung sampai terjengkang saking gugup dan bingung.

Ternyata ketika ia mendorong roboh pondok itu, sarang tawon yang rupanya dipelihara oleh Lai Sian ikut pecah dan ratusan ekor tawon kini beterbangan mengeroyok Lie Ko Sianseng, malah ada beberapa ekor yang sudah berhasil menyengat mukanya! Tidak heran apabila saudagar gendut ini tunggang-langgang dan mengaduh-aduh!

Sementara itu, di bawah terjadi hal yang aneh pula. Begitu rumah itu terjatuh dan pecah berantakan tidak hanya kepala kakek cebol itu yang nampak keluar merangkak, melainkan banyak pula binatang binatang buas yang menerjang keluar. Harimau, srigala, biruang, rusa dan lain lain. Malah seekor harimau besar segera maju dan menerkam Han Sin, sedangkan yang lain-lain saking kaget dan takutnya lari cerai-berai sambil mengeluarkan suara gaduh! Kiranya pondok kecil kakek itu penuh binatang-binatang hutan!

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now