24. Manusia Bodoh

954 206 14
                                    


EUNBIN dan Kara turun dari bus, tergopoh-gopoh, membawa semua kantong belanjaan. Sore hari Selasa yang berkabut dan basah, mereka habiskan di pasar untuk membeli bahan makanan, hari ini rencananya mereka mau masak banyak makanan untuk merayakan ulang tahun Paman Moon. Eunbin hobi masak, dia bisa masak apa saja, tidak seperti Kara yang cuma bisa masak air dan ramen. Kalau mereka masak berdua, Kara hanya bertindak sebagai asisten yang menyiapkan bahan-bahan. Kara jadi ingat, tiap kali dia membantu Kyungsoo memasak.

Bukan cuma itu perbedaan mereka berdua. Kara suka menceritakan apa saja yang dia rasakan pada semua orang, kalau Eunbin lebih senang menyimpannya sendiri dan memilah kepada siapa dia akan menceritakan masalahnya. Kara suka drama TV, Eunbin lebih suka membaca Koran bisnis yang dia beli di tukang loak. Bagi Kara berhayal bisa melepaskan penat, bagi Eunbin berpikir rasional jauh lebih bisa melepaskan beban hidup.

Kara meletakkan belanjaan mereka di atas meja dapur. "Hari ini rencananya masak apa?" katanya, lalu mulai mengeluarkan bahan-bahan dari kantong belanjaan, sisanya dia taruh di kulkas dan lemari dinding.

"Bebek panggang madu, Daging sapi tumis paprika merah, Teriyaki salmon brokoli, Sup labu rumput laut,"

"Tambahkan kimchi dan lobak di supnya," sela Kara cepat-cepat, dia suka sekali sup lobak buatan Eunbin.

"Tentu, aku hafal kau suka itu." Eunbin tersenyum, Kara manggut-manggut. "Kita juga mau bikin nasi alpukat dan sundae," tukasnya.

"Aku isi ususnya." Kara mondar mandir di dapur sambil mengisi usus sapi dengan ketan, kacang panjang dan sawi yang sudah dibumbui bawang, jahe dan minyak wijen.

"Apa Chanyeol bisa datang?" tanya Eunbin.

"Katanya bisa, aku juga mengundang Minseok dan Jongdae."

"Baguslah. Kalau sudah selesai tolong kupas alpukatnya,"

Kara lagi-lagi mengangguk, dia mengambil dua alpukat dari keranjang buah di meja makan. Sambil mengupas kulit alpukat dengan kuku, Kara berkata. Nada suaranya terdengar gugup, tapi Eunbin tidak pernah menyadarinya.

"Eunbin, maaf, aku benar-benar tidak tahu kau—Chanyeol, maksudku, kau suka Chanyeol. Aku tidak tahu."

"Kenapa? Haluskan sekalian ya." Eunbin tidak begitu mendengar apa yang Kara tanyakan kepadanya, dia justru mengangsurkan sendok pada Kara yang memandanginya.

"Maaf." Kara masih bersikeras dengan pertanyaannya, Eunbin tengah menyiapkan beras dalam mangkuk plastik murahan, lalu menghidupkan keran air.

"Apanya?"

"Kau dan Chanyeol."

"Ya ampun, Kara." Eunbin mematikan keran air. "Berapa kali aku harus mengulangnya, aku—cinta monyet. Sudah lama aku melupakannya." Eunbin jelas berbohong, dia tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya mencuci beras.

"Eunbin."

"Apa lagi?" Suara air keran terdengar di antara mereka.

"Apa pendapatmu—tentang, tentang—gadis yang jatuh cinta pada orang lain, padahal dia sudah punya kekasih?"

Eunbin termangu, tangannya berhenti mencuci beras, membiarkan air keran luber dari mangkuk plastik. Lama setelah itu mereka hanya saling pandang, lalu suara dari balik bahu Kara yang kecil memecah kebekuan di antara keduanya. Eunbin buru-buru mematikan keran air, lalu tersenyum pada sosok pria tinggi yang baru saja datang.

Adalah Moon Seunghyun, sipit, dagu runcing dan tampak awet muda di usia yang hampir menyentuh angka empat puluh delapan tahun. Rambut hitamnya tumbuh sampai menutupi leher dan dahi, kupis tipis ada di antara lekukan bibir dan bawah hidung. Seunghyun tersenyum, dia menyapa Kara dan Eunbin, lalu memeluk keduanya. Sepenggal kalimat yang sempat membuat Eunbin terperangah mengendap begitu saja. Tiga jam berlalu, kini mereka tengah menikmati masakan Eunbin yang selalu enak bersama Bibi Moon dan penghuni panti lainnya.

Secret of The SwainWhere stories live. Discover now