9. Kookie dan Tuan Kaya

1.4K 279 31
                                    

TERKADANG Kara masih tidak bisa mempercayai, tentang semua hal menajubkan yang terjadi di hidupnya selama satu bulan terakhir ini. Dia bukan lagi gadis yatim piatu-miskin, tapi gadis kaya penuh pesona yang bisa membeli apapun dengan kartu ajaib yang Suho berikan kepadanya. Hidup Kara jadi lebih sibuk dan berwarna, tiap hari ada saja hal baru yang dirasakannya bersama empat pria di rumah mewah Suho. Terlebih pada Jongin dan Sehun. Saat Jongin tahu Kara menguasai taekwondo, dia menjadikan Kara sebagai rekan tetap latihan di hari senin, rabu, dan jumat. Jongin juga menjadikan Kara sebagai koki tetap untuk masak ramen kapan pun dia mau. Jongin sangat mengidolakan Kara, dia beranggapan Ji Kara adalah calon kakak ipar paling keren yang pernah dia kenal.

Sehun pun merasa demikian. Sehun menjadikan Kara sebagai teman balapannya di hari selasa dan kamis, dia juga mengajari Kara mengendarai mobil sport setelah Suho menghadiahkan Audi biru seri R8 pada Kara (sebelumnya Kara tidak bisa mengendarai mobil). Biasanya mereka mengadu kekuatan balap di landasan pesawat yang berukuran 7.500 kaki atau sekitar 2.280 meter persegi di halaman belakang, Kara bahkan baru tahu, Suho punya bandara sendiri untuk semua pesawat pribadinya. Kara juga menjadi duet masak terhebat untuk Kyungsoo dan lawan main game Baekhyun di akhir pekan. Biasanya mereka main game sampai pagi, sama Jongin dan Sehun juga.

Kara tidak begitu peduli dengan apa yang akan terjadi esok, waktu dia sudah tidak tidak lagi bekerja pada Suho. Setidaknya dia sudah punya cukup banyak uang untuk melanjutkan hidup. Kara berencana beli apartemen sederhana, motor, dan membuat kedai toppokki bersama Jungkook. Omong-Omong tentang Jungkook, hari minggu yang cerah ini, Kara minta izin pada Suho untuk menemui Jeon Jungkook di rumahnya.

"Tidak perlu, kau istirahat saja." Kara menolak saat Suho menawarkan diri untuk mengantarnya, Suho baru kembali dari Zurich tadi malam, dia tampak pucat dan lelah.

"Ayo kita pergi," kata Suho setelah mengenakan kemeja hitam untuk melapisi kaos putih yang dikenakannya.

Kara menahan lengan Suho, dia melihat pria itu lekat-lekat. Suho kian pucat, ada lingkaran hitam di bawah kantung matanya yang agak bengkak. Kara tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya, dia pun meminta Suho duduk di tepi ranjang selagi dia turun ke dapur. Kara kembali ke kamar Suho dengan handuk dan bongkahan es dalam mangkuk putih.

"Kau ini sudah kelelahan, tapi tetap saja tidak mau istirahat." Kara meletakkan bongkahan es ke dalam handuk lalu meminta Suho untuk berbaring.

Tanpa diduga Suho langsung menurut, dia merebahkan kepalanya di atas pangkuan Kara. Kara diam untuk lima detik penuh, lalu terkejut ketika tangan Suho menarik lengannya, memintanya untuk segera melakukan apa yang ingin dilakukannya.

"Eoh, matamu harus dikompres—tidurlah satu atau dua jam, setelah itu baru kita pergi menemui Jungkook."

"Baiklah." Suho menarik satu tangan Kara yang bebas, menggenggamnya di atas dada. "Jangan pergi ke mana-mana selama aku tidur," tambahnya lalu memejamkan kedua mata.

Kara terpaku, detak jantung Suho yang memompa cepat terasa nyata di lapisan kulit telapak tangannya. Lalu tanpa rencana, jantung Kara ikut memompa menjadi seirama, mengiringi riuh rendah yang kini menaungi hatinya. Kara lupa pada rencananya mengompres mata Suho, dia justru menggerakkan jemarinya ke wajah Suho, menelusuri pahatan wajah Suho di tiap lekukannya, ujung jari Kara bahkan sudah menyentuh permukaan kulit putih Suho. Kemudian kesadaran mendatangi Kara; dia hanyalah seseorang yang dibayar Suho untuk menjadi calon istrinya. Cepat-cepat Kara menarik jemarinya menjauh, menarik napas panjang dan dalam, lalu meletakkan handuk dingin yang terabaikan di sisi tubuhnya ke mata Suho yang bengkak.

~000~

Senyum Kara kian lebar, Suho benar-benar mengantarnya untuk menemui Jungkook. Di sepanjang perjalanan, Kara menceritakan semua hal tentang Jungkook dan hal-hal yang biasa mereka lakukan berdua.

Secret of The SwainWhere stories live. Discover now