6. Penyelidikan

1.5K 292 41
                                    

PENYELIDIKAN dimulai. Baekhyun sengaja berlama-lama berangkat ke kantor, dia berdiri di samping Kara yang tengah menikmati pemandangan kota dari beranda. Jongin dan Sehun sudah berangkat ke sekolah, sekitar lima menit lalu Kyungsoo juga baru berangkat ke kantor. Baekhyun merapikan dasi kuning gading yang melilit kerah kemeja putihnya, dia melirik Kara yang pagi ini memilih mengenakan dress polkadot selutut LK Bennett. Rambut panjang Kara dikepang ke samping. Dengan deretan pakaian dari perancang ternama yang ada di lemari pakaiannya, semakin hari Kara terlihat semakin berbeda dengan Kara yang pertama kali Baekhyun lihat.

"Kenapa belum berangkat?" Kara bertanya tanpa menoleh, pandangannya menerawang, menembus hutan pinus di depannya.

"Aku bebas datang ke kantor, kapan pun aku mau." Baekhyun tersenyum, Kara menatapnya, agak jengah.

"Bertanggung jawablah pada pekerjaanmu, Baekhyun."

"Aku bertanggung jawab, bahkan sangat bertanggung jawab. Aku sudah membuat pesawat sejak usiaku masih lima belas tahun, umur sembilan belas ayahku bahkan mempercayakan posisi wakil direktur utama padaku. Jadi aku tahu apa yang harus aku lakukan, Ji Kara."

"Terserah." Kara kembali menatap lurus ke depan, dia malas berdebat dengan Baekhyun yang punya banyak sekali alasan.

Baekhyun mendengus kesal, dia geram, kalau bukan karena tekatnya mencari tahu kebenaran tentang Kara, Baekhyun pasti sudah mendorong Kara ke jurang di depan mereka. Baekhyun tidak mau terlihat gagal di depan adik-adiknya, dia pasti akan ditertawakan selama berhari-hari.

"Sebenarnya aku agak tertarik pada kisah cintamu dan Suho. Kau tahu, sepanjang aku bisa mengingat, kau adalah gadis paling biasa yang kencan dengan kakakku."

"Aku tahu." Kara tersenyum samar, lalu melanjutkan. "Aku bertemu Suho di toko bunga tempat aku bekerja, sekitar seminggu yang lalu, dia membeli bunga mawar untuk dibawa ke makam ibunya. Besoknya Suho datang lagi, membawa seikat besar bunga mawar merah dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Semua terjadi begitu cepat, dua hari setelah itu dia melamarku dan memaksaku untuk tinggal bersamanya di rumah ini." Kara mengutarakan semuanya, lancar dan sangat meyakinkan, seolah-olah semua kejadian romantis itu benar-benar terjadi padanya.

Baekhyun mengamati, dari ujung kepala hingga kaki, Kara sampai gugup karenanya. Pandangan Baekhyun berhenti di jari manis Kara yang kosong.

"Mana cincinmu?"

"Apa?"

"Cincin. Kau bilang, Suho melamarmu, bukan? Jadi mana cincinnya?"

Kara memaku, dia melupakan benda paling penting dari acara lamaran. Kara mengumpat dalam hati, memaki kebodohan Suho yang tidak mengingat tentang cincin.

"Tidak ada cincin ya? Aneh sekali." Baekhyun memiringkan wajahnya, tersenyum penuh makna pada Kara yang mati kutu, pucat pasi.

"Jangan-jangan kau memang tidak pernah dilamar kakakku."

"A-apa?" Kara memutar otak, mencari jawaban paling masuk akal di dalam cerebrum yang hampir beku karena terlalu terkejut.

"Sudahlah mengaku saja." Senyum Baekhyun kian lebar, penuh kemenangan.

"Hey! Apa yang kau pikirkan?" Kara bertolak pinggang, memasang wajah penuh keyakinan. "Kakakmu benar-benar melamarku dan memintaku untuk menjadi istrinya, dia memberiku cincin yang sangat cantik, warnanya biru."

"Lalu mana cincinnya?"

"Aku menolak cincin itu."

"Apa?"

"Cincin itu terlalu mahal, lagipula aku belum terlalu yakin dengan Suho. Menurutmu apa yang harus aku lakukan? Aku baru bertemu dengannya tiga kali dan dia langsung melamarku. Memangnya masuk akal, kalau aku langsung percaya begitu saja?"

Secret of The Swainحيث تعيش القصص. اكتشف الآن