"Lo kenapa? Ko diem."

"kenapa lo gak bilang dari awal?"

"Ngapain gue harus bilang. Kalo gue bilang nanti lo balik arah lagi. Kalo udah sampai tujuan harus masuk. Jangan bengong kaya ayam kesambet deh. Ayo masuk.. Lo pasti capek'kan?! sekalian gue buatin lo minuman yang seger. Ayo.." Maxim menyadarkannya bahwa orang baik itu tak pilih kasih.

Diam_diam ketika maxim sudah jalan lebih dulu yuki menyunggingkan seulas senyum tipis. Masih dengan langkah ragu diikuti langkah cowo itu dan mereka berdua masuk kepintu utama. Maxim mempersilahkannya duduk. Dia dijamu bagaikan tamu spesial. Maxim menyuguhkannya buah_buahan segar dengan jenis pilihan yang menyegarkan mata. Minuman jus orange juga jus anggur yang entah kenapa dibuat dua. Yuki menggeleng_geleng meski begitu maxim tetap menyediakan yang lain. GILA, yuki jadi tak enak sendiri. Setelah semua suguhan dikeluarkan. Maxim duduk berhadapan dengan yuki. Cowo itu mempersilahkannya untuk makan dan minum juga
Menatap yuki sambil tersenyum.

"Gue kesini.. Buat nganterin pesanan ini. Bukan buat makan. Lo kira gue tikus kelaparan apa. Mesti makan ini semua?"

"Yuki. Yuki. Gue nyuguhin ini karena gue menghormati tamu. Gak cuma lo.. Temen_temen gue kalo kerumah gue suguhin juga kaya gini. Jadi jangan ge'er ya. Udah mending lo minum deh. Gue tau lo aus."

"kenapa lo buat dua?"

"yang satu jus jeruk itu seger banget. Yang kedua itu jus anggur. Dan gue, mau lo cicipin jus anggur kesukaan gue."

"Kenapa gue musti cicipin jus anggur kesukaan lo? Buat apa? Buat pamer, kalo jus yang sering lo minum itu harganya mahal?!"

"Niat gue baik. Jadi cepetan diminum." Maxim berdiri dan mengambil jus anggur itu dan diulurkan kehadapan yuki. Alis yuki terangkat satu keatas. Dia jadi dipaksa gini. Karena dia menghormati maxim sebagai pemilik rumah diminumlah jus anggur itu sampai habis. Kerongkongannya yang tadi kering langsung segar seketika.

"gimana enak'kan?" yuki mengangguk. Jujur saja ia malah jadi ketagihan namun mencoba bersikap biasa saja.

Suara dua orang perempuan terdengar samar_samar lalu semakin jelas dan membuat yuki serta maxim melihat bersamaan. Satu orang perempuan berpakaian formal. Dia seorang dokter dan yang satunya seorang Ibu muda berpakaian gamis wajahnya sangat cantik dia sesekali tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada saudara perempuannya karena telah mengobati stefan yang ternyata sudah mulai siuman. Stefanpun kini diharuskan istirahat total agar segera pulih.

Dokter muda itu lalu pamit pergi karena langsung akan kerumah sakit Advent tempat dia bekerja. Dia juga pamit pada maxim dan yuki. Setelah kepergian dokter muda itu, Cintya memusatkan pandangannya pada gadis yang duduk di sofa. Gadis itu berdiri lalu mendekat dan menyalim tangannya. Sebuah pertemuan yang sopan.

"Temannya maxim ya?"

"oh.. Oh.. I__iya. Lebih tepatnya sih adik kelasnya ka maxim tante." senyum maxim terukir. di depan mamanya baru dia mau bilang maxim dengan sebutan 'kakak' baguslah kalo dia ada sopan santunnya pada orang tua.

"Kalau gitu kamu sepantar ya dengan stefan. Apa kamu sekelas dengan dia?"

"kebetulan kita beda kelas tuh tante. Oh ya. Saya kesini mau nganter kebaya pesanan tante." yuki langsung mengambil plastik putih pesanan cintya disofa dan menyerahkannya pada cintya.

"Kata mama saya, ini kebaya khusus yang dia buat. Dia bilang terima kasihhh banget."

"Jadi. Kamu Putrinya Mira? Ya ampun. Kamu Yuki Anggarini? Yuki.. Sini sayang. Tante gak nyangka kamu sudah sebesar ini. Dulu tante ketemu waktu mamamu mau melahirkan dirumah sakit dan kebetulan tau gak.." wanita cantik itu sangat senang dia bahkan langsung mengajak yuki duduk dan bercerita kehidupannya dengan Mira.

Back In The EarlyWhere stories live. Discover now