Part 5

243 17 4
                                    

LIMA

Cast :
Yuki Kato as Rachel Amanda
Stefan William As Stefan Ananta
Maxim Bouttier As Maxim Ananta
Ariel Tatum As Salsabila Indriani
__________ and older cast ___________

Warning. Harap tinggalkan jejak sebelum dan sesudah membaca yaaa!!!!

*****

Bicara soal kendaraan umum atau yang biasa di sebut angkot merupakan hal yang baru bagi rachel. Baru beberapa kali ia naik angkot. Sewaktu di jakarta, ia selalu pulang pergi dengan di jemput oleh supir pribadi papanya. Kehidupannya yang dulu dengan yang sekarang memang jauh berbeda.
Biasanya bandung tak sepanas seperti di jakarta. Mungkin karena di dalam angkot, atau memang cuaca panas yang tidak mendukung. Di dalam angkot rachel duduk berdesakan dengan anak sekolah lainnya, ada yang SMP juga SMA. Tidak ada yang rachel kenal. Satunya, ada anak kecil duduk dengan peralatan sol yang setia dibawanya.
Ia perhatikan anak perempuan itu yang berumur sekitar 10 tahun. Peluh mengucur deras di keningnya, sementara tangan kanannya memegang perutnya. Ia sedang kelaparan. Tidak tega rasanya, kalau ia tega apa bedanya ia dengan seorang perampok yang merampas harta benda orang di pinggir jalan kota jakarta. Sama-sama perempuan, nalurinya ingin sekali membantu. Teman seusianya sibuk dengan ponsel dan ngobrol dengan suara yang keras apalagi dentuman music DJ terus saja membuat panas kepalanya.
"Oom berenti. Oom.." teriak anak kecil itu seraya kembali memegang kuat perutnya. Sang supir setengah baya menghentikan mobilnya. Anak perempuan itu lalu turun sesudah membayar ongkos. Begitu pula dengan rachel yang tiba-tiba langsung turun dan membayar ongkosnya. Tak berapa lama angkot itu jalan lagi. Rachel mengikuti langkah anak perempuan itu yang berjalan menuju toko-toko emperan.
"Dek, dek. Tunggu." rachel berlari dan menarik pundaknya. Anak kecil dengan bola mata sayu itu menoleh, rachel tersenyum tipis.
"Boleh bantu kakak gak?"
"Bantuin apaan kak?"
"Bantuin kakak makan!"
"Hah??" cengo anak itu dengan mata sayu yang membulat sempurna.
"Kebetulan kakak lagi laperrr banget. Tapi gak ada temennya nih. Jadi, bolehkan temeninin kakak makan. Tenang aja, kakak traktir ko. Gratis gak bayar."
"Beneren kak?" ucapnya setengah berteriak. Mungkin sangking kegetnya dapat tawaran gratis makan. Rachel mengangguk cepat ia lalu mengulurkan tangan di depan anak perempuan itu yang kemudian dengan ragu menggenggam tangan rachel. Kedua anak perempuan itu berjalan bergandengan menuju sebuah rumah makan padang.
Dari balik jendela kaca rumah makan, maxim menatap kedua anak perempuan itu yang duduk berhadapan sesekali rachel mengusap kepala anak itu. Maxim menyunggingkan seulas senyum tipis. Tidak sia-sia ia mengejar angkot merah tadi dengan menggunakan sepedanya. Ia menemukan sesuatu yang berbeda dari sifat jutek cewek itu yang ternyata memiliki hati yang sebetulnya baik.
"Makan yang banyak ya.." rachel memperhatikan anak perempuan itu yang makan dengan lahapnya.
"Kak, ko gak dimakan?" tegur anak itu yang menyadari rachel hanya memperhatikannya saja tanpa menyentuh lauk makanan dan seporsi nasi pada piring di depannya.
"Kakak 'kan yang ngajak makan. ko malah gak makan sii?" sebelum anak itu berpikir panjang rachel mengambil beberapa lauk dan ikut menyantap bersamanya. Setelah selesai makan rachel memanggil pelayan, ketika ingin membayar.
"Maaf mbak. Sudah di bayar semua pesanannya tadi."
"Loh. Loh. Loh. Siapa yang bayar mbakk?" kagetnya sambil berdiri dari kursi.
"Maaf mbak orang yang membayar ini, dia gak mau diketahui identitasnya." rachel mengarahkan pandangan kesegala arah. Ia lalu menggaruk tengkuknya.
"Ciri-cirinya kaya gimana? Saya perlu tau."
"Sekali lagi saya minta maaf mbak. Saya udah janji gak akan kasih tau."
"Hh.. Yaudah deh kalo gitu. Makasih ya mba." pelayan itu lalu permisi pergi. Rachel dan anak perempuan itu keluar dari rumah makan. Ada rasa penasaran yang membuat rachel jadi gak enak hati sama orang yang udah bayarin pesanan makanannya tadi.
"Kakak ko bengong sih. Pasti mikirin orang tadi ya, ka? Orang itu baik banget ya?" rachel menoleh, mengangguk sambil tersenyum.
"Oh ya. Rumah kamu dimana dek? Mau kakak anter?"
"Gak usah kak. Gak usah. Rumah aku gak jauh ko dari sini."
"Beneran??" anak itu mengangguk cepat, kembali kata terima kasih di lontarkan anak perempuan itu pada saat rachel memberikan uang ketangannya. Uang yang rachel berikan, adalah uang untuk jajannya 3 hari kedepan. Mamanya selalu menerapkan hal itu sejak ia kelas satu SMP lalu. Mungkin membiasakan rachel agar terbiasa mandiri dan dapat mengelola uang yang di pegangnya sehingga cukup tanpa harus minta lagi pada mamanya.
Rachel melambaikan tangan pada anak kecil itu yang sebelum pergi memperkenalkan namanya.
"Kalo nama aku putri"
"Ka rachel.. semoga kita ketemu lagi ya. Makasih sekali lagi ya kak. Kakak baikk banget. putri seneng banget bisa ketemu orang baik kaya kakak. Kalo gitu Putri pergi ya ka.."

Back In The EarlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang