Part 10

131 14 9
                                    

Boneka Mario berkumis tebal itu digerakkan oleh tangan seorang yang berdiri dibalik pintu kamar bercat coklat yang setengah terbuka. Stefan yang sedang membaca komik bercover naruto itu langsung dibuat tersenyum geli oleh boneka mario yang dibuat berbicara oleh sosok bayangan hitam yang kemudian mulai memperlihatkan wujudnya.

HEY STEFAN ANANTA SUDAH LAMA KITA TIDAK BERJUMPA YA?! AKU MARIO, APA KAU MASIH INGAT?

"Mario." Stefan meringsut dari kasur menghampiri si mario teman kecilnya yang dulu sering ia ajak ngobrol dan dijadikan teman sekamar. Stefan menatap wajah tinggi tegap dihadapannya, mengambil boneka mario, dengan gerak cepat keduanya langsung berpelukan erat.

"Happy brithday putra mahkota kesayangan papa." Stefan semakin mengeratkan pelukannya. Ia memejamkan mata, bibirnya bergerak mengukir senyum manis. Dari sudut mata kirinya ada air mata yang menetes pelan lalu jatuh kelantai.

"terimakasih udah jadi papa yang terbaik buat stefan. Stefan sayang sama papah. Ternyata, papa itu gak lupa dan itu buat stefan bangga punya ayah kaya papa. Papa Mario yang super hebat buat stefan." Nama lelaki itu sama seperti nama boneka mario. Kenangan masa kecil yang sampai kini membuat stefan menganggumi pribadi ayahnya yang menomorsatukan keluarga di luar pekerjaan. Mario Ayah yang super sibuk tapi dia tidak pernah lupa hari terpenting yang menjadikannya semakin dewasa sebagai seorang Ayah. Tepat dihari ulang tahunnya 11 Agustus 2003 berarti umur stefan sudah 14 th. Tidak terasa dia sudah sebesar ini. Wajahnya semakin mirip dengan Mario, hanya bibir dan rambut hitamnya yang mirip ibunya Cintya. Sementara itu Maxim Kakaknya lebih mengambil wajah Ayahnya. Bukan hanya wajahnya saja tapi dia memiliki tubuh yang tinggi seperti ayahnya. Maxim lebih kebule'an dibandingkan dengan stefan yang masih terlihat wajah asianya.

"Boneka marionya masih papa simpen? Aku kira udah dibuang sama Mamah."

"mana mungkin mama kamu membuangnya. Waktu SD kamu malah gak bisa tidur kalo mario gak ada disamping kamu. Sekarang di hari ulang tahun kamu, papa mau kamu jadi lebih dewasa lagi. Tanpa boneka mario."

"tapi kenapa papa bawa mario lagi kesini." stefan mendekap mario tak mengizinkan sang papa mengambil temannya itu lagi. Di balik sikap dinginnya stefan ternyata sosok yang sangat manja dan kesepian.

"itu hanya sebagai pengingat buat kamu. Mario sudah gak kamu butuhkan lagi. Begitu juga dengan Papa. Papa mario gak selamanya jadi pahlawan yang bikin kamu ngerasa dilindungi. Kamu harus belajar untuk dewasa. Dan belajar, untuk bisa tidur sendirian. Mulai malam ini Abang kamu tidak tidur satu kamar lagi dengan kamu."

"Kenapa gitu pa. Nanti kalau aku gak bisa tidur sampe pagi?"

"ya itu resiko sendiri. Anak papa sudah besar, harus bisa mandiri ya. Sekarang boneka ini papa ambil lagi. Dia sudah tidak kamu butuhkan lagi." stefan terlihat enggan menerima ajakan papanya yang menyuruhnya belajar mandiri. Dari balik sikap papanya tersimpan hal yang membuat stefan sebenarmya yakin kalau ini buat kebaikannya. Umurnya sudah 14 th dan 3 tahun ini maxim tidur satu ranjang dengannya yang penakut itu. Dulu stefan terbiasa tidur kalau ada boneka mario tetapi setelah kedua orang tuanya berinisiaf agar stefan lebih mandiri karena dianggap akan menjadi kebiasaan sampai dewasa eh malah membuatnya semakin manja saja.

Lewat malam itu stefan berusaha untuk tidur sendirian. Marionya tidak ada disampingnya. Maxim juga tidak ada disampingnya. Stefan bergerak tidur dengan gelisah. Ia lalu menatap kearah jendela pikirannya langsung diselimuti rasa takut. Di ambilnya selimut disamping bantal. Selimut itu menutupi seluruh tubuhnya dan dengan keberanian itu dia mencoba untuk bisa tertidur.

Heh. Mr. White. 😠

"suara cewek itu?!" stefan segera membuka matanya. Dia merasa mendengar panggilan itu. Suara keras gadis timboi itu yang membentak. Tapi, stefan malah mulai tersenyum. Sekali lagi dia mencoba untuk bisa tidur. Kali ini caranya super unik. Dia tidur sembari membayangkan sosok yuki yang sedang berwajah marah. Imajinasinya liar dalam dialog yang demi apapun membuatnya ingin tertawa sendirian.

Back In The EarlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang