Page 18

7K 671 34
                                    

warning : pg-17

.

.

.

"Ngomong-ngomong... aku enggak bercanda, lo, saat bilang ingin kau temani tidur."


Chaeyeon kembali membelalakkan mata—dan ini sudah tak terhitung untuk yang keberapa kalinya. Ritme detakan jantungnya berubah tak beraturan karena kalimat profokatif yang diucapkan pemuda itu.

"Tapi itu kalau kau mau, aku enggak memaksa." kata Jaehyun lagi. Ia pun menarik wajahnya dan kembali berdiri tegak.

"Selamat istirahat," Jaehyun mengelus pucuk kepala Chaeyeon, kemudian melangkahkan tungkai untuk meninggalkan kamar.

"Aku ada di kamar sebelah jika kau butuh sesuatu." tandasnya, lantas benar-benar pergi dari hadapan Chaeyeon.


Meski punggung pemuda itu telah benar-benar hilang dari pandangan, namun bisikan yang terasa penuh gairah itu terus terngiang di serebrum. Kakinya bergetar hebat seiring dengan degupan jantung yang kian tak karuan. Ia yakin Jaehyun tak main-main. Dan sekarang Chaeyeon tak tahu harus berbuat apa.

Terjadi kontradiksi batin dalam dirinya.

Haruskah aku pergi? Atau tetap berada di sini?

.

.

.

Di atas ranjangnya yang amat besar, Jaehyun tengah berbaring seraya berusaha memejamkan mata. Tiba-tiba ia mendengar suara engsel pintu berdecit. Saat menoleh, didapatilah sosok gadis berbalut dress putih tanpa lengan yang sedikit memamerkan belahan dada (Chaeyeon tentu melepas jaket tebal yang ia kenakan saat hendak tidur. Awalnya gadis itu pikir hanya perlu mampir sebentar—estimasinya cuma satu sampai dua jam—untuk membicarakan hal yang ingin ia sampaikan pada Jaehyun, kemudian kembali ke asrama. Namun siapa sangka pemuda yang ia cintai itu malah menganjurkannya menginap).


Mata tajam pria itu dengan tajam menyorotinya, membuat gadis itu makin gugup dan memperkecil laju tungkai.


Degupan jantung Chaeyeon pun dibuat mencelos saat melihat Jaehyun yang telah bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana levis.


Oh Tuhan, mengapa dia tidak memakai atasannya?


Langkah Chaeyeon terhenti sebelum lututnya menyentuh ranjang berseprai putih bersih itu. Chaeyeon tidak siap, baginya ajakan Jaehyun terlalu buru-buru, namun ia terlalu takut untuk mengutarakannya. Ia khawatir Jaehyun akan pergi dari sisinya jika menolak. Bagaimana mungkin Chaeyeon membiarkan itu terjadi saat ia telah menyadari bahwa satu-satunya yang ia butuhkan adalah pria di hadapannya itu?


Jaehyun terkejut bukan kepalang. Ia pun beringsut dari posisi nyamannya di kasur untuk mendekat ke arah gadis yang tengah tertunduk murung itu. Kini ia telah ada di hadapan Chaeyeon. Tangannya menggeladik ke area dagu si gadis, membuat wajah merona itu mendongak dan mata mereka pun bersirobok.


"Aku tidak menyangka kau akan ke mari, dan... kau terlihat cantik dengan gaun itu." ucap Jaehyun tak lupa disertai seringai. Bibir Chaeyeon pun mengatup, matanya terbelalak. Detak jantung yang sudah berpacu makin dibuat menggila karena ulah Jaehyun.


Secara tiba-tiba Jaehyun mengangkat Chaeyeon ke gendongannya. Pria itu lantas membaringkan tubuh si gadis di atas ranjang. Sekon berikutnya, Jaehyun langsung memposisikan dirinya senyaman mungkin agar bisa menatap Chaeyeon lebih dekat. Jadilah kini ia menyandarkan kepala gadis itu ke lengannya, sedangkan tangannya yang lain masih tak jemu berkutat di area pipi Chaeyeon.


Bagaikan boneka, Chaeyeon begitu patuh dengan alur yang Jaehyun buat. Ia tak sama sekali berkelit atau menghindar, justru mempersilakannya jika ingin melakukan hal yang lebih.

"Aku suka saat kau menatapku seperti itu." sebuah frasa lembut Chaeyeon ucapkan setelah keduanya saling bersitatap cukup lama.


Yang mendengar ucapannya pun lantas memiringkan kepala, "Kenapa?"

"Tatapanmu membuatku merasa dicintai. Terima kasih, karenamu aku jadi bisa merasakan hal itu." Gadis itu tersenyum seraya berusaha membendung mata yang hendak beranak sungai.


Pengakuan tulus Chaeyeon dibalas dengan senyum simpul oleh Jaehyun. Tangan yang awalnya berada di pipi pun perlahan naik untuk mengelus pucuk kepala Chaeyeon. Pria itu kemudian mendaratkan sebuah ciuman di keningnya. Gadis itu menutup matanya dalam-dalam, coba merasakan kehangatan yang Jaehyun salurkan melalui ciuman itu.


Jaehyun kembali menatap Chaeyeon dengan sorot yang sama, teduh dan menenangkan.

"Jangan salah paham, aku tak akan merenggut semuanya darimu. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu malam ini." Jaehyun kembali memejamkan mata dan mendekatkan wajahnya ke telinga Chaeyeon. Mata gadis itu ikut memejam seiring dengan sentuhan lembut bibir Jaehyun yang tengah melumat lehernya sesaat. 


Jaehyun kembali mengelus pipi merona itu, mengarahkan wajah Chaeyeon untuk sebuah ciuman yang hangat dan nyaman.


Jaehyun menggigiti bibir gadis di hadapannya itu dengan ringan, tak berupaya mencari celah untuk memasuki rongga mulutnya. Tanpa ia sadari, tubuh yang awalnya berada di samping Chaeyeon pun kini telah berpindah posisi menjadi menindihi gadis itu. Dapat ia rasakan kulit dingin Chaeyeon menggelantung di area lehernya. Bahkan gadis itu sempat meremas kulit punggung Jaehyun yang tak terbalut apa pun.


Setelah merasa cukup, Jaehyun pun mengendurkan bibirnya yang membulat. Masih dengan posisi menindihi gadis itu, Jaehyun tersenyum tulus, "Kau mau, kan, bersamaku di sini sampai besok pagi?"


Chaeyeon hanya tersenyum, dan ia tahu kalau Jaehyun bisa mengartikan senyumannya itu. Karena Jaehyun tak perlu meragukan hati yang Chaeyeon miliki untuknya.


tbc

gua nulis sambil merinding anjayy

My Lesbian Roommate [✔]Where stories live. Discover now