"Makanya, kancil langsung memaafkan buaya karena kancil takut akan diberi hukuman oleh Singa. Sama seperti kalian. Jika punya salah harus apa?"

Devano berucap, "Meminta maaf."

"Betul."

"Ya, nanti kalo nakal akan digigit ibu peri." Lanjut Shena.

Akhirnya, ketiganya saling bermaafan dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan tadi.

Hati Shena akhirnya kembali senang, wajah murungnya kembali ceria dan tersenyum sumringah. Bocah itu akhirnya mendapat kesempatan bermain jungkat-jungkit bersama Angga. Waktu berlalu begitu cepat ternyata. Usai menaiki jungkat-jungkit, keduanya berpindah ke permainan lain yang ada di taman ini. Tidak hanya mencoba satu, melainkan semuanya!

Angga kecil menggandeng tangan Shena agar tidak berjauhan darinya ketika mengantre di wahana mandi bola. "Kamu jangan jauh-jauh Cena."

"Iya, Angga."

Keduanya akhirnya mendapat giliran masuk ke wahana mandi bola. Seperti anak-anak kebanyakan, mereka langsung meloncat-loncat dengan bahagia. Berlarian ke sana dan kemari sembari melemparkan bola satu sama lain. Angga mengejar Shena dan gadis kecil itu berlari menjauhi Angga.

Mereka bermain selama 2 jam lebih. Tak terasa hari mulai terasa panas. Matahari mulai menampakkan teriknya.

Pantas saja mereka merasa bau, karena baju keduanya dipenuhi keringat!

"Hahaha Angga jelek! Bajunya bau!"

Angga menggeleng tidak percaya, "Nggak! Itu dari baju Cena coba aja cium!"

Shena menarik lengan bajunya dan menciumnya. Iya, Angga benar. Ia juga bau keringat.

"Bau ketek ya, Cena?" tanya Angga kecil polos.

"NGGAK!"

"IYA!"

Perdebatan kecil itu tak akan pernah usai jika saja tidak ada suara pedagang es krim keliling yang mampir ke taman bermain perumahan. Salah satu es krim kesukaan Shena dan Angga!

Keduanya biasa menunggu penjual itu datang mendorong gerobaknya di depan rumah masing-masing. Biasanya pukul 11 pagi.

Masalah bau keringat akhirnya usai. Mereka berlomba-lomba memakai sepatu masing-masing dan bergandengan tangan mendekati abang penjual es krim. Tubuh keduanya yang masih kecil dan imut membuatnya sulit untuk melihat isi es di dalam gerobak. Seperti sudah terbiasa, penjual itu paham dan menggendong tubuh Shena.

Ada warna merah muda dan cokelat. Senyum Shena merekah.

"Angga! Ada rasa stawbeyi sama coklat! Aku mau empat, boleh?"

Penjual itu tertawa kecil melihat tingkahnya. "Boleh dong, tapi jangan lupa bayar harganya 100 juta ini es krim mahal." Ujarnya menggoda.

"Angga punya uang seratus juta?" tanya Shena.

Tak pelu menunggu lama, Angga kecil merogoh saku celananya dan menemukan lembar uang 1000-an dua lembar. "Angga punya. Cena tenang saja. Abang, kita beli es krimnya empat!"

"Asyik! Tunggu sebentar ya, Abang siapkan dulu es krim paling enak dan mahal sedunia!" jawab si penjual dengan laga yang bersemangat sembari menerima dua lembar uang pemberian Angga. Harga satu eskrimnya masih 500 rupiah. Meski ukurannya tidak begitu besar, tetapi rasanya tidak perlu diragukan lagi. Es krim ini merupakan salah satu es krim paling enak yang pernah Shena coba.

"Makasiii!"

Keduanya lalu duduk di tepi trotoar.

Angga meraih bungkus es krim berwarna merah muda di genggaman Shena dan membukakannya untuk sahabatnya itu. "Nih, makan."

"Makasih Angga..."

"Sama-sama Cena."

***

[Picts from Pin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Picts from Pin. All rights reserved]

I Am PlutoWhere stories live. Discover now