Chapter 12

41 19 41
                                    

Chapter 12

24 Desember 2016

Melelahkan.

Hari ini, Shena baru saja pulang dari pantai, setelah syuting sebuah sinetron kecil berjumlah 24 episode. Ia memerankan tokoh 'Ines', perempuan kelahiran Jawa yang menetap di Bali. Berperan sebagai mahasiswa baru yang masih belum bisa beradaptasi di lingkungan barunya. Lalu bertemu seorang laki-laki kurus dan kutu buku bernama 'Rian'.

Shena juga mengikuti kelas akting dua kali seminggu. Tentu bersama dengan Angga. Meski mereka berada di agensi yang sama, terkadang jadwal latihan aktingnya tidak sama.

Hari ini, Shena telah usai mengikuti kelas. Hari sudah menunjukkan pukul 4 sore. Di depan gedung agensinya yang memiliki parkiran luas, Shena tengah duduk dengan earphone terpasang di kedua telinganya. Menunggu Papa menjemputnya. Meski sudah kelas 11 SMA, Shena masih belum diperbolehkan mengendarai sepeda motor apalagi di jalan raya. Ia juga belum punya SIM dan KTP.

"Shena!" Suara Angga akhirnya membuyarkan lamunannya. Shena terpaku di tempat. Angga mengenakan kaos abu-abu yang dibelikan olehnya. Tetapi, Angga mengenakan helm berwarna merah muda. Helm miliknya!

Buru-buru Shena menghampirinya. "Papa mana? Angga! Kenapa lo pake helm gue?" Shena sadar, ada beberapa pasang mata yang tengah memandangi keduanya. Melihat Angga terutama, sambil tertawa kecil. Jelas sekali penampilan Angga ini tidak cocok. Sangat konyol.

Angga mendengus, "Nggak sempet. Buruan naik."

Meski akhirnya Shena menaiki motor dan berpegangan pada perut Angga, Shena masih sangat heran. "Gue lagi di rumah lo, Shen." Jelas Angga ketika mereka ada di perjalanan pulang. "Gue lagi main PS sama Azka. Tiba-tiba bokap lo telfon Azka, katanya ada rapat mendadak."

Di belakang punggung Angga, Shena tertawa keras-keras. "Kok bisa sih? Astaga, helm pink dipake sama seorang Nicholas Saputra. Gilaaa!" kata Shena dengan sengaja mengejek sahabatnya.

Mendengar itu, Angga memutar dua bola matanya, jengah. "Demi lo nih gue!"

"Apa kata dunia kalau aktor kesukaan mereka ternyata pake helm warna pink?"

Aktor. Ya, Angga resmi menjelma sebagai salah satu aktor pendatang baru yang cukup sukses memerankan sebuah mini series. Tahun ini, ia juga akan langsung terjun di layar lebar. Sebuah kesempatan yang tidak boleh Angga lewatkan.

"Diem lo, jelek!"

Di sepanjang jalan, mereka saling mengejek satu sama lain. Tentu, Shena yang paling bersemangat. Ketika mereka sudah sampai di rumah, gadis itu lekas membuka helm ungu yang dikenakannya dan masih saja tidak bisa menahan tawa begitu melihat sosok sahabatnya dengan helm pink Hello Kitty.

Angga berlari mengejar Shena yang lebih dulu masuk ke dalam rumah dan menaiki tangga ke kamarnya. "Wleee! Nichol suka Hello Kitty!" gadis itu menjulurkan lidah, berlari agar tidak tertangkap oleh Angga dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

Azka yang berada di sofa ikut terkekeh, "Bego!"

***

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam ketika Shena akhirnya turun dari lantai dua kamarnya. Gadis itu mengenakan celana jins hitam dan kaos putih dengan sepatu kets. "Mama, Papa, aku berangkat dulu ya!" Ia menciumi punggung tangan Papa dan Mama.

Hari ini, Shena memiliki janji dengan Nathan. Teman sekelasnya di SMA Pandawa Jakarta. Mereka akan menonton salah satu film paling sering dibicarakan di Indonesia, yakni Headshot. Usai mengenakan helm berwarna merah muda miliknya, Shena lalu menghampiri Angga dengan helm pink di halaman rumah. "Bos Hello Kitty, ayo berangkat."

Meski malas dan kesal mendengar sapaan baru Shena, Angga tetap menurutinya.

Seperti biasa, jalanan Kota Jakarta tidak semulus yang dibayangkan. Macet. Tetapi, karena mereka mengendarai sepeda motor, Angga bisa dengan luwes menyalip mobil-mobil yang bergerombol di jalanan malam itu. Mereka akhirnya tiba di sebuah kafe di Jalan Sudirman.

Shena turun dari motor itu dan menyerahkan helm berwarna ungu tersebut pada Angga. "Nih," katanya. "Inget, Ngga, jangan ngebut. Oh ya, tadi siang PR Fisika halaman lima udah gue kerjain. Lo ambil aja di tas hitam, di kamar."

Angga tidak mendengarkan, ia sibuk memperhatikan penampilan Shena dari atas hingga ujung kakinya. "Shena yang dulu pake high heels ngilang ke mana ya? Ada yang tahu, nggak?"

Lagi, Angga menggodanya. Shena kini lebih nyaman mengenakan pakaian-pakaian longgar dan jins hitam serta sepatu kets. Menurut Angga, sedikit tomboi. Mungkin karena ia selalu dikelilingi oleh laki-laki. Pertama Azka, kedua Angga, dan ketiga tentu Papanya. Sejak dulu, Shena selalu diberikan hadiah-hadiah seperti baju kaos dan sepatu oleh Azka dan Angga. Mungkin saja hal itu yang membuatnya lebih nyaman seperti ini daripada mencoba menjelma sebagai seorang perempuan anggun dengan dress yang menyusahkannya.

"Dasar! Sana balik!"

Angga tertawa. Sangat manis. "Oke. Putri udah di dalem kafe? Lo nggak coba telfon dia dulu?" Angga bertanya.

Ah... berbohong sedikit pada Angga, tidak apa-apa kan?

"Belum, bentar lagi sampe," aku Shena. Padahal tidak akan ada Putri Indrianna, temannya semasa SD malam ini. Hanya akan ada Nathan.

"Gue tungguin."

"Nggak! Sana balik aja."

"Lah, suka-suka gue."

Mendengar itu, Shena nyaris takut kebohongannya terbongkar. Bagaimana jika Angga melihat Nathan datang? Teman sekelasnya itu tidak pernah akur dengan Angga. "Pulang aja, Ngga..." kata Shena memelas. "Besok harus syuting. Lo mending pulang aja, takut masuk angin, nanti sakit. Putri pasti bentar lagi dateng, gue tunggu di dalem aja. Ini," Shena menyerahkan jaket yang ada di dalam tasnya. "Pake."

Angga menerima jaket itu dengan senang hati.

"Sanaaa..."

"Beneran, gue tinggal?"

"Iya."

"Pulang sama siapa? Nanti gue jemput ya, lo telfon aja."

Shena menggeleng, "Nggak usah, nanti bareng Putri aja. Hati-hati di jalan, Ngga. Jangan ngebut!"

"Kalau ada apa-apa, telfon gue."

"Iyaaa."

Paksaan yang tak dicurigai sama sekali oleh Angga akhirnya berhasil membuatnya melajukan motor menyusuri jalanan Jakarta lagi. Kali ini tidak ada Shena diboncengannya. Hanya ia, sendiri. Ditemani helm ungu dan pink, menikmati angin yang bercengkerama dengan kulitnya. Ah, sangat dingin ternyata. Untung saja, Angga mengenakan jaket hitam yang entah bagaimana ada di dalam tas sahabatnya.

Di lain tempat, Shena akhirnya duduk di salah satu kafe, menunggu kehadiran Nathan, pacarnya.

"Shena?"

"Hai, Nath."

***

[Picts from Pin

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

[Picts from Pin. All rights reserved]

Setelah hampir satu bulan, akhirnya I AM PLUTO update lagi(⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)
Maaf ya, tugas kuliah bener-bener numpuk😭

Gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu!

I Am PlutoDove le storie prendono vita. Scoprilo ora