Kabha ^3^

35 9 4
                                    

Naya*

Ku hentakkan sedikit tenagaku ke punggung Ara yang dengan serius sedang menonton kartun si kembar botak. “DORR” niatku sih mau ngagetin, tapi lihat Ara yang gak bereaksi apa apa malah membuatku mendengus kesal.

“Loe serius banget sih Ra, Ah elah! apa bagusnya sih mereka berdua, botak gitu juga!” Gerutuku sambil noel noel lengan Ara.

“Ish, berisik ah!” jawabnya tanpa menoleh.

“Aelahh, gak usah serius serius kenapa!”. aku masih menoel lengannya sampai ia terganggu.

“Kak Naya iiihhh, lihat tuh film nya udah selesai kan?!”

“Lhah kenapa malah gue yang di salahin sih Ra! Kan tu film selesai bukan gara gara gue?” ucapku sambil menepis tangan Ara yang sibuk mau nyubit aku.

Sumpah ini aneh. Untuk pertama kalinya seorang Kanaya Khairunna berkunjung sekaligus menginap di rumah Kinara Zaufan Azzahra yang ia kenal di sosial media beberapa bulan yang lalu, tapi gadis itu seolah sudah mengenal Kinara sejak bertahun tahun bahkan berabat abat yang lalu.

Bahkan ini pertama kali ia menginjakkan kaki di kota yang terkenal dengan kelezatan lumpia dan bandeng presto dalam waktu kurang dari 24 jam. Baru tadi malam ia sampai di bumi Semarang di kediaman keluarga Zofan, rumah mewah yang berdiri trategis di pusat kota, dengan pagar bumi di cat hijau muda yang membuat Naya saat pertama kali melihat langsung mnyimpulkan kesan bahwa rumah ini adalah rumah yang ceria dan nyaman.

“Ra, udah dong!” pekikku keras saat Ara masih sibuk mau nyubit aku, sampai kita berdua guling gulingan dikarpet.

“Ekhem!” seseorang berdehem di depan pintu ruang keluarga yang saat ini kami tempati. Seolah sedang menyadarkan kami jika ada orang lain selain kita.

Reflek aku dan Ara langsung menoleh kearah suara berasal. Di sana berdiri sosok cowok yang kalau di lihat lihat agak mirip dengan Ara. Seperti menyadari sesuatu Ara bangkit dan langsung menghampiri cowok itu.

“Eh ya, Kak Nay kenalin ini kakakku namaya Keanu”.
“Gue kira loe anak pertama! Soalnya dari kemarin gue disini, gue gak lihat ada dia?” bisikku di depan Ara sambil tanganku terulur bermaksud untuk menyalaminya dan berkenalan. Bahkan selama ini gue gak kefikiran kalau Ara punya kakak yang lumayan cakep.

Tapi, bukannya menyambut uluran tanganku, cowok itu malah cuman menatap tanganku dengan satu alis yang terangkat lalu melenggang pergi begitu saja.

“Kinara baru saja menyebut namaku”. Ucapnya dingin dan sukses membuatku menganga lebar. Sumpah gak cantik banget ekspresiku saat ini.

Ku tengok ara yang berdiri di samping kiriku. Ara menunjukkan ekspresi sebal sambil menatap punggung kakaknya yang melangkah dengan wajah pelit ekspresi menuju ruangan yang kukira kamarnya. Setelah kakaknya tak terlihat Ara berbalik menghadapku sambil tersenyum menyesal atau tersenyum canggung? Entah lah.

“Maafin Kak Kean ya? Dia kadang emang begitu”.

Bukannya menjawab aku malah tertawa pelan menutupi keterkejutanku melihat sikap Kean yang begitu banget.
Kutatap Ara dengan tatapan seolah no prblem dear, itu sudah biasa. Sambil berjalan menuju sofa ku bisikan sesuatu di telinga Ara. “kakak loe Cakep Ra!” yang di jawab dengan anggukan Ara.

°°°

Kutatap langit langit kamar yang aku tempati saat ini. Aku menerawang jauh sambil menggigiti bibir lalu tersenyum. Sesekali ku hela napas karena masih gak percaya kalau saat ini aku sudah berada di rumah ini. Setelah bergurau ria dengan Ara di ruang keluarga tadi pagi, Ara pergi ke tempat les dengan di antar Kean. Katanya Ara akan balik pada pukul 1 siang nanti, sedangkan sekarang masih pukul 9 pagi.

KaBhaWhere stories live. Discover now