Kabha ^1^

54 13 2
                                    


"Eh?" erangnya khas bangun tidur, "sudah sampai, ya?"

Wanita itu menatapnya lalu tersenyum kemudian meminta untuk menggeser duduknya agar ia bisa keluar.

Kanaya membiarkan wanita itu melewatinya dan beberapa detik kemudian membaur dengan orang-orang dan menuju pintu keluar. Gadis itu sedikit menggeliat berusaha mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya dan seketika berdiri tegak.

"Huh? Sudah sampai?!" pekiknya keras membuat orang orang yang masih duduk disekitar seketika menengok dan menatap tajam kearahnya. Dengan kesadaran yang sudah mencapai seratus persen, ia meraih tas ransel kelabu dengan aksen marun miliknya dari tempat penyimpanan tas di atas tempat duduknya, kemudian lekas pergi dari tempat itu.

Senja sudah berganti dan angin malam mulai menerpa wajah mulusnya. Mengibarkan poni panjang gadis itu yang di biarkan bebas meliuk-liuk. Sementara rambut panjangnya yang di kucir kuda sedikit berantakan karena tertidur cukup lama. Mungkin sekitar.. em.. lebih dari 4 jam??, entahlah.

Kanaya masih berdiri di depan pintu terminal dengan kostum santainya sambil memperhatikan pemandangan asing didepannya. Penampilan yang kasual menunjukkan betapa santai dan ceria adalah pembawaannya.

Sweter biru yang dipakainya membungkus dengan sempurna tubuh semampai itu sementara celana jeans pensil berwarna hitam dengan lipatan di bagian bawahnya membungkus kaki jenjangnya, sangat kontras dengan warna cerah kulit yang dimilikinya. Dan jangan lupa alas kaki yang di pakai, sneakers biru yang senada dengan sweter yang dipakai melekat manis pada kaki.

Ia menghirup dalam-dalam udara malam tanpa bintang di tempat itu. Dingin, itulah yang dia rasakan. Mungkin beberapa saat lalu turun hujan? Ia mulai melangkah menyusuri jalan untuk mencari kendaraan yang bisa ia tumpangi, menuju rumah yang akan menjadi tempat berteduhnya selama disini.

°°°

Seorang gadis berumur sekitar tiga belas tahun duduk disebuah bangku panjang yang sengaja di pasang untuk tempat duduk di sebuah taman yang berada di ujung kompleks perumahan yang lumayan agak jauh dari rumah mewah milik keluarganya. Ia baru saja menghela napas dan melirik jam tangan yang di pakainya dengan malas.

Matahari baru sempurna tenggelam beberapa menit lalu sementara ia sudah duduk selama satu jam disini. Ia menatap langit yang sudah mulai menggelap dengan tatapan penuh harap. Emosi dalam wajah gadis manis itu berubah ubah dalam hitungan detik, yang pasti bukan emosi buruk selama seminggu lalu.

"Udah sampai mana ya?" tanyanya entah kepada siapa.
Kinara menghela napas bosan. Ini pertanyaan ketiga kalinya yang ia lontarkan sejak satu jam yang lalu. Ia baru akan menjawab pertanyaannya sendiri dengan jawaban yang sama, namun tertahan dengan suara kendaraan yang berhenti tidak jauh dengan tempatnya duduk.

Kinara bergegas berdiri mengabaikan pertanyaannya barusan yang terdengar lebih buruk dari pada suara deru mesin kendaraan yang baru saja berhenti. Ia menepis debu yang mungkin saja menempel di celana jeans yang di pakainya dan memasang wajah sumpringah.

°°°

Setelah mendapatkan kendaraan yang akan membawanya ke tempat tujuan, Naya bergegas menaiki kendaraan berwarna orange tersebut. Setelah beberapa menit duduk akhirnya kendaraan itu berhenti di tempat yang ia tuju. Naya bergegas turun dari mobil itu.

"Nay!" teriak seseorang dengan sedikit berlari kearahnya. Gadis itu melambaikan tangannya dengan mata berbinar.

Kanaya tidak dapat menahan senyum lebarnya ketika melihan gadis itu, otaknya mampu merangkai pejelasan akan siapa gadis yang terlihat seperti adiknya itu.

Kanaya melangkah mendekat . "Ara?" sapanya atau lebih pastinya memastikan kebenarannya. Gadis yang lebih pendek darinya itu lantas mengangguk malu namun penuh antusias.

"Nay loe.. eh. Em.. kamu kelihatan lebih cantik gini dari pada saat video call," puji Kinara malu malu, salah tingkah. Tidak ada pelukan selamat datang ataupun teriakan histeris karena kecanggungan yang melingkupi atmosfir tempat itu.

Kanaya tersenyum manis, matanya menelusuri penampilan gadis di depannya dari ujung kaki hingga puncak kepala. Kemudian berkata "Santai aja! Loe juga kelihatan lebih unyu dan cantik kalu ngelihat langsung!." Mereka berdua kemudian sama sama tertawa.

°°°

"Nay, kamu sibuk?". Suara Kinara terdengar di sela-sela ketukan pintu kamar Naya. Meski suaranya pelan tapi Ara yakin kalau yang di dalam kamar itu dapat mendengarnya.

"Nggak Ra, masuk aja langsung!"
Naya masih sibuk berbenah merapikan beberapa potong pakaian yang ia bawa, kedalam almari yang tersedia di kamar itu, ketika sosok Kinara masuk kedalam kamar. Gadis bertubuh mungil itu masih berdiri canggung di depan pintu menatap Naya yang masih sibuk berbenah.

"Loe jangan ngeliatin gitu, astagaa! Loe kayak gak kenal gue aja". Naya mendengus pelan lalu segera menghampiri Kinara.

"Harusnya tuh gue yang ngerasa canggung disini, ya gak?" tanyanya gemas pada gadis mungil di depannya yang dari tadi Cuma diam memandangnya.

Kinara menggeleng cepat "Gak kok, lagian kan aku udah pernah bilang sama kamu kalau mama udah tau tentang kamu sejak lama".

Naya menyipitkan matanya. "Hah? Tapi loe gak nyeritain yang aneh aneh tentang gue kan?" Godanya, sambil sok melototkan mata.

Ara masih menyunggingkan senyuman malu ketika berkata "Gak kok, Mama tahu aku punya kakak cantik gini dan seneng seneng aja". Naya tersenyum lebar mendengar perkataan gadis mungil di depannya.

"Oh ya, aku hampir lupa kan! Tujuan aku kesini mau ngajak kamu makan malam di bawah, Nay eh.. em... kak Nay?" Ucap Ara malu malu harimau.

Naya mengangkat alisnya tak lama setelah itu memekik "Stop kikuk atau canggung sama gue, Araa! Dan stop ucapan aku-kamu yang malah bikin gue ngerasa jadi orang asing. Eh? Emang gue orang asing kan ya?" ucap Naya sambil menepuk jidadnya seraya tertawa renyah.

"Dan panggil gue senyaman loe aja, kalau gak biasa manggil kak mending gak usah, deh, kesannya tua banget gue?" tambahnya.

^^^

.
.
.
.jelek yah??? Maap yaa
.
.happy reading sobat
.
.Rabu, 250417
.00.02, DMK

Memel

KaBhaWhere stories live. Discover now