Page 17

5.9K 700 58
                                    

- tolong bacanya abis maghrib aja ya teman2 yang budiman -

.

.

.

Chaeyeon telah sampai di apartemen nomor 315—tempat Jaehyun tinggal. Terjadi pergolakan batin dalam dirinya, bertanya-tanya apakah mendatangi Jaehyun hari ini adalah keputusan yang tepat atau tidak. Tangannya terjulur untuk menekan bel, meskipun ia ragu. Tanpa perlu menunggu lama, seseorang pun langsung membuka pintu dari dalam.


Raut cemas Chaeyeon seketika berubah terkejut. Mendapati sosok Jaehyun di hadapannya dengan penampilan yang berbeda—meskipun ini bukan pertama kali ia melihatnya—membuat degup jantung Chaeyeon mencelos. Jihyun yang sangat ia apresiasi eksistensinya kini tak lagi ada.


"Chaeyeon?" Jaehyun menorehkan raut kebingungan.

Dilihat dari cara Jaehyun menatap, Chaeyeon memprediksi pertemuan pertama mereka setelah kejadian di area asrama tempo hari akan terasa canggung. Pria itu belum sekali pun menunjukkan ekspresi bersahabat.


"Hai." celetuk Chaeyeon sekenanya, tanpa memanggil nama sapaan atau menggunakan honorfik. Ia kelewat bingung harus dengan apa ia memanggil Jaehyun.

"Ma, masuklah dulu..." Jaehyun mempersilakan dengan sedikit terbata. Pemuda itu lantas mengambil langkah untuk memasuki apartemennya. Mau tak mau Chaeyeon pun mengekorinya dari belakang.


Gadis Jung itu berharap jantungnya tetap baik-baik saja. Gugup, takut, bimbang, semuanya bercampur hingga membuat tubuhnya bergetar. Punggung yang sedari tadi ia pandangi tiba-tiba berhenti dan otomatis membuatnya ikut menghentikan langkah.


Chaeyeon tak pernah menduga bahwa hal yang selanjutnya Jaehyun lakukan adalah membalikkan badan. Kemudian mengambil beberapa langkah untuk mendekat, mengikis jarak antara dirinya dengan gadis itu.


Sebuah dekapan Jaehyun berikan kepada Chaeyeon untuk menyalurkan seluruh hasratnya yang lama terpendam paska perpisahan mereka. Yang dipeluk masih belum membalas dengan reaksi apa pun. Ia tetap berdiri tegak di posisinya semula.


"Aku rindu sekali padamu," bisik Jaehyun lembut. Frasa itu bagai air hujan yang menyirami taman hati Chaeyeon yang telah lama tandus sejak kepergiannya. Tangannya perlahan menggeladik untuk dilingkarkan pada pinggang pria yang tengah mendekapnya erat itu.

"Aku tahu aku memang pengecut. Tapi terima kasih kau sudah mau datang menemuiku..." lanjutnya seraya menelungkupkan wajah Chaeyeon ke dalam pelukannya.


Chaeyeon tak kuasa meloloskan buliran air mata dari pelupuknya. Membuat kaus putih yang membalut dada bidang Jaehyun basah. Mereka tetap saling dekap, menyalurkan kerinduan yang telah lama menyiksa batin keduanya.


Rengkuhan itu perlahan dilepaskan oleh Jaehyun. Tangannya yang lebar ia gerakkan untuk menangkup pipi milik Chaeyeon. Ia seka air mata yang membuat pipi gadis itu memerah. Tak lama kemudian, ibu jarinya tiba-tiba berhenti bergerak dan lantas memiringkan wajah. Pemuda itu memejamkan mata, Chaeyeon tentu tahu apa yang ingin Jaehyun lakukan setelah itu. Entah dari mana ia mendapat bisikan, namun kini Chaeyeon juga melakukan hal yang sama.


Jaehyun tak lupa menyentuhkan telapaknya pada tengkuk Chaeyeon, mengarahkan kepala gadis itu ke posisi yang nyaman. Jaehyun pun membulatkan bibirnya setelah bibir mereka menempel dengan sempurna. Tangannya lantas menggeladik, menyusuri tiap sisi dari pipi bulat yang Chaeyeon miliki.


Bibir Chaeyeon yang membulat perlahan mengendur, kini wajah mereka jadi berjarak beberapa senti. Manik keduanya bertemu, dan mereka tak tahu harus berbuat apa sekarang.

"Aku juga rindu padamu." sebuah ungkapan tulus secara tiba-tiba Chaeyeon ucapkan. Seulas senyum terkulum dari kedua sudut bibir Jaehyun setelah mendengar kalimat itu.

"Aku sangat mencintaimu."

"Ngomong-ngomong... sebelum aku ke sini, kau sedang sibuk melakukan apa?" tanya Chaeyeon untuk memecah hening.

"Kau yakin ingin tahu?" Jaehyun mengangkat sebelah alis dan dibalas anggukan polos oleh Chaeyeon.

"Oke, karena kau ingin tahu. Sebenarnya aku baru saja mandi dan berencana tidur cepat." jelasnya sambil memasang ekspresi penuh makna tersirat.


Sebenarnya Jaehyun bohong. Jelas-jelas ia cuma menghabiskan seharian ini dengan bermalas-malasan. Mana mungkin ia bisa lelah dan sampai mengantuk? Itu hanya alibi. Karena kalau tidak pergi ke kamar secepatnya, Jaehyun bingung harus meladeni kedatangan Chaeyeon dengan cara seperti apa. Enggak mungkin, kan, mereka mengobrol panjang lebar sampai larut malam? 


Bukan, bukannya Jaehyun enggan berlama-lama menatap paras menggemaskan Chaeyeon yang telah lama ia rindukan. Namun harus diakui, meski sudah saling jujur mengenai perasaan satu sama lain, masih tersisa kecanggungan di dalam benaknya. Ya, semoga saja perasaan itu segera sirna seiring makin lamanya kebersamaan mereka.


"Mau menemaniku?" Tawaran nakal Jaehyun membuat Chaeyeon sontak membelalakkan mata. Namun sebelum gadis itu panik, terlebih dahulu si pria meluruskan ucapannya.

"Hahaha, lupakan saja..."

"Maaf sudah mengganggu waktu istirahatmu." ucap si gadis dengan penuh sesal.

"Oh iya, apa kau sudah makan?" tanya Jaehyun dalam usahanya mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau Chaeyeon merasa bersalah karena datang ke apartemennya.


Gadis itu mengangguk, mengiyakan. Jaehyun menghela napas lega. Karena di dalam kulkasnya benar-benar tak ada bahan apa pun yang bisa diolah menjadi makanan layak konsumsi.

"Kau bermalam di sini saja, oke? Besok kita belanja bersama untuk memasak sarapan, bagaimana?" Jaehyun memberikan usul.

"Bermalam di sini?" pikiran gadis Jung itu langsung disambangi dengan khayalan aneh-aneh. Terang saja, siapa pun juga pasti akan panik, kan, saat mendengar seorang lelaki menawarkan hal semacam itu?


"Apartemen ini memiliki dua kamar." jelas Jaehyun yang langsung berhasil menyingkirkan kepanikan Chaeyeon. Gadis itu pun tanpa pikir panjang langsung mengangguk, pertanda setuju.

"Ayo, kuantar ke tempat istirahatmu." Jaehyun meraih tangan si gadis untuk ia genggam dan menuntunnya ke ruangan di sebelah kamarnya.


Setelah lampu dihidupkan, terlihatlah suasana ruangan yang berukuran cukup luas. Ada beberapa perabotan dari kayu serta lukisan berunsur realis. Chaeyeon tersenyum ke arah Jaehyun, tanda ia menyukai kamar yang akan ia gunakan untuk istirahat itu.


Tiba-tiba Jaehyun mendekat, melongokkan kepala dan memposisikan bibirnya tepat berada di depan telinga gadis itu.

"Ngomong-ngomong... aku enggak bercanda, lo, saat bilang ingin kau temani tidur." 


T B C

chapter depan kayaknya lebih enak diprivate, soalnya.......... hehehe

My Lesbian Roommate [✔]Where stories live. Discover now