Delapan

9K 669 27
                                    

-Lizzy Pov-

"Hai semua... " Sapa ramah Alex kepada para anggota Pack.

"Maaf kami terlambat" Lanjutnya. Kini semua mata menatap kearah kami, oh, lebih tepatnya kearahku. Mereka semua menatap ku bingung.

"Oh iya, perkenalkan namanya Lizzy, wanita yang semalam aku bawa ke sini. Dan Lizzy mereka semua adalah para anggota di Pack ini. Akan ku perkenalkan nanti setelah sarapan" Ucapnya saat melihat tatapan bingung para anggota Pack lainnya. Tapi tidak dengan dengan salah satu pria yang berada di sisi kanan meja makan, ia menatap ku dari atas sampai bawah dengan senyuman yang aku tau apa maksudnya.

"Mari Lizzy duduklah" Lanjutnya. Alex mengantarku menuju kursi kosong yang keberadaanya di serong kanan dekat kursi yang berada di ujung meja, sepertinya itu tempat untuk Alex karena itu berada di kepala meja. Setelah itu, tanpa aku duga. Alex menarik kursi itu bermaksud untuk mempersilahkan aku duduk, seperti nya ia menyadari ketidaknyamanan yang aku rasakan.

Aku tersenyum kepadanya sebagai ucapan terimakasihku. Aku mendekat dan mulai mendudukan diri di kursi tersebut, sedikit menarik kursi itu agar lebih mendekat ke meja untuk memudahkanku makan nantinya. Dari posisiku saat ini, pria itu tepat berada di hadapanku. Dan hal yang tak terduga terjadi. Dia mengedipkan sebelah matanya padaku, ada apa dengannya? Sepertinya tidak ada yang menyadari itu karena semua tengah fokus menyimak ucapan Alex yang kini sudah duduk manis di kursinya..

Di luar dugaanku. Aku sedikit terkejut menikmati suasana sarapan pagi ini. selama sarapan berlangsung sesekali para anggota Pack menimpali dengan candaan mereka yang membuat aku tertawa walaupun lelucon itu tidak lucu sama sekali. Suasana di Pack ini berbanding terbalik dengan suasana di Red Moon Pack yang menurutku mencekam dan menakutkan. Hanya ada suara dentingan suara sendok saja yang saling bersautan.

"Ah sesuai janjiku, aku akan memperkenalkan kalian pada Lizzy" Ucap Alex menginstruksi setelah sarapan dari masing-masing kami sudah habis. Ia beralih menatapku menatapku.

"Nah, Lizzy kita mulai dari yang ada di hadapanmu. Dia Frans Beta di Pack ini, Frans salah satu orang kepercayaanku. Tapi, aku sarankan padamu agar kau menjaga jarak darinya" Ucap Alex memperkenalkan pria yang ada di hadapanku. Jadi namanya Frans. Frans itu hmm, lumayan tampan.

Sekilas aku mendengar suara kekehan Wolf milk-ku, Jes.

"Memangnya kenapa?" Tanyaku penasaran. Kenapa ia menyuruhku menjaga jarak dengan Frans? Apa dia berbahaya?

"Karena ia adalah pria jelalatan dan suka mengobral janji, padahal ia sudah memiliki Mate yang dua bulan lalu ia nikahi. Sekarang Mate-nya sedang mengandung. Tapi ia tetap saja tidak bisa menja matanya" Alex menatap Frans jengah. Sedangkan Frans memutar bola matanya malas dan aku hanya bisa tertawa.

"Dan tepat di samping kirinya adalah Jonathan kau bisa memanggilnya Jo" Lanjutnya. Ah, jadi Jo yang tadi melawak tidak lucu itu, dan ada apa dengan tubuhnya? Dia terluka?

"Dia terluka karena serangan Vampir tadi malam saat di perbatasan. Tapi untung saja tidak terlalu parah" Lagi lagi, dia tau saja isi dari pikiran-ku.

"Perkenalkan lah dirimu" Ucap Alex tersenyum. Yang aku hadiahi anggukan.

"Hm, nama ku Lizzy Eisenberg. Panggil saja aku Lizzy. Senang bertemu dengan kalian semua" Sapaku. Mereka mennanggapinya dengan senyuman. Ada beberapa di antara mereka yang mengucapkan kata sambutan. Tidak ada satupun disini yang memberiku tatapan sinis atau apapun itu. Sepertinya mereka semua menerima ku dengan baik, semoga.

Seusai sarapan dan acara perkenalan selesai. Alex mengajakku untuk berkeliling. Kami mengelilingi lorong demi lorong yang menghubungi satu ruang dengan ruang lainnya. Selama di perjalanan Alex tak lupa menjelaskan fungsi ruangan tersebut yang di timpali dengan sedikit obrolan ringan. Dari sini aku bisa menyimpulkan kalau Alex bukan pria arogan yang sempat kau sematkan untuknya.

"Apa kau hanya tinggal bersama dengan para anggota Packmu?" Tanyaku pada Alex, sekarang kami sedang duduk di kursi taman Pack. Walaupun Pack housenya kecil tapi dikelilingi oleh halaman yang luas.

"Tidak juga, aku disini bersama adik perempuanku. Dan kedua orangtua ku sudah tidak ada"

terlihat raut kesedihan yang terpancar diwajahnya, sepertinya aku salah bertanya.

"Maaf aku tidak tahu soal itu" Aku jadi merasa tidak enak padanya.

"Tak apa, oh iya aku mau menanyakan satu hal padamu, hm apa boleh?"

"Tentu"

"Mengapa waktu itu kau ingin melompat kejurang? Hm, maksudku ada apa denganmu? Apa kau punya masalah? Maaf mungkin aku lancang menanyakan ini padamu"

"Ah, tidak apa-apa. Hm bagaimana ya aku menjelaskannya. Aku merasa putus asa saat itu dan menurutku kematian itu lebih baik dari segalanya"

"Memangnya kalau aku boleh tau, apa yang telah membuatmu putus asa?" Tanyanya.

"Aku di Reject oleh Mateku. Bukan cuma itu ia juga mengatai ku jalang. Ia juga..." Dan mengalirlah ceritaku, aku menceritakan semua tentang perlakuan Luca kepadaku tidak ada satu hal yang tertinggal. Sesekali air mataku kembali menetes jika mengingat itu semua, dengan lembut kuusap air mata tersebut menggunakan punggung tanganku. Rasanya lumayan lega saat aku dapat berbagi masalah pada orang lain. Walaupun aku baru bertemu dengan Alex. Tapi, aku sudah merasa nyaman bila berada di dekatnya. Aku rasa keputusan ku berbagi denganya sudahlah tepat. Ia adalah pendengar yang baik.

"Heh, dasar pra brengsek. Dia mengatai mu jalang, hanya karena salah paham melihatmu bersama Betanya yang beranggapan kalau kalian sedang berciuman. Padahal saat itu ia tengah mengobati lukamu karena perbuatannya. Dan apakah ia tidak bercermin. Sedangkan dia malah tidur bersama wanita lain yang bukan pasangan sejatinya. Aku harap ia menyesal telah me-Reject-mu"

Aku hanya bisa tersenyum tipis mendengar perkataannya tanpa berani bersuara sedikitpun. Menyesal? Apa iya Luca akan menyesal telah me-Reject-ku? Rasanya sangat di sulit untuk dipercaya. Tapi, kalau ia menyesal apa aku akan memaafkannya dan menerimanya?

Tbc.
See ya next chap!

THE JERK ALPHA (Repost) Where stories live. Discover now