Kepingan Hati Lima

156 6 15
                                    


Dania, Ingatlah Segalanya!

Kita telah terbiasa dengan kota ini, dengan baliho-baliho dan poster pejabat yang sangat tidak good looking, kemacetan setiap sabtu malam, juga jalan kereta yang melintang di jalan protokol sehingga memperlambat siapapun ketika kereta babaranjang lewat. Untuk kedua kalinya aku ucapkan sebuah sambutan kepadamu, selamat datang di Bandar Lampung, sebuah kota yang sedang menuju label metropolitan, kota termaju di provinsi Lampung.

Di luar semua keluhan yang aku katakan di atas tadi, kota ini cukup nyaman untuk ditinggali, kota ini jarang dan bahkan tidak pernah terjadi konflik yang menyangkut sara walau banyak suku bangsa yang tinggal di sini, kota inipun tampak bersih, karena itulah lambang Adipura berdiri kokoh di pusat kota dimana dulu kita selalu menghabiskan waktu bersama pada sebuah malam yang cerah. Setidaknya apapun keluhanku tentang kota ini, aku tetap bangga menjadi warga Bandar Lampung.

Dania, kau ingat pertanyaan-pertanyaan ini? Pertanyaan yang kau tujukan kepadaku ketika kau baru pertama kali pindah ke kota ini?

Mengapa di kota ini banyak sekali poster rokok?

Dan aku menjawab; Di kota ini, perusahaan rokok lebih aktif memfasilitasi kegiatan kreatif anak muda, mungkin hal ini terjadi juga di kota-kota lain, kan?

Mengapa kita harus memutar cukup jauh bila hendak menuju Jalan Kartini bila kita dari Jalan Radin Intan?

Dan aku menjawab; Entahlah, mungkin suatu saat rute akan berubah ketika pembangunan sudah semakin pesat. 

Mengapa jarang terlihat orang berbicara bahasa daerah ketika berada di Mal atau pusat urban di kota ini? Berbeda seperti di Jogjakarta atau Bandung? Mengapa cara berbicara anak muda di sini seperti anak muda Jakarta?

Dan aku menjawab; We are Jakarta Wannabe!

Apakah di sini ada pusat kreatif anak muda seperti Jakarta Creative Hub?

Dan aku menjawab; Tidak ada!

Mengapa kebanyakan anak muda di sini terobsesi bekerja sebagai pegawai negeri atau karyawan swasta?

Dan aku menjawab; Kultur di sini memang begitu, seragam adalah hal yang membaganggakan bagi mereka dan keluarganya.

Mengapa kau tidak memiliki kekasih?

Aku menjawabnya dalam hati; Karena aku menunggumu, Dania..

Itulah pertanyaan-pertanyaanmu kepadaku, seorang teman lamamu kala kita sama-sama kuliah di kota asalmu, Jogjakarta. Seketika kita menjadi teman dekat saat kau mengetahui aku berasal dari Bandar Lampung dimana nenekmu tinggal. Kau orang asli Lampung yang tinggal di Jogjakarta semenjak kau masuk Taman Kanak-Kanak ketika Ayahmu dipindahkan tugas ke sana oleh perusahaannya. Sejak saat itu kau tinggal dan tumbuh menjadi dewasa, hingga kau menjadi seorang penulis novel karena pergaulanmu dengan sastrawan-sastrawan lokal di sana. Aku ingat ketika kau sudah sibuk dengan promosi novelmu ke luar kota, saat itu aku sedang dalam proses wisuda, dan di hari wisudaku kau tidak datang, padahal kaulah yang paling aku inginkan ada di hari bersejarah bagiku itu.

Kau telat wisuda, itu yang aku tahu. Kesibukanmu membuat kuliahmu terbengkalai. Bahkan ketika keluargamu pindah kembali ke Lampung, kau masih tinggal di Jogjakarta sendirian untuk menyelesaikan skripsimu, dan barulah satu tahun kemudian, kau yang telah populer di kota ini datang dengan sambutan dariku dan beberapa pembacamu di bandara.

Sampai di sini, apa kau sudah sedikit mengingatnya, Dania? Bila kau belum ingat, aku akan menceritakan tentang Jordan, kekasihmu.

***

Semenjak kau pindah ke Lampung, kau hanya memiliki satu orang teman, yaitu aku. Karena itu aku selalu membawamu jika aku bertemu dengan teman-temanku. Baik teman kantorku, teman di komunitas airsoft gun (dimana kau bertemu Jordan di sana), atau beberapa teman musisi indie yang kukenal agar kalian bisa bertukar pikiran. Semuanya berjalan lancar dan kau dapat membaur dengan hangat bersama mereka, tidak sulit bagi wanita cantik, cerdas dan populer sepertimu mendapatkan teman, bahkan hanya satu bulan kemudian kau sudah berani jalan sendirian untuk bertemu mereka walau kadang kau tersasar ketika hendak pulang sehingga aku harus menjemputmu.

Waktu berlalu ketika aku harus bertugas sementara di Surabaya untuk membangun cabang perusahaanku di sana. Lima bulan aku pergi meninggalkanmu dan saat itulah ku alami rindu-rindu terhebat dalam hidupku setelah kita terpisah kota karena kelulusanku dulu. Rasanya kau sudah menjadi candu, dan aku penikmat beratmu. Aku selalu ingin bersamamu di antara waktu yang merakit hari demi hari yang berjalan lebih lambat dari biasanya. Hanya telepon darimu yang mengobati semua itu, namun telepon darimu juga yang membuat sakit pada perasaanku ketika kau menceritakan bahwa kau dekat dengan Jordan. Ketahuilah Dania, bila itu yang terjadi, aku menyesal mengenalkanmu kepadanya! Terlebih beberapa minggu kemudian, aku mendapat kabar darimu, kau menjadi kekasihnya.

Aku pulang dengan langkah yang berat, kau memang datang ke bandara menyambutku, bahkan memberiku pelukan hangat. Akan tetapi ada Jordan di situ, yang tersenyum sangat menyebalkan bagiku. Sejak saat itu, aku berpura-pura baik-baik saja dan bersikap munafik seolah mendukung hubungan kalian walau nyatanya aku terluka.

***

Tiga tahun hubunganmu bejalan dengan Jordan dan aku mulai putus asa untuk mengharapmu. Aku menyadari kesempatanku tertutup ketika kau bertunangan dengan Jordan. Aku terluka meski saat itu aku datang bersama kekasihku, kekasih yang bukan kekasih hatiku, kekasih pelarianku darimu. Itupun terjadi pada dua wanita sebelum ia yang kubawa di hari pertunanganmu. Aku menjadi seorang yang berengsek, Dania.

Hari itupun tiba, hari yang nahas bagimu. Kau tahu begitu khawatir dan takutnya aku ketika mendengar kabar kau kecelakaan di Lampung Barat? Dalam perjalanan pulang selepas kau liburan bersama Jordan di Danau Ranau. Aku menangis ketika kudapati kau di UGD rumah sakit setempat, kidung doa terus mengalir bagimu beriring air mata yang tak mampu berhenti mengalir. Kutunggui kau bersama orang tuamu hingga kau melewati masa koma, dan saat itu kabar kematian Jordan pun telah lebih dahulu datang menghancurkan perasaanku. Aku tak tahu akan sesedih apa kau nanti saat menerima kenyataan itu, dan kesedihanmu adalah kesedihan terbesar bagiku.

Kau terbangun setelah hampir lima hari koma, itulah hari dimana aku bisa tersenyum setelah melewati kesedihan panjang. Dan kata pertama yang keluar dari mulutmu saat itu ialah, "Kau siapa?" ketika kau melihatku, bahkan bukan aku saja yang tak kau kenali, kedua orang tuamu pun tak kau kenali. Kau mengalami Amnesia Retrograde dimana kau tidak mengingat kejadian-kejadian yang lalu, kau masih mengingat siapa namamu dan itulah satu-satunya ingatanmu.

***

Kau menangis di pemakaman Jordan setelah aku menceritakan tentang jati diri Jordan. Aku tahu kau menangis bukan karena kenangan, karena kau tak dapat mengingat itu. Kau menangis karena fakta yang kau dengar dariku tentang siapa itu Jordan. Hubungan kalian harus berakhir sedramatis ini.

Selama masa-masa amnesiamu hingga saat ini, aku selalu ada untuk mendampingimu. Aku mengantarmu terapi, mengingatkanmu untuk minum obat hingga menemanimu ke psikiater. Karena kebersamaanku denganmu yang terlalu intens itulah, aku dan kekasihku putus hubungan, aku tak menyesal karena aku sama sekali tidak mencintainya. Karena yang aku cintai hanya kau, Dania.

Hari semakin malam ketika aku telah kehabisan kata untuk menulis kisah ini. Maafkan aku bila tulisanku tidak sesempurna tulisanmu. Aku hanya ingin mengutarakan segala yang ada padaku kepadamu. Inilah kisah singkat kita, Dania. Aku berharap kau ingat segalanya, walau pada akhirnya saat ingatanmu kembali, kau akan mengingat kembali tentang besarnya cintamu pada Jordan yang telah dalam pelukan tuhan. Aku tak apa, aku masih di sini, setia bersama cintaku yang tak pernah kau tahu, apalagi kau ingat.

Aku dan Cerita Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang