Bab 20. Hanya

7.7K 398 133
                                    


Araya pov

   Setiap kali membuka mulut hendak menyampaikan pikiran, bibir ini selalu kembali mengatup. Keraguan adalah hal terbesar yang menyelimuti perasaanku saat ini tapi keinginan untuk tau lebih dominan, bahkan menurutku terlalu berlebihan.

     Bayangan wanita itu selalu saja terlintas dibenak. Bagaimana cara dia memberikan tatapannya, senyuman yang canggung, wajahnya yang familiar, dan itu semua mampu membuatku merasa terbuai selama ujian dan bila itu sudah terjadi maka dengan terpaksa kinerja otakku harus bekerja dua kali lipat untuk mengerjakan soal lebih cepat sebelum waktu yang ditentukan habis.

    "Kenapa, Ay, kena efek setelah ujian fisika? Sudah lupakan saja soal nilai mending makan nih gorengan." Menyodorkan sepiring penuh berisi gorengan serta es teh manis sebagai pelengkap.

    "Hmm ...." Kedua alisnya saling tertaut menunggu aku yang tak kunjung bicara.

    "Kamu masih ... Ingat nggak sama wanita yang kemarin tak sengaja kutabrak?"

    Kedua matanya mengarah keatas, jari telunjuknya mengetuk-ketuk ujung bawah dagunya. Nampak sekali kalau dia sedang berusaha mengingatnya. Selesai dengan pemikirannya, dia menurunkan pandangannya lalu mengangguk pelan. "Terus kenapa?"

     "Bakalan aneh nggak kalau aku mau cari tau tentangnya?"

    Dia menatapku cukup lama kemudian mulutnya terbuka lebar seperti kaget akan sesuatu. "Ay, jangan bilang kalau kamu suka sama dia?!"

    "Huh?"

    "Wah, parah! Mau punya pacar dua, Ay?" tanyanya sambil menepuk-nepuk bahuku.

    "Sebentar dulu!! Kamu bilang aku suka sama dia, apa hubungannya sama pertanyaanku tadi?"

    "Bukannya dulu kamu suka sama kak Luna juga begini. Awalnya penasaran terus mau bertemu lagi kemudian mau dekat-dekatan dengan cara yang cukup aneh untuk menjadi gurunya, dan berakhir pacaran. Well, itulah kenapa aku dapat menyimpulkan kalau kamu suka sama wanita itu," jelasnya panjang lebar lalu meneguk es teh miliknya.
   
     Kalau dipikir-pikir benar juga sih tapi waktu itu karena aku sama sekali tak mengenal kak Luna sedangkan wanita itu terasa sangat tak asing atau aku pernah melakukan sesuatu kepada wanita itu hingga secara tak sengaja aku ... Tunggu dulu! Bukan itu yang harus kupikirkan.

    "Della!" teriakku yang membuatnya tersedak dengan pisang goreng yang lagi dikunyahnya. Cepat-cepat dia meraih minumannya lalu meneguknya sampai habis, mata dan hidungnya begitu memerah.

     "Maaf Del."

     "Kamu kenapa sih tiba-tiba teriak?" tanyanya seraya mengambil tisu lalu menepuk-nepukannya dibibir.

      "Della, benaran aku suka sama dia?" tanyaku panik.

      "Mana aku tau dan lagian kamu tuh," --dia mendekatkan wajahnya lalu menyeringai kecil--"sepertinya mengidap sindrom penyuka wanita dewasa, deh."

       "Ma--maksudnya?"

       "Kak Luna sama wanita itu, kan, sama-sama lebih jauh umurnya darimu. Jadi, sudah jelas kalau kamu itu suka wanita yang lebih tua," jawabnya santai sambil memakan gorengan kembali.

       "Kamu kok jahat banget sih bilang kak Luna tua? Kami, kan cuma beda empat tahun."

      "Lah, kok aku jadi ikutan sedih, ya?"

      "Ish, Della!" Dia tertawa dengan puasnya dan itu mampu membuatku cukup kesal.

     Dia berhenti tertawa lalu menatapku dengan serius. "Kamu belum cerita ini sama kak Luna, kan?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 17, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Key And YouWhere stories live. Discover now