Bab 18.5

4.7K 322 16
                                    

   Ini seperti part bonus atau part selingan, terserah kalian mau menyebutnya apa. Didalam part ini yang jadi tokoh utamanya adalah couple Ardel (Arisa-Della), dan part ini lanjutan part 18 cuma dibedakan saja dan ini juga nggak panjang, Jadi yang suka dengan couple ini silahkan baca.

°
°
°

Arisa pov

  Suara ketukan di pintu mampu membuyarkan konsentrasiku pada belajar, aku menoleh ke arah pintu dan merasa heran. Perasaan tadi mama bilangnya mau pergi ke rumah tante Ivy sama papa sedangkan kak Indra lagi jalan sama temannya jadi siapa yang mengetuk pintu kamarku sekarang?

  Aku bergidik saat diketukan itu mempunyai ritme yang cepat, jangan bilang penunggu rumah atau hantu nyasar yang ingin berkunjung.

  "Woi Ris, lu sudah mati ya?" teriakannya membuatku jatuh dari kursi, kuusap kepalaku yang terasa sakit.

  "Ris kalau mau bunuh diri, gue saranin pakai tali tambang jadi nggak jatuh."

  Tuh anak ngomongnya kok makin ngawur sih!! Aku berdiri lalu berjalan ke arah pintu kemudian membukanya, nampak sebuah plastik putih lalu dia menurunkan tangannya dan terlihatlah senyuman khasnya.

  Tanpa buang-buang waktu aku langsung memukul kepalanya, tidak kupedulikan rintihannya.

  "Lu kok bisa masuk kesini?" tanyaku heran karena mama pasti mengunci pintu begitu pula kalau kak Indra pergi.

  "Gue masuk lewat pintu belakang."

  "Lu sudah mirip kaya maling lewat pintu belakang."

  "Sebenarnya gue ingin lewat pintu depan secara terhormat tapi tidak peduli berapa kali gue mengetuk pintu, calon mertua nggak bukain, gue telpon lu nggak diangkat. Ya udah gue lewat pintu belakang, simple kan."

  "Berhenti bilang mama gue calon mertua."

  "Yaelah calon adik ipar jangan marah dong, restuin dong teman lu yang cantik ini sama kak Indra ganteng."

  "Bodoh amat!!"

  Dia benar-benar penghilang moodku, kutinggalkan dia didepan pintu. Aku tidak peduli dengannya dia itu membuatku sangat kesal.

  "Cielah ngambek, jangan marah atuh, dengar ya kata nenek gue kalau orang yang suka ngambek entar jodohnya jauh."

  "Biarin aja toh mau dia jauh atau dekat hasilnya sama saja."

  "Maksudnya?"

  "Tuh, nggak ada yang beda."

  Ia mengernyit, bingung dengan arah pembicaraanku, lama-lama aku bisa gila menyimpan perasaanku pada orang yang nggak peka ini.

  "Ah, bodoh gue nggak mengerti. Lu ngapain Ris?"

  "Ngasah pisau."

  "Untuk apa?"

  "Bunuh lu."

  Dia hanya meringis lalu mengambil posisi duduk di tepi ranjang, mau apa sih dia datang padahal besok ulangan, bukannya belajar malah gangguin orang.

  "Ris, gue bawakan makanan nih, lu mau kagak?"

  "Sudah dikasih racun?"

  "Iya racun cintaku, haha keren juga gombalan gue."

  "Bedebah!"

  Dia hanya tertawa seraya menangkis pulpen yang kulempar padanya. Nih anak bikin aku tekanan aja.

  "Sana pulang! Lu tuh ganggu gue aja."

  "Yaelah Arisa sayang, gue sudah capek kesini masa lu usir?"

  "Yang suruh lu kesini siapa? Bukan gue kan, sudah sana pergi."

  Dia menghiraukan ucapanku dengan merebahkan badannya diatas kasurku, kedua kakinya mengayun ke depan lalu ke belakang. Huft, biarkan saja deh nanti juga pulang sendiri kalau sudah bosan.

  "Ris paswordnya apa?"

  Aku memutar kursiku ke belakang lalu bangkit dari kursi ketika melihatnya yang sedang memegang ponselku, ah bodohnya aku kalau dia sampai melihat fotonya yang ada diponselku, aku bisa mati.

  Aku mencoba meraih ponsel itu darinya tapi ia malah menjauhkannya.

  "Lu kenapa sih?"

  "Kembalikan nggak ponsel gue sebelum lu, gue dorong dari lantai dua."

  "Lu nyimpan video mesum ya? Sampai nggak mau dilihat isi ponselnya," godanya seraya menaik turunkan alisnya. Dia benar-benar menjengkalkan.

  Aku mencoba lebih dekat dengannya dengan mencoba naik ke atas kasur tapi entah apa yang sampai membuatku terpelesat hingga bibirku menyentuh bibirnya. Dia nampak terkejut begitu pula denganku, aku segera bangkit lalu keluar dari kamarku.

  Jantungku terus memompa dengan cepat, itu ciuman pertamaku! Aku segera mengambil air di dapur. Berulang kali aku mengisi air di gelasku lalu meneguknya dengan cepat berharap detakan jantungku bisa normal kembali.

  Detak jantungku sudah kembali normal tapi aku sekarang malah bingung, bagaimana aku bisa menghadapi wajahnya Della, ah bodoh dia pasti tidak akan peduli.

  Aku kembali naik ke lantai dua dimana kamarku terletak. Sesampai didepan pintu aku menghirup napas sebentar tapi bukannya tenang aku malah makin gugup, ah tidak bisa begini kalau dia curiga bagaimana, apa yang harus kukatakan.

  Aku kaget saat ia membuka pintu dari dalam, dia mengernyit dan..."Aw!" pekikku ketika ia menghantukan keningnya ke keningku.

  "Dengan itu kita impas ya."

  "Hah?"

  Dia hanya terkekeh lalu mengusap rambutku kemudian melangkah pergi, aku ingin menahannya tapi aku terlalu takut untuk melakukan itu.

   Aku memasuki kamarku dengan perasaan yang aneh, kembali aku duduk di kursi belajarku lalu menghela napas. Tenang Arisa, kamu harus tenang dan cobalah fokus untuk belajar, lupakan saja ciuman tadi.

  Aku membuka mataku dan mengernyit begitu melihat plastik putih yang sempat kulihat, bukan hanya plastik itu terdapat juga kotak yang terbungkus dengan bungkusan kado di atasnya. Apa dia yang memberikan ini padaku, kuraih kotak kado itu dan ada secarik kertas diatasnya.

  Kuambil kertas itu dan mulai membacanya.

  Ris, kadonya ini sebagai permintaan maaf karena telah melihat lu yang telanjang waktu itu, gue benaran nggak sengaja waktu itu dan juga makan donat yang gue beliin ya, sebenarnya gue mau kasih secara langsung tapi suasananya tadi terasa awkward, wkwk gue nulis bahasa inggris lagi. Udah lah ya semangat belajarnya my first kiss.

  Ini benaran Della yang nulis, ah senangnya. Dia bilang aku my first kissnya. Ah, aku bisa tambah gila kalau begini.
 

Key And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang