Bab 8. Gila

6.5K 456 23
                                    


Araya pov

  "Kamu gila ya? Senyum terus."

  "Hehehe."

  "Waduh, benaran gila dia."

   Dia menarik kursi di sebelahku lalu mendudukinya, ia memutar kursi ku untuk menghadap kearahnya. Aku tidak tau kalau badanku seenteng ini sehingga dia dengan mudahnya memutar kursiku.

  "Biar aku tebak kenapa kamu jadi gini."

  "Itu karena..."

  "Stop! Biar aku tebak kamu pasti....lagi bahagia dan bahagiamu pasti berkaitan dengan kak Luna."

  Bagaimana dia tau? Apa dia punya pembaca pikiran seperti kak Luna.

  "Dari wajahmu sudah keliatan."

   Baguslah, eh.... Keliatan! Arrggghhh memalukan padahal aku berniat tidak mengatakannya sekarang, aku tidak percaya Della yang bodoh tau apa perasaanku.

   Kuputar kembali kursiku menghadap ke depan untuk tidak memperlihatkan wajah maluku padanya.

  "Kamu tidak eskul?"

  "Tidaklah."

  "Kamu yakin? Arisa pasti mencarimu."

  "Buat apa dia mencariku sedangkan aku menyuruhnya ke kantin untuk membeli makanan."

  "Jangan suka menyuruhnya Della dia bukan pembantumu."

  "Siapa juga yang menganggapnya pembantu, aku cuma mau mengerjainya."

   Itu bahkan lebih parah, Dasar Della sifat jahilnya nggak pernah mau hilang.

  "Sudah jangan berpikir buruk, aku cuma mau supaya dia tidak mendengar permohonanku untukmu."

  "Permohonan?"

  "Hem aku ingin membelikan kado untuknya."

  "Untuk apa?"

  "Kamu lupa kalau besok dia ulang tahun?"

   Astaga teman macam apa aku yang melupakan ulang tahun sahabatku sendiri. Bukan Della yang jahat tapi aku. Ah, dasar bodoh kenapa harus lupa. Kado apa yang harus kuberikan padanya.

  "Sudahlah bukan cuma kamu saja yang lupa, yang ulang tahun saja lupa."

  "Syukurlah."

  "Jadi kamu mau temani aku cari kado buat Arisa kan?"

  "Mau tapi apa cuma aku, Ya..."

  "Kalian lagi bicara apa?"

   Arisa mendekat dengan tangannya yang memegang plastik putih berisi snack dan minuman lalu meletakkannya di atas meja, menyerahkannya pada Della. Di belakangnya nampak Yana yang memasang senyum tipis. Lesung pipitnya terlihat jelas walaupun dia hanya menunjukkan senyum tipisnya.

   "Ada apa Aya?"

   Kulihat Yana yang menatapku bingung. Baru saja aku mau membuka mulut tangan Della sudah membekapku. Dia mendekat dengan cepat padaku.

   "Jangan katakan dulu pada Yana."

  "Kenapa Del?"

  "Kan masih ada Arisa!"

    Benar juga sih, aku mengangguk membuatnya tersenyum puas lalu mencium pipiku. Apa yang dilakukannya, kulirik Arisa yang nampak kaget tapi tidak Yana yang terlihat biasa-biasa saja.

   Arisa merubah tatapannya mengarah padaku, Matanya seolah menuntut penjelasan. Kayanya aku melakukan kesalahan, kulirik Della dan dia malah terlihat baik-baik saja bahkan tak peduli.

Key And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang