Bab 14. Jujur

5.1K 367 22
                                    


Pagi ^^

Hari pekan ini update lagi sebenarnya agak ragu sih update atau nggak takutnya kalian makin bingung sama cerita ini. Kebanyakan kegiatan buat kepalaku hilang ingatan tentang cerita ini.

Jadi kalau pada bingung nantinya maafkan aku tapi mudahan kalian akan mengerti sama alur yang kubuat.

Dan sepertinya aku membuat seperti cerita komik saja. Sudahlah namanya juga sudah terlanjur. Harap suka ya.

Happy reading ^^

Luna pov

Matanya menatap dalam ke arah mataku, kedua tangannya saling terlipat didepan dada dengan jemarinya yang mengetuk lengan kanannya, kaki kirinya menopang kaki kanannya, di sudut bibirnya terhias senyuman yang menurutku aneh.

Sudah lima menit berlalu dan wanita didepanku tak mau membuka obrolan, dia hanya diam seraya menatapku. Agak heran ketika dia setuju mau berbicara denganku walaupun dia maunya hanya berdua.

"Kamu ingin bicara apa?"

Aku tidak punya ide apapun tentang hal ini, aku hanya mengikuti saran temannya Aya saja atau aku tanya kenapa sikapnya sangat berlebihan pada Aya. Seolah dia yang paling menguasai hidup matinya Aya.

"Maaf jika aku menganggumu dan perkenalkan namaku Luna....."

Kenapa lidahku tak mau mengucapkan kalau aku sama Aya hanya sahabat, lidahku seolah menolak apa yang ada dipikiranku.

"Aku tau sahabat baiknya Aya kan?"

"Bukan."

"Kalau gitu pacarnya?"

"Bukan."

"Lalu apa?"

"Dia hidupku."

Kedua alisnya saling tertaut tapi setelah itu alisnya naik turun mengodaku, senyumnya berganti dengan seringaian kecil, tangannya tak lagi saling terlipat karena tangan kanannya digunakan sebagai penopang dagunya.

"Hidupmu? Apa Aya memang mempunyai posisi istimewa dalam dirimu."

"Tentu, kenapa tidak? Karena dia milikku bukan milikmu."

Dia tertawa lalu menyandarkan punggungnya pada punggung sofa, seingatku tak ada kataku yang tadi lucu, apa wanita ini menganggap omonganku hanya omong kosong atau dia tau kalau aku sama sekali tak menghormatinya dan berani menyindirnya secara tak langsung. Maaf saja aku bukanlah orang bodoh yang suka menghormati orang dengan begitu saja hanya karena dia lebih tua dariku.

"Aya memang pintar memilih orang untuk hidup bersamanya, aku tau arah pembicaraanmu tapi apa kamu siap mengakui itu didepan orang banyak, tidak kalau itu sudah berlebihan. Bagaimana kalau mengaku didepan orang tuamu, apa kamu berani? Sadarlah hubunganmu dengan Aya bukanlah hubungan yang dapat dikatakan normal bahkan hubungan kalian ini sudah tergolong dosa kan, aku tidak tau tentang agamamu apa ini diperbolehkan tapi jujur di agama kami hal ini sangat dilarang."

"Kamu ingin aku jujur didepan orang tuaku, maaf saja aku tidak akan mengatakannya sekarang. Aku bukanlah orang bodoh yang mau mengaku terus dibuang, aku sudah punya rencana hidupku sendiri. Setelah lulus kuliah aku akan bekerja dan setelah aku sudah memiliki semuanya aku akan mengaku didepan orang tuaku jika Aya siap menikahiku dan meninggalkan semuanya. Soal agama? Biar aku dan Aya yang menanggungnya."

Hanya itu yang bisa kukatakan, aku tidak bisa menahan diri. Aku mengatakan tentang rencana hidup itu padahal itu sama sekali belum pernah kupikirkan tapi sudahlah apa yang sudah kuucapkan tidak bisa ditarik lagi lagipula aku sangat serius soal pernikahan itu kalau Aya tau soal ini pasti sangat lucu melihat wajah kagetnya.

Key And YouWhere stories live. Discover now