Bab 10. Segala

6.4K 450 20
                                    


Araya pov

   Dia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, dia tampak serius sampai tidak sadar aku sedang memperhatikannya dari belakang. Kuperhatikan jam dinding sebentar dan ini masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Apa dia sedang mengerjakan tugas kuliahnya yang belum selesai.

   Aku berjalan mendekat padanya tanpa menimbulkan suara dan ia masih belum sadar akan keberadaanku, tepat selangkah lagi kulangkahkan kakiku dia memutar kursinya sehingga aku terkejut dan kehilangan keseimbangan. Aku terjatuh kedalam rengkuhannya, aroma cherry menyelusup ke indra penciumanku. Aku mendongak melihatnya yang sudah memperhatikanku dengan teliti, tangannya memegang kedua sisi tanganku lalu membantuku berdiri tegap.

  "Kamu tidak apa-apa?"

  "Aku tidak apa-apa kok."

   Jari telunjuknya bergerak ke bawah dengan matanya yang masih menatapku, apa dia sedang menyuruhku tapi apa? Aku tidak mengerti. Merasa aku tidak mengerti apa yang diperintahkannya dia berdiri lalu mengangkat tubuhku kemudian mendudukkanku di atas meja. Apakah aku sebegitu ringannya sehingga dia yang tidak tampak kuat bisa mengangkatku.

  "Kenapa sudah bangun? Ini masih waktunya kamu tidur."

  "Kamu sendiri kenapa mengerjakan tugas bukannya tidur?"

   Dia melirik laptopnya yang disebelahku lalu menutupnya setelah menekan sesuatu kemudian dia kembali menatapku. Dia mendekat mempersempit jarak, jemarinya terasa dingin saat menyentuh kulit pipiku, ibu jarinya mengusap dengan lembut. Aku menyukai sentuhannya walaupun aku harus menghadapi detakan jantung yang berpacu cepat. Dia tersenyum tipis lalu mendekatkan wajahnya.

  "Apa aku boleh menciummu?"

  Tumben dia bertanya dulu, biasanya dia akan langsung melakukannya tanpa memberiku aba-aba walaupun kadang aku merasa dia sudah memberiku kode sebelum melakukannya.

  "Tidak boleh, kita belum mandi tau. Jadi tidak ada ciuman di pagi hari."

  Dia tertawa kecil lalu meraih kedua tanganku, dia semakin mendekat dengan kedua tanganku yang diletakkannya atau lebih tepatnya sekarang melingkar di lehernya sedangkan kedua tangannya jadi penyangga di atas meja.

   "Apa menurutmu aku akan menuruti ucapanmu tadi?"

  "Tentu saja kamu harus menurutiku kalau tidak buat apa kamu bertanya...."

  Aku tersentak saat dia mengecup bibirku sekilas lalu menjauh dengan sejuntai senyum di bibirnya.

  "Apa yang kamu lakukan?! Bukankah tadi sudah kubilang jangan lakukan."

  "Tadi refleks."

  "Dasar pembohong kamu melakukannya dengan sengaja, dengar Luna aku tidak suka kalau kamu tidak mendengar pendapatku."

  "Jadi kamu tidak suka dengan ciumanku?"

  Kenapa sekarang aku malah merasa malu dan lidahku terasa kaku untuk membalas ucapannya. Dia kembali tersenyum lalu kedua tangannya sekarang melingkar di perutku, ia semakin dekat dan aku tidak suka dengan keadaan ini dari matanya terlihat dia sedang mempunyai rencana buruk.

   "Kenapa tidak menjawabnya atau kamu masih bingung? Bagaimana kalau aku akan memperjelasnya?"

  "Memperjelas apa? Dan berilah jarak saat kita berbicara, berbicara sedekat ini sangat memalukan."

  Bukannya menjauh dia malah semakin mendekatkan wajahnya dan jarak diantara kami hanya tinggal dua jari saja sehingga aku dapat merasakaan terpaan napasnya. Dia menatapku sebentar lalu mendekat ke telingaku, baiklah sekarang aku dalam keadaan berbahaya, perasaanku mengatakan itu dengan dentingan keras di kepala.

Key And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang