satu; flower shop.

15.7K 945 13
                                    

"Pagi,"

Dannis berdecak ketika sapaan itu mulai terdengar lagi. Amanda tertawa geli, selalu saja seperti ini setiap pagi.

"Kalau beli bunga cuma untuk ketemu kita, mending gak usah deh, Rin." ujar Dannis. Kedua alisnya berkerut menunjukkan ketidak setujuannya kepada gadis itu.

Ririn tertawa kecil "Geer! Gue beneran mau beli kok, seriusan deh."

"Jangan gitu dong, Dan, sama pelanggan." canda Amanda

"Tau tuh Dannis" Ririn berusaha menahan senyumannya ketika melihat Dannis cemberut karena Amanda tidak membelanya.

"Diskon untuk pelanggan setia. Totalnya jadi 28 ribu" Amanda tersenyum manis sambil memberikan se-bucket bunga mawar merah yang Masih fresh.

Ririn mencium wangi bunga mawar itu dan mengambil beberapa lembar uang "Ini yang gue suka dari toko bunga kalian berdua. Bunganya selalu fresh,"

"Cih, lebay" sindir Dannis yang sedang menata vas bunga.

Ririn mengabaikan Dannis lalu beralih ke Amanda. "Oh ya btw, makasih diskonnya, Amanda," Ririn tersenyum lebar sambil memberikan uangnya tadi.

Amanda tersenyum, sudah terbiasa dengan sahabatnya dan Ririn yang selalu ribut.

"Lha, kok dikasih diskon?" tanya Dannis bingung. Sepertinya cowok itu tidak menyimak pembicaraan mereka tadi.

"Gue 'kan pelanggan setia."

"Gak ada, gak ada."

"Lha, gue udah bayar gak bisa dibalikin lagi,"

Dan mereka mulai ribut kembali.

Sedangkan Amanda merasa tidak enak dengan pelanggan lainnya. "Maaf bu, sedikit berisik disini. Total Nya Jadi 35 ribu"

Ibu-ibu itu tertawa geli "Tak apa. Bukannya setiap hari selalu begini? Lagi pula saya senang melihatnya. Mereka cocok. Pasangan yang lucu" ujar ibu tadi sambil memberikan uang pas dan menerima bunga yang dibelinya, setelahnya ia keluar dari toko sambil tertawa kecil.

Amanda tertawa terbahak-bahak karena ibu tadi mengira Dannis dan Ririn adalah sepasang kekasih.

"Pasangan? Mimpi apa gue ya ampun." ucap Dannis tak percaya.

Sedangkan Ririn mendengus kesal sambil melirik Dannis "Emang gue mau sama lo?"

Sinetron dimulai.

"Gue gak bilang kalau lo mau sama gue. Gue juga gak mau sama lo,"

"Ya udah."

"Ya udah."

Bosan melihat mereka bertengkar, akhirnya Amanda melerai. "Udah hampir jam 8 nih. Sebentar lagi gerbang ditutup"

Sekolah mereka bertiga memang masuk jam 8 setiap harinya kecuali Hari Senin, karena harus upacara bendera dan harus datang jam setengah tujuh. Jadi Amanda dan Dannis bisa membuka dan menjaga toko sebentar sebelum sekolah dimulai.

Awalnya ini adalah ide iseng yang diungkapkan oleh Dannis, melihat ibunya yang suka menanam bunga dan ibu Amanda yang suka membuat guci atau vas. 'Kenapa gak dibuka toko bunga aja, 'kan lumayan kalau dijual' dan akhirnya tanah kosong disebelah rumah Amanda dibangun toko kecil yang bertema rumah kaca.

Dan terpaksa Amanda dan Dannis yang menjaga toko itu. Awalnya mereka mengeluh karena bosan belum Ada pelanggan yang beli, maklum toko baru. Tapi lama kelamaan toko semakin ramai. Mereka berdua sampai kewalahan meladeni pelanggan berhubung hanya mereka berdua yang menjaga toko. Mereka juga menjual bunga secara online di instagram. Followers mereka juga tak kalah banyak dibandingkan acc online shop lainnya. Entah followers itu adalah orang yang benar-benar ingin membeli bunga dan vas atau hanya orang yang mau melihat foto-foto bunga, mengingat kemampuan Amanda dibidang fotografi bagus.

Akhirnya Amanda dan Dannis mulai menikmati pekerjaan mereka. Mengetahui hal baru, belajar dari suatu pengalaman dan mengenal orang baru.
Tapi ada saatnya juga saat mereka akan digantikkan oleh ibu mereka.

Amanda memakai tasnya dan keluar diikuti Dannis dan Ririn. Dannis mengunci toko. Amanda membereskan bunga yang berada di luar toko. Bunga diluar toko ini merupakan bunga yang kurang bagus, jadi mereka sengaja memajangnya diluar dan dihargai seikhlasnya. Jika ada orang yang mau membeli bunga didepan toko ini mereka akan meletakkan uang di kotak yang sudah disediakan.

"Rin, gak bareng kita aja?" Tanya Amanda

"Em, gue mau pulang dulu, Man."
Ririn meletakkan bunga mawar itu dikeranjang sepedanya. Sampai sekarang Amanda masih bingung, kenapa gadis itu selelu menolak ajakannya dan selalu mengendarai sepedanya lawan arah dengan sekolahnya.

"Gue duluan ya" Ririn menaiki sepedanya dan berbalik Arah. Kadang Amanda salute dengan Ririn. Orang tua Ririn kaya, padahal bisa saja Ririn meminta mobil mewah untuk berangkat ke sekolah. Tapi ia memilih sepeda sederhana.

Mungkin Amanda juga akan meminta sebuah mobil jika tidak Ada Dannis yang menemaninya.

"Ririn keren ya, selalu naik sepeda. Padahal rumahnya jauh dari sini dan belum lagi ia harus balik rumah lagi habis itu ke sekolah" ujar Amanda

"Biasa aja. Kerenan juga kita, jalan kaki." ucap Dannis dengan datar

Amanda terkekeh "Beda, Nis. Rumah kita 'kan deket sama sekolah. Dan biasanya juga berangkat pakai motor, sekarang aja gara-gara motor lo di bengkel, kita jalan kaki."

"Yah, gitulah. Jalan kaki itu sehat. Dan jangan panggil gue 'Nis'. Gue merasa dipanggil Anisa tau nggak?"

Amanda tertawa tidak pernah memikir sampai sejauh itu.

With YouWhere stories live. Discover now