dua;

12.5K 828 9
                                    

"Sean!" teriakan para gadis membuat Amanda makin penasaran tentang pemuda bernama Sean. Kenapa ia begitu dipuja oleh gadis-gadis? Disegani? Bertemunya saja Amanda tidak pernah .. Ah, mungkin pernah.. Tapi, Amanda sama sekali tidak sadar dan tidak tahu.

Saking penasarannya Amanda sampai naik ke atas Box-Box minuman sisa dijual tadi. Sekolah Amanda sedang mengadakan acara pertandingan bola basket, futsal, fotografi dan sebagainya.

Kali ini, Sean kapten basket tim sekolah Amanda melakukan aksinya. Konyol memang kalau Amanda tidak mengetahui Sean, padahal sudah hampir 3 tahun ini mereka satu sekolah.

Entahlah, Amanda terlalu sibuk dengan novel tebalnya ketimbang memerhatikan seorang lelaki yang tidak pernah memerhatikan nya.

"Amanda!" Amanda hampir saja terjatuh dari box kalau saja Dannis tidak menahannya. "Hati-hati dong! Nanti kalau gue jatuh gimana?" seperti biasa, Dannis marah dengan wajah lucunya.

"Enak aja! Siapa suruh lo ngagetin gue?" Balas Amanda.

"Nanti aja ah berantemnya! Nitip kentang goreng gue. Gue mau sembunyi! Ada si Ririn, tadi, gue beli kentang goreng itu atas nama Ririn dan sekarang dia ngamuk," Dannis menyondorkan kentang gorengnya

Tak lama setelah Dannis pergi bersembunyi, Ririn datang "Liat Dannis gak, Man?"

"Ke toilet cowok tadi" Jawab Amanda terus terang. Tak apa kan? mana mungkin Ririn akan masuk ke toilet laki-laki.

"Gila, ngeselin banget itu bocah. Duit gue jadi berkurang lima belas ribu!" Ririn mengedarkan pandangannya "Makasih ya, Man!"

Amanda tertawa kecil melihat kelakuan mereka berdua. Matanya mulai mencari-cari laki-laki yang bernama Sean tadi, tapi ia tidak melihat sosok Sean lagi di lapangan. Ia memincingkan matanya mencari Sean. Kemana laki-laki itu?

"Hey" Amanda tersentak ketika bahunya ditepuk seseorang. Sean yang menepuknya. Amanda kalang kabut, malu kalau Sean sadar Amanda sedang mencarinya.

"Amanda 'kan? Lo liat Devan gak?" Tanya Sean. Devan adalah sahabat Sean dan sekaligus teman sekelas Amanda.

"Eh, Devan? Kayakya tadi lagi di galeri fotografi" jawab Amanda canggung.

"Oke. Makasih ya"

"Sean tunggu! Darimana lo tau nama gue?" tanya Amanda balik. Sedari tadi ia memikirkannya sampai ingin senyum sendiri. Apa mungkin Sean adalah seorang Stalker? Atau Sean menyukai Amanda?

"Dari name tag lo" jawab Sean sambil memamerkan senyumannya. Amanda memandang kemeja putih seragamnya dan tertampang jelas disana ada nama panjangnya, ia malu untuk kedua kalinya karena mengira Sean seorang Stalker. "Lo sendiri?"

"Dari name─" ucapan Amanda terhenti mengingat Sean tidak memakai seragam tapi memakai baju tim basket nya. "Dari em ... Dari Devan?" Jawabnya tak yakin

Sean terkekeh geli, "Kalau gitu gue cari Devan dulu ya. See you later Amanda."

Amanda tersenyum mendengar perkataan Sean. Setelah Sean pergi, Amanda tak menyangka kalau Sean mengajaknya mengobrol. Tak lama kemudian Amanda mendengar jelas jeritan Dannis yang berkata "ASTAGA RIRIN INI TOILET COWOK"

Amanda menghela napas, buru-buru berjalan menuju toilet laki-laki.

*

Amanda membetulkan letak bunga yang sedikit berantakan. Lalu melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, kemudia ia mengingat sesuatu "Sebentar lagi jam lima, pesanan Ibu Andien udah selesai belum?"

"Udah kok! Ini lagi gue bungkus bunganya" balas Ririn. Ya, Ririn terkadang membantu mereka berjualan.

"Sori telat. Sakit perut" Dannis masuk dari pintu belakang dan langsung memakai celemeknya. Amanda mengambil ponsel yang khusus untuk ada ditoko ketika mendapati notif dari instagram-nya. Seseorang meng-Like foto bunga mereka dan mem-follow akun instagram mereka. Username orang itu adalah @Seanzha.A dengan cepat Amanda melihat profile instagram laki-laki itu.

Sayang, instagramnya diprotect tapi, dari profile picture, Amanda bisa yakin kalau laki-laki itu Sean yang ia kenal tadi. Ingin sekali Amanda mem-follow back Sean tapi, ini bukan akun instagramnya.

Dannis berjalan keluar, bunga yang ditaruh diluar tinggal satu per empat nya. Tinggal bunga matahari yang sedikit rusak didepan. Dannis mengecek kotak uang yang berada disebelah bunga matahari, mereka mendapatkan 30 ribu rupiah untuk bunga-bunga rusak tadi. Setelahnya ia mengangkat sisa bunga matahari dan uang didalam kotak itu.

"Rin, mau bunganya?" tawar Dannis ke Ririn yang sedang mengelap vas kaca yang sudah berdebu.

"Eh? Boleh nih?" Ririn menerima bunga matahari itu.

"Iya. Buat lo aja"

"Besok pagi, bunga baru dateng ya?" tanya Amanda kepada Dannis. Amanda sedang mencocokan jadwal toko mereka

"Iya kayaknya. 'Kan lo yang liat jadwalnya" jawab Dannis

"Berarti bunga mawar baru dateng juga dong?" tanya Ririn bersemangat

"Ya. Tapi, kadang-kadang juga dari hasil yang kita tanam sendiri. Lo bisa liat di halaman belakang gue sama Dannis," Amanda menjelaskan

"Oh ya? Kok gue gak tau ya?"

"Rin, gue mau tanya deh. Kenapa setiap pagi lo beli bunga mawar merah yang sama dan setelahnya lo gak langsung ke sekolah?" tanya Amanda serius. Ia sudah lama penasaran akan hal ini. Dannis yang mendengar pertanyaan Amanda langsung ikut penasaran juga

"Em, nyokap gue suka bunga mawar. Dan gue gak langsung ke sekolah karena gue bawa bunga, masa gue bawa-bawa bunga ke sekolah nanti kalau layu gimana? Jadi gue pulang kerumah dulu" Jawab Ririn. Tapi, Amanda yakin kalau Ririn sendiri ragu akan jawabannya begitu juga dengan Amanda yang ragu kalau Ririn mengatakan hal yang benar.

Sebuah mobil terparkir di depan toko. Menampakkan laki-laki dengan seragam yang sangat Amanda kenal─Seragam sekolahnya. Dan laki-laki yang Amanda kenal─Sean. Sean memasuki toko membuat mereka semua memperhatikannya.

"Amanda? Ini toko lo? Akhirnya setelah muter-muter ketemu juga" Ucap Sean. Ririn dan Dannis berpandangan tak mengerti.

"Iya ini toko gue─"

"Dan toko gue" ucap Dannis dengan muka bangga

"Gue mau ngambil pesanan bunga tulip dan bunga mawar putih" kata Sean.

Amanda segera mengambil bunga-bunga yang sudah disiapkan tadi dibawah meja kasir. "Ini dia pesanannya"

Sean menerima dua bucket bunga itu. "Thank's, Man"

"Eh tunggu! Darimana kita bisa percaya kalau itu bunga pesenan lo?" Kata Dannis mengintrogasi

"Nama nyokap gue Andien" Jawab Sean yang membuat Dannis kembali menutup mulutnya. "Oh iya Man, gue boleh minta nomor telepon lo gak? Nyokap gue─"

Dannis memotong "Kalau mau beli lagi ada nomor nya kok di kartu nama─"

"Boleh yan. Sini ponsel lo" Amanda mulai mengetik nomor nya diponsel Sean.

"Makasih ya" Ucap Sean lalu pergi meninggalkan toko.

With YouOn viuen les histories. Descobreix ara