empat belas;

6.7K 466 5
                                    

Dannis menata pakaiannya ke dalam tasnya. Ia tidak percaya kalau ia bisa berhasil dipaksa oleh dua perempuan itu: Amanda dan Ririn. Setelah merasa semua barang yang ia perlukan untuk menginap nanti lengkap, ia memandang foto masa kecilnya dengan Amanda yang terletak tak jauh dari tempat Dannis berdiri.

Dannis menyayangi Amanda. Sangat menyayanginya, lebih dari seorang sahabat. Apakah Dannis harus menyatakan perasaannya? Belum lagi ketika laki-laki bernama Sean muncul tiba-tiba dan menjadi penghambat antara Dannis dan Amanda.

Dan yang lebih parah lagi, sepertinya Amanda menyukai Sean. Entah, tapi perasaan Dannis menunjukkan kalau Sean bukanlah laki-laki yang baik untuk Amanda. Ia merasa seperti ada yang salah diantara keduanya. Itulah sebabnya Dannis tidak menyukai Sean.

Dannis membaringkan tubuhnya dan memperhatikan langit-langit kamarnya yang sebenarnya tidak menarik. Terlalu banyak yang ia pikirkan dan terlalu banyak yang ia pendam. Rasanya, cowok itu ingin mengeluarkan semuanya, memberi tahu Amanda yang sebenarnya.

Mata Dannis terpejam, tidak lama kemudian terdengar dengkuran kecil, menyisakan keheningan dan suara angin sepoi-sepoi yang berhasil masuk lewat jendela.

*

"Persis seperti yang difoto," gumam Amanda seraya tersenyum semangat "Akhirnya gue bisa santai setelah UAS!"

Mereka semua sudah sampai pada penginapan. Tempatnya sangat luas, ada dua pondok besar untuk memisahkan kamar anak laki-laki dan kamar anak perempuan, kolam ikan besar, dan taman yang luas, mungkin bisa sekitar 2 hektar.

Udara pegunungan yang bersih dan segar membuat Amanda senang. Ia suka pegunungan ketimbang pantai yang panas terik.

Setelahnya, Amanda berpisah dengan Dannis karena ingin meletakkan barang-barangnya. Ia satu kamar dengan Ririn, kamarnya tidak terlalu besar. Terdapat dua ranjang kecil didalamnya dan satu toilet.

Amanda merebahkan dirinya disalah satu ranjang "Capeknya, macet banget tadi perjalanan" Amanda melihat jam yang tertera diponselnya "Masih ada waktu untuk jalan. Rin, gue jalan-jalan ya?"

"Kemana?" tanya Ririn yang sedang meletakkan tasnya

"Disekitar sini aja. Gak lama kok, nanti gue pulang sebelum makan malam di aula,"

Setelah Ririn mengangguk sebagai jawaban, Amanda keluar dari kamarnya dan mengeratkan jaketnya. Disini terasa dingin walaupun masih jam dua siang. Matahari bersinar cerah tidak mengurangi dinginnya daerah ini dan Amanda menyukai semua ini.

Tempat yang sunyi bisa membantu Amanda untuk berpikir jernih dan melupakan sementara semua masalahnya.

Ia berhenti sejenak ketika menyadari ia berada lumayan jauh dari pondok. Ia berhenti tepat dibawah pohon apel yang sepertinya sudah matang. Banyak apel yang berjatuhan dibawahnya.

"Amanda,"

Suara itu membuat Amanda menolehkan kepalanya. Tampak Sean dengan jaket dan beanie hitam dikepalanya terlihat menawan dimata Amanda. Sean selalu berpenampilan menawan dan membuat para kaum hawa meleleh 'kan?

Tapi, bertemu dengannya sekarang bukanlah ide yang bagus. Amanda masih canggung ketika Sean mengatakan kalau Sean menyukainya. Sean membuat Amanda terjatuh. Amanda takut jika ia akan terjatuh lebih dalam kepada Sean, ia takut kalau hanya ia yang mempunyai rasa itu.

Amanda tidak menjawab. Sean menghela napas "Gue minta maaf atas kejadian itu. Gue tau, lo marah sama gue. Ya, gue pantes untuk itu. Tapi, please jangan menghindar dari gue, Man."

"Gak kok. Gue cuma ... canggung."

"Sorry, I can't help it,"

Mereka berdua berdiri bersebelahan, menikmati pemandangan didepan mereka yang tersajikan dengan sangat indah. Amanda masih gugup berada didekat Sean, tapi ia mencoba untuk bersikap tenang.

"Jadi, Dannis ikut?"

"Ya, berkat paksaan gue dan Ririn,"

Sean terkekeh lalu membuat kontak mata dengan Amanda. Sean sangat menyukai bola mata Amanda, cokelat tua yang membuat Sean jika menatapnya merasakan kalau ia berada di rumah. Ini aneh. Perasaan aneh yang akhir-akhir ini ia rasakan jika berada didekat Amanda.

"Bagus ya pemandangannya,"

Tidak terasa sunset terlihat. Menampilkan pemandangan yang tidak bisa dibeli. Amanda terpukau dengan apa yang ia lihat sekarang "Ya, bagus banget."

Tanpa Sean sadari bibirnya tertarik keatas ketika ia memperhatikan Amanda yang menikmati pemandangan. "Jadi, lo maafin gue?"

"Gue yang salah karena menghindar dari lo, Yan."

"Gue ngerti," Sean menggosok-gosokkan kedua tangannya, merasa dingin. Udara yang tadinya segar menjadi dingin menusuk tulang "Balik yuk? Mulai dingin dan anak-anak lain udah mulai BBQ di luar"

Amanda mengangguk menyetujuinya. Tapi, lagi-lagi Amanda dibuat salah tingkah ketika tangannya digenggam erat oleh Sean "Tangan lo dingin,"

Pipi Amanda memerah. "E-eh, ayo kita gabung ke anak-anak." ujarnya mengganti topik.

A/N: Maaf, telat update :( dikarenakan stuck sekali! Gue gak tau mau lanjut apa. Jadi inilah dia, Amanda&Sean moment. Selamat Malam!

With YouWhere stories live. Discover now