duapuluh enam; regret.

5.8K 485 22
                                    

"Dan prom king tahun ini adalah ..." Rania--Si mc, membuka lipatan kertas ditangannya, lalu tersenyum "Seanzha Abraham!"

Amanda tersenyum sambil bersorak gembira seperti teman-teman seangkatannya yang lain. Sean yang tadi disebelahnya, tertawa lalu mencium pipi Amanda sekilas sebelum menaiki panggung.

Mata Amanda melirik Dion dan Devan yang menatapnya. Amanda bergidik, tatapan mereka membuat pertanyaan Amanda muncul. Apa maksudnya?

Devan menatapnya dengan tatapan dingin sedangkan Dion dengan seringaiannya. Bahkan, Dion sempat mengedipkan matanya kepada Amanda tadi. Teman pacarnya itu memang tidak ada yang waras.

Dengan cepat Amanda memalingkan wajahnya, lebih baik ia memperhatikan Sean sekarang diatas panggung. Amanda bertepuk tangan.

"Dan sekarang, prom queen kita tahun ini adalah ..." lagi-lagi Rania membuka lipatan kertas, kali ini ia sedikit kesulitan membukanya "Ashilla Riani!"

Seperti tadi, suasana kembali riuh. Amanda bertepuk tangan. Sambil melihat gadis yang namanya dipanggil tadi menaiki panggung dan berdiri disebelah Sean. Mereka bertukar pandang sebentar.

Shilla.

Tidak heran lah. Ia memang terkenal cantik diangkatannya. Jadi, siapa yang tidak memilihnya untuk menjadi prom queen? Mereka berdua diberi mahkota oleh Rania.

Lalu, Rania menyuruh Sean untuk memberi sepatah dua patah kata. Awalnya, Sean tampak menolak, tapi, akhirnya mau juga.

Tidak seperti Rania--Sean tampak canggung ketika berdiri didepan mic, ia menepuk mic beberapa kali untuk mengetes. "Wow... prom king? Gue bahkan nggak tau kalau gue dicalonin jadi prom king. Gue gak pinter ngerangkai kata-kata, jadi, gue cuma mau bilang ke Dion."

Bukan cuma Amanda yang kebingungan kali ini. Amanda betul-betul tidak mengerti kemana arah yang Sean bicarakan. Senyuman diwajahnya meredup, tergantikan menjadi alis yang berkerut.

"Gue berhasil melakukan tantangan dari lo. Gue menang," ujar Sean dengan pandangan lurus kearah Dion. Beribu-ribu pertanyaan muncul dibenak Amanda. Tantangan apa? "Dan asal kalian tau, perempuan yang gue cintai cuma Shilla. Ashilla Riani. Sekian, terima kasih." Shilla menggandeng lengan Sean manja sambil menuruni panggung dan pergi entah ke mana.

Gedung acara kembali riuh. Kali ini bukan riuh bersemangat, tetapi riuh dengan bisik-bisik. Bahkan, Rania berdiri kaku diatas panggung, menatap Amanda iba.

Amanda bisa merasakan beratus-ratus pasang mata melihatnya sekarang. Dua hal yang Amanda tahu; Sean menjadikannya bahan taruhan dengan Dion dan Sean secara tidak langsung memutuskan dan mempermalukan Amanda didepan teman-teman angkatannya.

Mata Amanda panas. Ia berusaha mencari sosok yang ia rindukan. Gadis itu berusaha mencari jalan keluar gedung dengan susah payah karena gedung ini penuh. Hampir semua pasang mata memandangnya dengan tatapan iba.

Dannis.

Amanda hanya membutuhkan Dannis.

Setelah berhasil menemukan pintu keluar, Amanda melepas high heels-nya dan berlari. Dannis benar. Ia benar tentang segalanya.

Tentang Sean dan rencananya.

Dan mungkin tentang perasaannya.

"Amanda! Amanda!"

Itu suara Ririn. Amanda mengabaikannya dan terus berlari kecil ditrortoar dengan air mata yang terus menerus keluar. Ia bahkan tidak peduli, make up nya luntur. Rasanya, beribu-ribu jarum menusuk hatinya begitu mengetahui fakta kalau Sean hanya menjadikannya bahan taruhan.

With YouWhere stories live. Discover now