tiga belas;

6.6K 479 18
                                    

Sean berguling-guling diatas ranjangnya. Siang ini, ia merasa sangat amat bosan. Ia bosan, tapi malas untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa bosannya. Ia manatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos. Tipikal kamar anak laki-laki, tidak ada hiasan lucu di dalam kamarnya.

Ponselnya bergetar kecil membuat ia mengalihkan pandangannya ke meja kecil sebelah ranjangnya. Beberapa pesan lewat LINE masuk,

Dion Putra: COY GUE MAMPOR YAK

Dion Putra: DEVAN BRG GUE

Dion Putra: SIAPIN MAKANAN Y

Seanzha A.: Capslock jebol, nulis belom lulus aja banga. Gak ada-gak ada, gue lagi gak di rumah

Seanzha A.: *Bangga

Dion Putra: Gak ngaca

Seanzha A.: Bacot

Dion Putra: Lama lo, cepet bukain pintu, gue udah di depan

Seanzha A.: Gue gak di rumah.

Dion Putra: Ngibul, gue bisa liat lo ngupil di atas dari sini.

Sean mendengus lalu beranjak dari atas ranjangnya untuk membukakan pintu. Setelah salam Dion dan Devan langsung memasuki rumah tanpa memerdulikan Sean yang tertinggal. Mereka memang sudah sering kesini, jadi mereka hafal.

Mereka bertiga berkumpul di kamar Sean. Kamar Sean memang bisa dibilang luas, itulah salah satunya alasan kenapa mereka berdua suka menghabiskan waktunya di rumah Sean.

"Yan, mana makanannya?" tanya Devan seraya menajatuhkan bokongnya ke sofa empuk milik Sean.

Sean yang mendengar pertanyaan Devan langsung berdecak kesal, "Ambil sendiri noh, di bawah, deket kulkas. Tau 'kan?"

Devan mengangguk mengerti, lalu keluar dari kamar Sean. Sedangkan Dion yang bebaring di ranjang Sean berteriak "Yang banyak ngambilnya ya, Van!"

Sean hanya bisa menggeleng-geleng melihat kedua sahabatnya ini. "Salah apa ya gue, punya temen macem lo pada."

Devan balik kembali sambil membawa beberapa bungkus keripik kentang, tiga kaleng soda.

"Buset, jatah gue selama satu bulan itu!" Sean mengeluh ketika melihat Devan kembali, sedangkan mereka berdua hanya memamerkan cengirannya tanpa bersalah

Mereka bertiga berakhir bermain Xbox milik Sean. Keadaan kamar Sean yang semula rapi, menjadi berantakan. Bungkus makanan dimana-mana, air soda yang tumpah diatas karpet, kabel xbox yang tidak tertata rapi lagi, serta bantal dan guling yang berjatuhan dari atas kasur.

Mereka masih menikmati kenyamanan bersama dimasa-masa SMA nya ini.

"Gue kebelet, nih Van. Gantiin gue dulu," ujar Sean seraya memberikan controller xbox kepada Devan. Setelahnya, ia memasuki kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.

Dion mempehatikan televisi yang menampilkan game yang dimainkan Devan dengan bosan, ia menguap. Ada niat jahil ketika melihat ponsel Sean tergeletak didekatnya.

Ia mengambil ponsel Sean "Password nya Sean apaan ya?"

Devan hanya menggidikkan bahunya tidak tahu. Ia masih serius dengan game yang dimainkannya.

Dion mulai mengotak-atik ponsel Sean. mulai dari 12345 ia coba, tapi tidak bisa terbuka. Ia mencoba dengan seanganteng dan berhasil!

Entah ia harus senang atau tertawa terbahak-bahak sekarang. Ia tidak percaya, seorang Sean yang terkenal cuek memakai kata-kata itu sebagai password nya.

Ia mulai membuka aplikasi LINE dan mengirim pesan untuk Amanda. Dion sangat gemas dengan hubungan Sean dan Amanda. Sean terlalu lama untuk melakukan acara modusnya, jadi Dion mengirim pesan-pesan yang berisi mengajak Amanda untuk berkencan.

"Van, udah belum?--Eh, Dion! Lo apain handphone gue?" Sean menyambar ponselnya dari tangan Dion lalu melotot tidak percaya dengan apa yang ia baca, "Kampret! Gila lo!"

"Elah! Lo udah janji dan lo harus ngelakuin ini, Yan. Prom sebentar lagi dan lo tau artinya, 'kan?" ujar Dion mengingatkan.

Sean mengacak rambutnya pelan lalu menghela napas. Ia harus melakukannya. Devan tertegun mendengar percakapan kedua sahabatnya, mereka selalu saja seperti ini: berdebat.

"Lo beneran mau ngelakuin itu?" tanya Devan ia menatap Sean dengan tatapan serius.

Dion tersenyum semangat. "Iyalah! Harus!--"

Devan memotong, "Gue tanya ke Sean."

Cowok itu merasa terpojok akibat tarapan Devan. Tapi, dengan mantap ia menjawab "Ya."

Devan meletakkan controller xbox lalu bangkit dari duduknya "Gue pulang duluan." disusul oleh suara bantingan pintu

Dion menggidikkan bahu "Jemput Amanda jam 3 sore," ia menepuk bahu Sean pelan "Gue cabut dulu, bro."

A/N: Hai! Maaf yang chap itu pendek :". Ini chap cuma nyeritain gimana Sean bisa dibajak hpnya. Dan kalau kalian bacanya teliti, disini ada keganjalan, kode-kode gitu #paansi untuk jawaban next chap. So, comments please? Pengen tau pendapat kalian sejauh ini.
Goodnight!

With YouWhere stories live. Discover now