Bagian 23.

1.2K 46 4
                                    

Fanny come back! Miss me? Gimana? J bikin ceritanya absurd gak? Kalau absurd aku tampol dia. Hahaha..

Oke. Stay tune yap!

Δ Δ Δ Δ

Hidup ini adalah proses pembelajaran. Kamu selalu bisa menikmati momen indah, tapi yang pasti harus belajar dari momen yang buruk.

Δ Δ Δ Δ

Aku bingung dengan keberadaan para orang yang memenuhi rumahku. Ada apa memangnya? Apakah ada pesta nanti?

Aku menghampiri eomma. "Ada apa ini, eomma?" Tanyaku.

"Nahh.. kamu akhirnya datang. Cepatlah mandi dan berdandan ya" kata eomma.

Aku yang bingung, akhirnya segera mematuhi permintaan eomma barusan.

Aku bersiap dan juga berdandan. Dan jangan lupa, eomma sudah menyiapkan gaun khusus untuk ku pakai.

Bahkan, eomma tak memberi tahuku akan ada acara apa. Dia hanya mengatakan, kalau aku disuruh bersiap.

Dengan penasaran, aku menuruni tangga rumah dengan perlahan.

Suara ramai sudah terdengar jelas. Aku mengernyit. Aku seperti mengenal suaranya. Tapi, suara milik siapa?

Ah... tidak mungkin uncle Arsen kemari. Tidak mungkin. Mau ngapain juga dia kesini? Uncle Arsen itu sibuknya gak ketolongan. Suwer deh.

Aku berjalan semakin cepat menuruni anak tangga. Dan benar dugaanku. Uncle Arsen, Aunty Adella, kak Abigail, dan bang Faro ku tersayang.

Dia terlihat tampan sekali hari ini. Astagaa.. Dengan setelan kemeja biru tanpa dasi dengan kancing tidak terkancing sempurna, menambah kesan tampannya dan juga menambah kesan seksinya. Ugghh..

"Itu Aretha.." kata kak Abigail.

Semua orang menatapku. Aku hanya tersenyum. Tersenyum manis tentunya.

Aku duduk di sebelah eomma. "Eomma, ini sebenarnya ada apa?" Tanyaku bingung.

"Nanti kamu akan tahu." Kata eomma sambil tersenyum misterius.

"Oke. Gimana kalau kita makan malam dulu?" Tawar dad.

"Okeee.." para orang tua berjalan terlebih dahulu daripada kami.

Aku mengikuti orang didepan ku dengan perasaan campur aduk. Ada apa ini sebenarnya?!

Mungkin, aku kebanyakan melamun, sampai aku tidak sadar telah menabrak punggung seseorang.

Siapa lagi kalau bukan bang Faro. Untung aku tidak terjatuh. Tapi, punggung bang Faro kayaknya enak deh di peluk.

"Sorry bang.." kataku pelan.

"Hmm.." gumamnya.

Apa dia tidak memiliki kata-kata yang lain untuk di ucapkan? Kenapa selalu hmm?

Aku mengikuti dari belakang dengan kesal dan bingung.

Kesal karna bang Faro. Bingung karna eomma tidak memberitahuku tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Be Confused Feelings ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang