Bagian 16.

1K 51 3
                                    

Hey ho readers ku. Disini aku kembali karna aku kangen kalian dan kangen nulis Aretha lagi. Ehehehe..

Kalau semisal aku hiatus sampai selamanya gimana? Hahaha..

Yaudah deh, aku gak mau banyak ngomong lagi. Nih aku bawain ceritanya. Babayy...

φφφφ

Hmm... Ujian akhir semester sudah dilaksanakan kembali. Dan aku tak merasa jika aku akan selesai di kelas 11. Dan akan naik ke kelas 12. Hmm...

Aku dan Azka sudah berteman kembali. Aku sudah memaafkannya. Dan ya, kelas kami kedatangan murid baru.

Namanya Penelope. Dia sahabatku sewaktu aku masih tinggal di Surabaya, cuman setahun. Karna, aku harus periksa disana. Dia cantik. Ada keturunan korea di darahnya.

Sepertinya dia menyukai Azka. Biarlah. Toh, aku dan Azka sudah tidak berhubungan lagi.

Tatapannya ke Azka selalu dapat kubaca. Tatapannya mengatakan bahwa ia kagum padanya.

"Az.. cewek ini kayaknya suka sama lo." Kataku gamblang. Aku menunjuk Penelope. Aku melihat wajah Penelope memerah.

"Hah?" Tanya Azka bingung.

"Aduh.. gausah sok bingung deh." Kata Calista tajam. Aku bingung.

"Lo kenapa Cal?" Tanyaku. Bingung? Tentu saja! Bagaimana gak bingung jika Calista yang diem tiba-tiba berubah jadi kejam.

"Lo PMS Cal?" Tanya Ivan. Masih inget diakan? Hehehe..

Em melihat Ivan dengan wajah datarnya. "Lo kenapa sih Van? Cerewet deh akhir-akhir ini." Kata Em kesal.

"Shut up you Em." Kata Ivan pada kembarannya ini.

"Kalian kenapa sih? Berisik amat?!" Kata Calista. Hampir seperti bentakan.

"Lo kenapa sih?" Tanyaku.

"Ikut gue." Kata Calista.

"Yaudah ayo." Dia menggandeng tanganku menjauhi mereka semua.

Dia mengajakku ke tempat yang agak sepi. Anak ini kenapa? Tumben amat dia gini.

"So? What happend with you?" Tanyaku. Aku menatap wajahnya itu.

Dia menghela nafas. Lalu menatap kumpulan teman-teman kami. "Sebenernya cewek yang gue fotoin waktu lalu itu Penelope." Katanya.

"Hah? Lo gak salah?" Tanyaku tak percaya.

Dia mengangguk. "Enggak. Gue lihat secara jelas. Dan gue masih inget. Walaupun sudah lama." Katanya.

Aku diam. Dari belakang memang seperti bentuk tubuh Penelope. Masa iya dia? Kalau benar Penelope, berarti selama ini mereka kenal. Tapi, pura-pura tak kenal saat kami berkumpul bersama.

"Lo percayakan sama gue?" Tanya Calista. Tatapannya menyiratkan kebenaran.

"Gue.. gak tahu." Kataku pelan. Aku menunduk. Menatap kakiku.

"Seandainya lo ikut gue. Lo pasti tahu kebenarannya." Katanya.

"Sudalah Cal. Gue sudah memaafkan semua kesalahannya." Kataku. Aku tersenyum.

"Gue gak tahu hati lo terbuat dari apa. Lo itu gampang banget maafin manusia brengsek kayak dia." Kata Calista. Dia menggeleng.

Aku memegang pundaknya. "Sesama manusia harus saling memaafkan Cal. Gue tahu, itu berat. Tapi, setidaknya kita harus mencoba." Kataku.

Be Confused Feelings ✅Where stories live. Discover now