Bagian 20.

1.1K 50 0
                                    

J disini. Hahaha... author kalian lagi semedi mungkin:v hahaaha..

Oke. Jangan lupa vote ya. Maaf kalo misalnya gak nyambung. Hehehe..

"Diam adalah bahasa terbaik ketika sedang kecewa dengan keadaan."

Disana berdiri beberapa pasukan polisi.

"Angkat tangan!" Polisi itu menodongkan pistol ke arah Penelope. Seketika Penelope melepas cekikannya. Aretha langsung terjatuh ke lantai begitu saja.

Nafasnya kembali. Kembali lagi!

Emilio, Ivan, Calista, Rey, Asa, Faro dan Azka dan juga kedua orang tua Aretha, orang tua dari Calista, Emilio dan Ivan, dan Faro langsung berlari menghampiri Aretha.

Mereka melihat gadis itu terkapar lemah. Azka yang melihat itu langsung menghampiri Penelope.

"Gue gak nyangka, lo selama ini munafik!" Bentak Azka padanya. Matanya terpancar aura kemarahan.

Penelope tidak menjawab. Percuma menjawab. Dia sudah ketahuan oleh semua orang. Mengelak? Sudah tidak bisa!

Calista menatap Penelope dengan tatapan kebencian. Dia mendekati Penelope.

Plak!

Satu tamparan yang cukup keras, mendarat di pipinya yang mulus itu.

"Itu karna lo sudah mau bunuh Aretha." Kata Calista tajam.

Plak!

Satu tamparan di pipinya mendarat lagi.

"Itu karna lo sudah buat hubungan mereka berdua hancur!" Bentak Calista. Rey menarik Calista dan memeluknya.

"Bawa dia pak!" Perintah Ivan. Para polisi langsung memborgol dan membawa Penelope pergi.

"Bang Asa.. kalo aku.. gak bisa.. se-selamat.. jaga eomma dan dad.." kata Aretha.

Pandangannya sedikit buram. Dan ia menutup matanya.

"Aretha!!" Teriak mereka semua. 

ΔΔΔΔ

Tit... Tit.. Tit...

Bunyi detektor jantung terdengar nyaring. Aretha yang mereka sayangi, terbaring kembali di ranjang rumah sakit. Terbaring lemah tak berdaya.

Austin dan Windy menatap sedih ke arah anak perempuannya.

"Tuan Austin.. jika nona Aretha terus-terusan diberi alat seperti itu, itu akan fatal. Itu akan menghentikan fungsi kerja organ tubuhnya." Kata dokter.

Austin yang mendengar itu langsung menatap dokter itu. Badannya menegang.

"Kita tidak bisa terus-terusan bergantung pada alat itu. Tuan dan nyonya, kalau nona Aretha tidak bangun dalam waktu 2 bulan, saya meminta kepada kalian, agar kalian bisa mengikhlaskan nona Aretha." Kata dokter itu lagi.

"Apakah ia akan kembali tidur lama dok?" Tanya Austin. Dia merangkul Windy yang terus menerus menangis.

"Saya yakin, nona Aretha akan bangun sebentar lagi. Nona Aretha kuat." Kata dokter itu. Ia tersenyum menguatkan.

Be Confused Feelings ✅Kde žijí příběhy. Začni objevovat