SENJATA MAKAN TUAN

Start from the beginning
                                    

"Ma, pa Mea kekamar ya, mau istirahat bentar kepala Mea pusing gitu" Ucap Mea sambil memasuki rumah dan berlari kecil menuju kamar.

"Ma.... pa sehat?" Tanya Arga sesopan mungkin

"Alhamdulillah ga..."

"Mas buruan...." ucapan Melani disela oleh Mea.

Mea tak menyadari telah melewati abang abangnya dan mbak reynya.

"Lah ini anak main ngeloyor aja" sungut bang Kevin.

Didalam kamar Mea sangat gelisah karena rasa panas, gerah seakan ada yang didalam dirinya ini ingin meledak. Mea kini melihat Arga yang sedang menelpon.

"Me masih kuat? Kita sholat dua rakaat dulu ya?"

"Lah...?"

"Ini cuma disembuhin dengan satu cara jika tidak dilakukan pembulu darah kamu akan pecah" Mea menganggukan kepala setelah mendengarkan penjelasan suaminya itu.

<>>>>>>><<<<<<<

Rencananya sore ini aku dan mas Arga mau menginap dirumah mama dan papa. Sebelum kerumah papa aku meminta mas Arga agar mengantarkanku ke tempat tante Dinda terlebih dahulu karena ingin mencoba jamu yang baru dibuatnya. Yup... aku sangat suka minum minuman tradisional, karena khasiatny benar benar terbukti.

Setelah meminum jamu yang diberikan tante Dinda badanku terasa panas, gerah semua rasa menjadi satu.

"Mash.... panas" keluhku memang badanku terasa sangat gerah.

"Ini ACnya nyalah loh Me"

"Dek jangan bilang kamu kerumah tante buat cobain jamunya tante?" Tanya Mas Arga yang hanya aku balas dengan anggukan.

"Mas gak kuat, panas mas"

"Sabar ya .... nanti didepan papa sama mama kamu jangan kayak gini ya biasa aja ya, nanti kita pikirin jalan keluarnya"

Setelah beberapa menit kemudian kami telah sampai di rumah yang bernuansa jawa seperti rumah joglo (rumah khas yogyakarta) tapi dalam versi modern.

"Santai saja ya sayang" bisik Arga dibalas anggukan olehku. Entah mengapa setelah Arga manggilku 'sayang' rasa panas pada tubuhku semakin bertambah. Padahal dia jarang sekali memanggilku sayang tapi entah sekarang kata itu muncul lagi ke permukaan. Sebenarnya hubungan kami sudah maju tidak jalan ditempat lagi, Mas Arga sudah sangat menerimaku sebagai istrinya.

Setelah bercakap cakap ria bersama kedua orang tua ku aku dan Mas Arga bergegas ke kamar, agar orang tuaku tak curiga aku beralasan merasakan agak pusing. Bahkan aku melewati abang abang ku itu dimana sangat ingin aku menyapa dan mendekap tubuh yang selama ini melindungiku itu tapi apalah daya rasa panas itu seakan mengalahkan segalanya.

aku semakin gerah, melihat Arga sibuk menelpon membuat aku geram sendiri baru aku ingin memanggil mas Arga. Pria itu sudah berjalan kerjaku.

"Me masih kuat? Kita sholat dua rakaat dulu ya?"

"Lah...?"

"Ini cuma disembuhin dengan satu cara jika tidak dilakukan pembulu darah kamu akan pecah"

Dan saat itu aku tau jikalau aku terminum obat PERANGSANG. Oh God.... bagaimana ini? Aku sangat takut tapi lagi lagi tubuh ini seakan ingin sangat disentuh oleh mas Arga. Setelah kami sholat dua rakaat, Mas Arga menatapku seakan tatapan itu membutuhkan persetujuan untuk menjamah tubuhku. Jawabanku saat itu hanya tersenyum dan menganggukan kepala ya.... mulutku ini keluh darah ku sudah berdesir akibat bergairah mungkin mas Arga melihatku sudah sangat bergairah karena obat sialan itu.

Pak Guru, Love You!!!!Where stories live. Discover now