Patok Patokan

395 8 2
                                    

Malam ini semua keluarga Baskara tengah menikmati makan malam bersama.

"Arya tadi kenapa teriak gitu dari kamar aunty Mea" tanya Melodi-mamanya Arya (kakak Mea). Mea yang namanya merasa disebut pun mengangkat wajahnya dan pertanyaan kakaknya itu membuat dia ingin terbang saja ke antariksa. Semua ini gara gara mas Arga, batin Mea. Mea pun melirik Arga disampingnya, Arga kini menikmati makanannya tanpa terganggu oleh pertanyaan Melodi.

"Iya ma tadi yaya liat ancel cm onty lagi kayak ayam ma"

"Hah... kok kayak ayam emang onty lagi ngapain sama ancel?" Pertanyaan Melodi ini membuat kesal Mea setengah mati.

"Kepo banget sih loh kak" ucap Mea. Ucapan Mea pun tak digubris oleh sang kakak.

"Ya gitu ma main patok patokan" ucap Arya.

Ucapan Arya membuat keluarga Baskara tertawa. Muka Mea kini mungkin tak lagi sama seperti tadi, kini muka itu merah seperti tomat. Sedangkan Arga menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Wah kayaknya kita bakal dapet cucu lagi nih pah" goda Melani.

<<<>>>>

Hari ini Arga dan Mea kembali pulang ke ibu kota. Mea sendiri ingin menanyakan mereka akan tinggal dimana tapi sebelum Mea membuka mulutnya Arga sudah bertanya pendapat Mea.

"Ehm.... Me kita tinggal dirumah saya ya? Sebenarnya itu rumah saya baru beli bulan lalu enggak terlalu besar sih. Ya,,, tapi lumayan sih untuk kita berdua. Aku juga udah minta pendapat para tetua ya mereka setuju aja, sekarang tinggal kamu. Gimana mau?"

"Iya gapapa kok mas,,, tapi kita ntar mampir kerumah mama dulu ya soalnya mau ngambil peralatan sekolah"

"Barang barang kamu udah dipindahin semua"

"Kok gitu sih mas barang barang pribadi aku gimana" ucap Mea tidak terima.

"Ya gak gimana gimana" jawabnya acuh

Mereka sampai dirumah baru mereka, halaman yang tidak begitu luas menyerupai taman itulah yang dilihat Mea pertama kali. Arga menarik jemari Mea memasuki rumah baru mereka nuansa cream berbaur dengan coklat muda. Di dinding terdapat foto Mea sendiri, tapi tidak ada foto Arga dan ada foto pernikahan mereka.

Rumahnya minimalis enggak terlalu besar tapi nyaman, batin Mea.

"Suka?" Tanya Arga. Pertanyaan Arga dibalas anggukan oleh Mea. Dirumah ini ter dapat 3 kamar tamu dan 1 kamar utama. Arga menarik Mea kekamar utama, nuansa biru muda dan biru tua dikamar itu.

"Kita sekamar?" Tanya Mea.

"Iyalah, kita udah sah bukan? Jangan berpikir aneh aneh lagi Mea" jelasnya dengan muka datar.

Mea sudah mulai terbiasa berbagi tempat tidur dengan Arga yang berstatus suaminya itu. Apalagi terbiasa dengan pelukan hangat Arga saat tidur yang menghantarkan Mea pada kenyamanan. Seperti saat ini usai mereka membersihkan diri dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari esok keduanya terlelap dengan Arga mendekap Mea.

<<<<<>>>>>>

Saat hari berganti dan suara azan memanggil umat muslim untuk melaksanakan kewajibannya, Mea masih setia pada mimpinya tetapi berbanding terbalik dengan Arga yang sudah siap untuk menuju kerumah Allah.

"Mea bangun sudah subuh.....Ame!!!!" Arga keceplosan memanggil nama Mea dengan nama kecilnya.

"Iya iya maas..." Mea mengucek matanya.

"Saya pergi kemasjid dulu ya"

"Enggak dirumah aja sholatnya mas?"

"Saya enggak mau sarung saya berubah jadi munkena karena saya sholat dirumah terus" lalu arga pergi menuju masjid yang tak jau dari rumah barunya.

Pak Guru, Love You!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang