Farrel pov
Sinar matahari menyentuh wajahku. Kurasakan seseorang bersandar pada dadaku dan lengannya melingkar memelukku. Ku buka perlahan mataku, berharap Reyana yang melakukannya namun, yang ku dapatkan Sera lah yang melakukannya.
Flashback on
Aku berencana bermalam di kantor karna aku masih malas bertemu dengan Sera. Baru saja ku langkahkan kakiku menuju kamar pribadi yang ada di ruanganku, seseorang membuka pintu ruanganku.
"Farrel!",
Ah Sera!
Aku menghembuskan napasku kasar dan menoleh padanya.
"Ada apa?",
"Kenapa kau belum pulang? Aku sudah menunggumu di apartemen sejak tadi sore. Kau mau menghindariku?",
Oh ya, aku lupa. Sejak kejadian itu Sera meminta password apartemenku. Awalnya aku tidak memberinya. Namun dia malah menangis sesenggukan, akhirnya dengan berat hati ku beritahu password apartemenku.
"Ah ya, maaf aku lupa ada janji denganmu. Kau tau sendiri seharian aku sangat sibuk", ucapku berbohong. Aku tidak mau melihatnya menangis lagi.
"Ohh gitu. Baiklah ayok kita ke apartemenmu",
Ucapnya dengan menarik tanganku.
"Ku antar kau pulang saja ya. Ini sudah hampir larut malam. Orang tuamu pasti khawatir",
"Kau sudah lupa? Papa sama mama kan tinggal di Jakarta. Aku disini sendirian hanya di temani pembantu. Aku bosan di rumah terus, Rel",
"Iya aku tidak lupa. Tapi kau seorang wanita, tidak baik jika menginap di tempat seorang pria",
Aku mulai memberinya alasan agar dia tidak ikut ke apartemenku.
"Bilang saja kau menghindariku, Rel. Kau jahat!",
Matanya mulai berkaca-kaca, ya Tuhan bisakah kelemahanku ini di ganti dengan kelemahan lain saja? Sera sangat piawai memainkan kelemahanku hingga aku tak sanggup menolaknya.
"Baiklah-baiklah ayo kita ke apartemen",
Aku melajukan mobilku pelan, aku masih malas dengannya.
Ketika sampai di apartemen, aku bergegas mandi karna tubuhku terasa sangat lengket sedangkan Sera ku biarkan dia menonton TV di ruang tengah.
Sehabis mandi ku lihat Sera sudah tertidur di sofa. Aku menggendongnya dan menidurkannya di kamarku. Aku melakukan hal ini atas dasar aku tidak tega ada perempuan. Bukan aku mencintainya. Ah mencintainya? Masihkah?
Saat ku jauhkan tubuhku lengan Sera menarikku.
"Kau tidur disini juga, Rell. Kalau tidur di sofa tubuhmu akan sakit semua",
"Tidak, aku tidur di sofa saja. Kau tidurlah yang nyenyak",
"Ayolah, Rell",
Ya Tuhan, godaan apalagi yang Sera berikan padaku? Aku juga masih memiliki nafsu, walau sekarang aku tak mengerti perasaanku padanya, tapi bisa saja aku khilaf.
"Sera ...",
"Hiks hiks bilang saja kau tidak mau tidur denganku",
Lagi-lagi dia menggunakan kelemahanku! Sungguh lain kali aku harus belajar kejam kepada wanita agar aku tidak tergoda dengan rengekan mereka.
"Stop! Gausah nangis, aku akan tidur disini",
Flashback off
Aku berusaha bangun dengan perlahan agar tidak membangunkannya dan setelah berhasil menjauhi tubuh Sera. Sekelebat ide muncul dalam pikiranku. Dengan langkah minim suara aku segera bergegas mengambil keperluan yang kubutuhkan dan segera pergi dari apartemen sebelum Sera bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding The Last Name
Acak"Kapan kamu ngasih mama menantu, Rey? Mama malu di umur kamu yang segini masih belum dapat pasangan! Kamu mau jadi perawan tua?!", - Mama - "Kak, buruan nikah donk. Pacar aku udah serius mau ngelamar aku. Masak aku ngelangkahin kamu kak?", - Freya -
