Part Five

8 0 0
                                        

Farrel pov

Aku tidak menyangka semudah itu Reyana memutus sambungan telponku hanya karna dia sedang bersama dengan sahabat sialnya itu. Ku coba ulangi menelponnya, hingga tak terhitung sudah kali ke berapa aku mendial nomornya. Masih saja tidak ia hiraukan.
Entah mengapa aku merasa sangat cemburu dengan lelaki itu. Lelaki yang sangat dekat dengannya.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku.

"Ya, masuk", balasku dengan malas

Tampak Della, sekretarisku berdiri di depan pintu.

"Maaf pak saya mengganggu. Di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan anda",

Tamu?

"Siapa, Del?",

"Seorang perempuan bernama Sera",

Deg! Perempuan itu. Setelah sekian lama, baru kali ini dia berani menemuiku.

"Suruh dia masuk",

"Baik, Pak",

Hatiku berdetak tak karuan. Setelah sekian lama, ya setelah sekian lama dia mengkhianatiku. Untuk apa dia kembali lagi?! Pikiranku melayang kemana-mana membuat kepalaku terasa pening. Hingga pintu ruanganku kembali terbuka.

"Halo pak CEO muda. Apa kabar?", sapanya. Suara lembutnya yang kadang masih ku rindukan. Tapi tidak, dia sudah mengkhianatiku. Sadar Farrel.

"Aku baik, silahkan duduk",

Aku mempersilahkan sera duduk di sofa yang tersedia di ruanganku. Aku duduk di seberangnya. Sengaja, aku harus memberi jarak padanya.

"Kenapa tidak duduk di sebelahku saja, Rel?",

"Ah yang benar saja. Sudah jangan basa basi, apa maumu mendatangiku setelah sekian lama kamu mengkhianatiku heh?",

"Kau masih marah padaku? Itu sudah lama sekali, Rel. Sudah 3 tahun yang lalu. Tak bisa kah kita berdamai?",

"Apa katamu? Berdamai? Heh, seharusnya kau sadar. Aku seperti ini karna kau. Bahkan aku masih takut untuk memulai hubungan baru karna pengkhianatanmu yang sangat sempurna, dan kau sekarang meminta damai? Kau lucu sekali Sera!",

"Ya Tuhan. Aku tidak tau jika separah itu, maafkan aku Rel. Maafkan aku",

Sera tertunduk dan mulai terisak. Sialan! Dia gunakan kelemahanku. Namun, bayangannya tidur bersama Gerald 3 tahun lalu, 2 hari menjelang pertunangan kita terputar di otakku dengan jelas. Aku harus mengabaikan tangisannya!

"Tolong, pergilah dari sini sebelum aku memanggil satpam untuk membawamu pergi",

"Rel, tolong. Tak bisakah kita kembali seperti dulu? A .. Aku masih mencintaimu",

"Hah, omong kosong! Cepat pergilah Sera", geramku

"Ba.. baiklah aku akan pergi. Tapi aku akan berusaha mendapatkanmu kembali!",

"Coba saja",

Setelah kepergian Sera, kepalaku tidak bisa ditahan lagi, rasanya sudah mau meledak. Ku lihat ponselku lagi. Tak ada pesan atau telpon dari Reyana.

"Aaarrrggghh!!!", erangku frustasi

Ayas pov

Reyana menceritakan awal kisahnya dengan lelaki itu hingga membuatku geram. Beraninya dia menyakiti wanita yang ku sayangi ini? Tangis Reyana tak terbendung saat menceritakan bagian yang paling sakit ia rasakan. Di saat ia dengan tulus mencintainya, namun laki-laki itu malah membandingkannya dengan wanita lain. Di saat Reyana suka rela selalu ada di sisinya, namun dia tidak pernah ada di sisi Reyana sekali pun.
Aku mengusap pipinya yang basah karna air mata, ku tarik perlahan tubuhnya hingga ke pelukanku. Ku ciumi puncak kepalanya agar ia tidak bersedih lagi. Agar ia tau, aku disini menyayanginya. Sangat menyayanginya lebih dari sekedar sahabat.

Finding The Last Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang