Prolog

17 0 0
                                        

"Happy birthday to you, Happy birthday to you, happy birthday dear Reyana, happy birthday to you!",

Ya, serempak mama, papa, dan Freya menyanyikan lagu ulang tahun saat aku membuka pintu rumah. Betapa terkejutnya aku mendapatkan surprise yang tidak pernah aku sangka. Terlihat Freya membawa kue Black forest kesukaanku dan terlihat lilin angka yang menunjukkan betapa usiaku telah bertambah. Ah, mengapa mereka memperjelas angkanya?! Dengan mata berbinar aku mulai mengucapkan beberapa keinginanku dengan kepala tertunduk, setelah itu ku tiup api yang menyala pada lilin angka yang bertengger di atas kue kesukaanku. Tak lupa ku peluk secara bergantian mulai dari mama, papa, dan terakhir adik kesayanganku, Freya.

"Selamat ulang tahun anak mama, semoga panjang umur, sehat selalu", kata mama sembari membalas pelukanku dan mencium kedua pipiku. Rasanya air mataku sudah ingin keluar dari mata ini. Oh tahan Rey, tahan.

"Selamat ulang tahun Reyana, semoga apa yang kamu inginkan tercapai, dan selalu sukses", ujar papa bergantian ku peluk dan mencium keningku

"Happy born day, kakakku tercinta. Semoga jodohnya cepat di pertemukan, biar aku cepat nikah! Wkwkwk",

pletak

"Aww! Sakit kak!", ujar Freya dengan mengelus puncak kepalanya yang aku jitak. Lagian tuh anak masih umur 20 tahun pikirannya udah nikah terus

"Doa itu yg baek, Dek. Jangan mikirin nikah mulu. Masih kecil kamu itu",

"Kan bener doaku, Kak! Isshh",

"Udah Jangan berantem ah! Ngerusak moment aja kalian",

"Kapan kamu mau kasih mama menantu, Rey? Mama malu di umur kamu yang segini masih belum menikah! Kamu mau jadi perawan tua?",

Gara-gara Freya membahas tentang jodoh, mama mulai sensitif dan menagih menantu! Ah kalau sudah begini aku hanya diam.

"Kak, buruan nikah donk. Pacar aku udah serius mau ngelamar aku. Masak aku ngelangkahin kamu kak?",

"Umurmu masih 20 dek, jangan buru-buru kenapa sih, kerja dulu baru nikah",

"Ogah, entar kayak kamu kak. Udah kerja tapi belom nikah. Mending nikah dulu baru kerja!",

Jleb! Kata-kata Freya seolah menusukku. Selisih umur kita memang hanya 4 tahun dan maraknya pernikahan muda jaman sekarang membuatku tak heran Freya sudah menyuruhku segera menikah agar dirinya juga menikah dengan pacarnya.

"Emang pacarmu kerja apa, Dek? Kok ya buru-buru mau nikahin kamu",

"Dosen, Kak. Dosen aku sendiri. Dia masih muda seumuran kakak. Dia sudah punya rumah, sudah punya tabungan loh",

"Ah pantas!",

"Tuh, masak kamu kalah sama Freya, Rey? Apa perlu mama yang carikan biar kamu cepat-cepat nikah? Kamu itu cantik, pintar, dan sukses sayang. Pasti banyak laki-laki yang menyukaimu. Seharusnya kamu tinggal pilih salah satu dari mereka",

"Mama kira milih piring cantik apa ya, tinggal main pilih aja. Pilih calon suami gak segampang itu kali, Ma. Percuma banyak yang ngejar tapi gak ada yg serius",

"Benar kamu, Rey. Papa setuju. Tapi jangan kelamaan juga. Inget umur kamu", timpal papa yang setuju dengan pendapatku tapi tetap saja masih menyuruhku untuk menikah.

"Mama sama Papa tenang aja deh. Rey pasti nikah kok. Tapi sabar, Rey juga masih seleksi lelaki mana yang bener-bener serius sama Rey. Kamu juga dek, kalo udah buru-buru nikah duluan aja sana",

"Mana bisa kak? Aku gak mau ngelangkahin kamu",

"Kalo gitu bilang ke pacarmu, sabar nunggu sampek aku nikah!",

"Ah kakakk!",

"Yaudah mama kasih kamu waktu 2 bulan. Kalau dalam 2 bulan kamu belum ngenalin calon kamu ke mama, mama sama papa bakalan yang nyariin kamu calon. Oke deal?",

"Freya deal!",

"Papa deal!",

"No mam! Rey not deal!",

"3 lawan 1, Rey. Kamu kalah",
Mama tersenyum jahil tanpa mendengarkan protesku. Aku hanya membuang napasku yang terasa sesak. Apa-apaan ini?? Aku yang menikah kenapa mereka yang buru-buru?! Aaarrrgghhh

"Bodo!",

Ku langkahkan kakiku menaiki tangga menuju kamar. Moodku benar-benar berantakan kali ini. Padahal baru beberapa menit mereka merayakan ulang tahunku dan tiba-tiba mereka memaksaku untuk cepat-cepat menikah! Ingin rasanya lari ke kutub utara. Hiks

"Ingat ya, Rey. 2 bulan!",

Braakkk

Pintu kamar ku tutup dengan keras sebagai sahutan ucapan mama yang terakhir. Kepalaku terasa sangat pening sekarang. Aku hanya butuh tidur! Semoga saja ini hanya mimpi buruk!


Finding The Last Name Where stories live. Discover now