Author pov
Hari ini adalah hari ketiga mama, papa dan Freya di luar kota, tentunya mereka semua akan pulang malam ini. Reyana menggeliat pelan. Ia merasakan sinar cahaya matahari menyentuh wajahnya. Namun, ia semakin terkejut saat sebuah lengan kokoh melingkar pada pinggangnya. Seketika ia menoleh, Ayas masih terlelap dalam tidurnya. Ia mulai memutar kembali memorinya semalam dan saat itu juga ia teringat, bahwa dia lah yang menyuruh Ayas tidur di sebelahnya. Ia tidak tega melihat lelaki itu tidur di sofa lagi.
Mereka hanya tidur berdua, tidak melakukan apa-apa, ia sangat mengenal Ayas. Tidak mungkin Ayas berbuat aneh2 padanya.
Reyana menatap wajah Ayas lekat, wajah damainya saat ia tidur membuatnya terlihat sangat tampan. Reyana baru menyadarinya, padahal mereka sudah bersahabat sejak SMA. Tapi, melihat Ayas tidur seperti ini membuat hati Reyana tergelitik. Ada perasaan aneh yang menelusup pada hatinya. Ia sendiri tak mengerti, perasaan itu ada saat Ayas kembali lagi ke Surabaya dan di setiap perilaku manisnya pada Reyana. Mengingat beberapa hari terakhir Ayas memperlakukannya seperti seorang kekasih lantas membuat Reyana berpikir, kenapa harus Ayas? Kenapa bukan Farrel? Ah lelaki itu tidak memperdulikannya sama sekali.
"Good morning", ucap Ayas dengan suara seraknya khas orang bangun tidur.
Reyana tersadar, dia membalikkan tubuhnya membelakangi Ayas.
"Sejak kapan kau bangun, Yas?",
"Sejak kau menatap wajahku dengan terkagum-kagum",
"Si... Siapa yang terkagum-kagum? Biasa saja, Yas",
Pipi Reyana memanas, malu.
Ayas menarik pinggang Reyana lebih erat memeluknya.
"Wajahmu mulai memerah bisa kau jelaskan heh?",
Reyana membulatkan matanya, bagaimana Ayas tau? Batinnya.
Reyana berusaha melepaskan pelukan Ayas. Tapi, Ayas malah mempereratnya.
"Tolong, sebentar saja seperti ini, Rey",
"Kau harus bekerja, Yas. Ini sudah siang, aku juga mau bersiap2. Akan ada kelas mengajar siang ini",
"Aku kan CEOnya, Rey. Aku bisa datang jam berapa saja",
"Seriously? Sejak kapan?",
"Sejak aku pindah kesini. Itu alasannya mengapa aku menetap disini lagi, Rey",
"Gergeous! Congratulation, Yas",
"Thank you", ucap Ayas dengan mencium puncak kepala Reyana.
"By the way, sejak kapan kau hobby mencium kepalaku heh? Bahkan memelukku. Kau semakin mesum saja, Yas",
Ayas terkikik mendengar protes secara terang-terangan dari Reyana.
"Aku mesum hanya padamu saja. Mana mungkin aku mesum dengan wanita lain",
Reyana membalikkan badannya, sehingga kini mereka berhadapan.
"Kau tidak punya seorang pacar atau wanita yang kau kagumi, Yas? Apa jangan-jangan kau...",
Cup!
Ayas mencium sudut bibir Reyana. Mata Reyana membulat, terkejut.
"Kau cerewet sekali, membuatku ingin membungkamnya saja. Aku masih normal juga, Rey",
Reyana masih terdiam menatapnya. Entah apa yang ia rasakan saat ini, ciuman singkat Ayas hampir membuatnya serangan jantung. Bagaimana tidak, jatung Reyana berdetak lebih cepat dari biasanya. Walaupun hanya singkat, tapi rasanya seperti ada aliran listrik yang mengalir di tubuh Reyana.
"Kau diam saja. Kau mau ku cium lagi?",
Ayas mendekatkan wajahnya, kening mereka sudah menempel namun, detik berikutnya ...
YOU ARE READING
Finding The Last Name
Random"Kapan kamu ngasih mama menantu, Rey? Mama malu di umur kamu yang segini masih belum dapat pasangan! Kamu mau jadi perawan tua?!", - Mama - "Kak, buruan nikah donk. Pacar aku udah serius mau ngelamar aku. Masak aku ngelangkahin kamu kak?", - Freya -
